Share

Tinggal Bersama

Penulis: Seccomander
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-21 13:38:18

"Jangan pernah memasukkan wanita lain ke dalam rumahmu Jika ipar saja maut, apalagi sebatas sahabat?"

"Hai, sorry ya, udah waiting aku?" sapa Oma Siska saat bertemu dengan geng sosialitanya.

"Nggak apa-apa," ujar Oma Rina, sambil mereka kiss-kiss manja ala oma-oma.

"Demi hangout bareng kalian nih, aku sampai bawa cicitku. Nggak masalah kan?" tanya Oma Siska pada geng sosialita oma cantiknya.

"Oh, nggak apa-apa."

"Eh, kalian tahu nggak, dirumah anakku lagi rame joget-joget, apa gitu aplikasinya," kata Oma Rindu bercerita.

"Alia tahu. Itu tiktok!" ujar Alia ikutan nimbrung.

"Ooo ... tiktok," jawab mereka bersamaan.

"Yuk, Alia ajarin!"

"Yuk, boleh nih!"

Alia mengambil gawainya dan mulai membuka aplikasi itu dan mengajak oma-oma cantik itu berjoget layaknya ABG.

Oma Siska pun ngambeg dan mengajak Alia pulang.

****

"Kamu ganti baju pakai bajuku dulu ya," ujar Amaliya pada Eliza saat mereka sampai di rumah megah Amaliya dan Mihran.

Eliza pun mengangguk.

"Sayang, aku antar Eliza ke kamar tamu dulu ya," kata Amaliya. Mihran pun mengangguk.

Amaliya pun memberikan baju ganti pada Eliza dan berpamitan keluar agar sahabatnya itu bisa menenangkan diri sejenak.

Eliza masuk ke kamar mandi dan membuka shower.

Eliza pun membiarkan tubuhnya basah tersiram air yang mengalir dari shower. Ia pun membiarkan baju pengantin itu tetap terpasang.

Eliza menangis sesegukan.

Kata-kata Mihran sesaat sebelum pernikahannya terus saja menghantui Eliza. Juga bayangan kemesraan yang ditunjukkan Amaliya dan Mihran dihadapannya. Sungguh menyakitkan.

"Betapa beruntungnya kamu, Amaliya. Kamu punya segalanya. Karir yang bagus, keluarga yang menyayangimu, anak dan suami juga cinta yang utuh ...."

Eliza pun meluruhkn tubuhnya ke lantai. Dengan shower yang tetap menyala, ia biarkan tubuhnya terus dialiri air, sama seperti airmatanya yang terus mengalir.

"Andai kamu tahu, Amaliya, alasanku menangis ... Aku menangis karena tinggal selangkah lagi aku melupakan suamimu tetapi semuanya gagal, hancur berantakan. Dihadapanmu dan dihadapan Mihran, aku hanya orang yang patut dikasihani. Apa ini akan selalu menjadi kejadian tragis dan menangis dihadapan kalian."

****

"Sayang, kamu benaran mau tidur sama Eliza?"

Mihran layaknya anak kecil yang sedang marah saat keinginannya tidak terpenuhi. Wajahnya kesal.

"Sayang, kamu jangan kayak anak kecil ah. Aku cuma mau mastikan malam ini dia tenang. Kamu tahu kan, hari ini banyak hal berat yang dia lewati," bujuk Amaliya mencium kening suaminya.

"Ya udah deh," ujar Mihran. Setengah hati ia pun mengijinkan dan tersenyum juga membalas mencium kening Amaliya.

Alia pun masuk ke dalam rumahnya. Oma Siska yang marah pun hanya mengantarnya tanpa ikut turun dari mobilnya.

"Tante siapa?" tanya Alia sambil menarik ujung baju Eliza.

"Hei, ini pasti Alia. Tante Eliza, kawannya Bunda," ujar Eliza mengulurkan tanggannya. Alia bersikap dingin dan berlari.

Di depan kamarnya, Alia pun mengeluarkan gawainya. Ia mencoba menghubungi Oma buyutnya. Tetapi panggilan Alia tidak juga digubris oleh sang Oma yang masih marah karena merasa dicuekin saat dicafe tadi.

"Alia telepon Oma ya? Tante kangen deh sama Oma," tegur Eliza, membuat Alia kesal.

"Tante ikutin Alia ya?" ujar Alia mendengus.

"Nggak kok. Alia, Tante Eliza kan sementara akan tinggal di sini, boleh nggak kita jadi akrab?" bujuk Eliza.

Tanpa menjawab, Alia pun masuk ke dalam kamarnya. Eliza pun tersenyum melihat tingkah gadis kecil yang menggemaskannya itu.

Di dalam kamar Alia

Alia terus berusaha menghubungi Oma Siska. Akhirnya usaha itu pun membuahkan hasil.

[Hallo, kenapa?]

Oma Siska masih ketus menjawab panggilan cicit kesayangannya itu.

[Oma, please deh! Jangan suka pura-pura benci! Alia mau curhat nih Oma. Oma, sekarang Tante Eliza tinggal di rumah Alia]

Info dari sang cicit membuat kuping Oma Siska pun panas.

[Whaaaaaaattttt????]

Oma Siska pun menahan gemuruh amarahnya dan mematikan gawainya.

"Lihat saja nanti!" gumam Oma.

****

"Kamu mau tidur sama aku?" tanya Eliza, saat Amaliya datang menghampirinya di kamar dengan membawa dua set mukena.

Amaliya pun mengangguk

"Aku kangen deh saat kita SMA dulu. Aku sering menginap di rumah kamu. Kamu dulu sering bilang kesepian karena kamu anak tunggal dan hanya berdua sama papa kamu di rumah," ujar Amaliya mengingat memori persahabatannya dengan Eliza semasa sekolah dulu.

Eliza pun tersenyum.

"Sekarang kita salat bareng-bareng yuk sebelum tidur. Supaya hati kamu lebih tenang," ajak Amaliya.

Amaliya dan Eliza pun mengambil wudhu.

Eliza dan Amaliya pun salat. Selesainya, Amaliya dan Eliza pun sama-sama berdoa.

Amaliya prayer's

Ya Allah jagalah sahabatku. Jangan biarkan dia sedih berlarut-larut. Pertemukanlah dia dengan jodoh yang tepat Jodoh yang Engkau pilihkan untuknya. Sungguh, tidak ada kebahagiaan yang lebih indah saat aku melihatnya bahagia bersanding pria yang mencintainya .... "

Eliza prayer's

Ya Allah, selama ini hamba berusaha untuk mendapatkan cinta. Tetapi, hamba selalu gagal. Ada ruang kosong di hati hamba. Ruang yang dulu ditinggalkan seorang yang mati-matian hamba lupakan. Ya Allah, hamba mohon, berikanlah cinta ke dalam hidup hamba. Agar ruang kosong itu terisi oleh cinta yang mampu membuat hamba bahagia."

Amaliya prayer's

Ya Allah, pertemukanlah Eliza dengan cinta sejatinya ...."

bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DENDAM IBU TIRI   Selamat Tinggal Indonesia

    Permintaan Eliza untuk pindah ke Amerika membuat Mihran dilema. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan rumah tangganya bersama Eliza.Mihran tidak ingin gagal. Terlebih harus kehilangan Dhika jika ia tidak bisa menuruti semua keinginan istrinya itu. Hanya berserah pada Allah dan berdoa, tempatnya mencurahkan semua kegelisahannya."Ya Allah, Engkaulah yang lebih tahu apa yang terbaik buat kami. Jika kepindahan kami ke Amerika itu yang terbaik menurutmu, mudahkanlah ya Allah. Tapi jika itu bukan yang terbaik untuk kami, berikanlah jalan lain agar kami bisa hidup dengan tenang, aamin ...."Mihran menyelesaikan doanya, walau ia belum juga bergerak dari sajadah. Hatinya cemas. Perasaannya tidak menentu. Membayangkan harus tinggal jauh dari Jakarta. "Selama ini aku tinggal di Jakarta, aku selalu teringat Amaliya. Aku nggak bisa move on darinya. Apalagi sekarang ada Ayu yang sangat mirip dengan Amaliya.""Aku nggak boleh tergoda sama Ayu. Aku kapok. Aku nggak mau mengkhianati istriku lagi.

  • DENDAM IBU TIRI   Pindah Ke Amerika?

    Arumi mencoba membujuk suaminya. Ia berharap jika sang suami mengubah keputusannya untuk mengajukan gugatan perceraian me pengadilan agama."Mas, tolong pikirkan lagi keputusan kamu, Mas," pinta Arumi memelas. Namun, sepertinya keputusan Taher sudah tak bisa diubah."Maafkan aku, Arumi. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengurus arsip perceraian kita agar aku juga bisa mengesahkan pernikahan aku dan Della," tutur Taher tegas.Jawaban suami yang telah didampingi puluhan tahun itu membuat Arumi syok. Ia tidak menyangka, jika suaminya itu lebih memilih cinta masa lalunya."Tega kamu, Mas. Tega kamu melakukan ini sama aku. Bunuh aja aku, Mas. Kamu bunuh aja aku sekalian. Bunuh, Mas!" teriak Arumi histeris.Teriakan Arumi yang terdengar nyaring akhirnya membuat Oma Siska bersama Malik dan Indah masuk ke dalam kamar Arumi. Terlihat pertengkaran itu membuat Arumi telah banjir air mata."Ada apa ini?"Oma Siska pun akhirnya menarik paksa anak lelakinya keluar dari kamar. Sedangkan Indah berus

  • DENDAM IBU TIRI   Gugatan Cerai

    Arumi yang mulai membaik akhirnya diijinkan pulang. Ditemani anak dsn menantunya, Arumi pulang ke rumah Oma Siska. Sesampainya di rumah, Oma pun menyambut hangat kedatangan anak perempuannya.Walau sudah ditalak oleh Taher, Arumi tetap tinggal di kediaman Oma Siska. Itu demi memenuhi keinginan mama mertuanya itu, setelah puluhan tahun menikah dengan Taher, Arumi telah dianggap anak oleh Oma Siska."Ma, mama istirahat di kamar dulu ya," ujar Indah. Indah pun memapah mama mertuanya untuk masuk ke kamarnya."Mama istirahat di sini dulu ya, Indah mau ambilkan makanan buat mama dulu," ujar Indah. Namun, belum saja melangkah Arumi langsung menarik tangan menantu perempuannya itu."Enggak usah, Indah. Mama enggak mau makan," sahut Arumi."Tapi mama harus makan, biar keadaan mama cepat pulih," bujuk Indah."Untuk apa, Indah? Toh mama sakit, papa kamu tidak perduli sama sekali. Sekalipun tidak mau menjenguk mama di rumah sakit," jawab Arumi dengan tatapan mata yang kosong.Indah pun terdiam. I

  • DENDAM IBU TIRI   Ancaman Eliza

    "Mel, kamu kok ke sini nggak bilang-bilang dulu?" ucap Ridho yang kaget melihat kedatangan Amaliya ke kantornya.Amaliya yang emosi mengetahui mamanya di celakai oleh Eliza pun mendatangi kantor Ridho dan ingin mengakhiri semuanya."Penyamaran ini harus segera di akhiri. Ini sudah terlalu lama, Ridho!" ucap Amaliya emosi."Kamu kenapa, Mel?""Eliza berusaha mencelakai mamaku. Kalau dia nekat, bisa aja dia membunuh mama sama seperti yang dia lakukan padaku. Aku nggak mau itu terjadi. Lebih baik kita akhiri semua penyamaran ini," tutur Amaliya."Enggak, Mel. Kamu harus bersabar. Sekarang ini aku sedang menyelidiki siapa Dhika sebenarnya. Karena aku yakin, Dhika bukan anak kandung Eliza," sahut Ridho.Ridho berusaha meyakinkan Amaliya. Menyusun kembali rencana agar mamanya bisa selamat tanpa harus membongkar penyamaran ini."Kamu harus sabar. Semua yang kita lakukan akan sia-sia kalau kita bongkar sekarang, Mel!" tegas Ridho.Della akhirnya sampai di rumah yang ditinggalinya. Rumah milik

  • DENDAM IBU TIRI   Jahatnya Eliza

    Bayangan itu kembali datang dalam ingatannya. Bagaimana menderitanya Oma Alia dan Mama Ainun saat harus terusir dari kehidupan Opa. Oma Siska sudah membuat keluarganya hancur berantakan. Bahkan. harus merasakan pedihnya terusir ke sana dan ke sini."Tidak. Dendam ini harus tetap ku lanjutkan. Aku enggak boleh menghentikan semua ini demi cintaku pada Amaliya. Aku harus tetap menjalankan semua rencana yang sudah ku susun," gumam Ridho.Indah akhirnya mencoba menghubungi suaminya untuk memberitahu soal kondisi mama mertuanya.[Halo, Mas. Mas, kamu di mana? Papa sudah menjatuhkan talak sama mama.][Papa talak mama, Indah?][Iya, Mas. Sekarang mama syok banget. Kamu cepat pulang ya, Mas. Kasih kekuatan sama mama. Aku nggak tega lihat kondisi mama sekarang.]Malik langsung mematikan teleponnya. Ia bergegas mendatangi ruangan papanya.Di ruangannya Taher sedang memandangi bingkai foto. Foto dirinya dan Arumi di saat masih bahagia."Sebenarnya aku berat harus berpisah dari Arumi. Sudah belasa

  • DENDAM IBU TIRI   Talak Untuk Arumi

    Della akhirnya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani beberapa pemeriksaan dan hasilnya baik. Taher pun bersama Eliza terpaksa membawa Della ke rumah Taher yang lainnya. Itu karena Della masih meyakini jika ia istri Taher."Sementara ini biar tante kamu tinggal di sini. Tapi sebisa mungkin kamu nggak tinggal serumah. Setelah dua tertidur, saya akan pulang ke rumah yang lain. Pokoknya kamu tenang saja, tante kamu akan aman di sini," seru papa Amaliya itu."Baik, Om. Saya percayakan semuanya sama om ya," jawab Eliza tersenyum."Saya harus balik ke kantor dulu. Saya titip Della ya," pamit Taher yang bergegas pergi ke kantornya.Setelah Taher pergi, Della pun keluar dari kamarnya. Eliza tentu saja mengambil kesempatan yang ada. Hilangnya ingatan sang tante selain membuatnya aman, Eliza juga menyusun sebuah rencana baru."Aku ngerti perasaan tante. Tante yang sabar ya. Aku juga menjadi istri kedua, sama seperti tante," ujar Eliza. Della pun terkejut mendengar pengakuan sang keponaka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status