"Jangan pernah memasukkan wanita lain ke dalam rumahmu Jika ipar saja maut, apalagi sebatas sahabat?"
"Hai, sorry ya, udah waiting aku?" sapa Oma Siska saat bertemu dengan geng sosialitanya."Nggak apa-apa," ujar Oma Rina, sambil mereka kiss-kiss manja ala oma-oma."Demi hangout bareng kalian nih, aku sampai bawa cicitku. Nggak masalah kan?" tanya Oma Siska pada geng sosialita oma cantiknya."Oh, nggak apa-apa.""Eh, kalian tahu nggak, dirumah anakku lagi rame joget-joget, apa gitu aplikasinya," kata Oma Rindu bercerita."Alia tahu. Itu tiktok!" ujar Alia ikutan nimbrung."Ooo ... tiktok," jawab mereka bersamaan."Yuk, Alia ajarin!""Yuk, boleh nih!"Alia mengambil gawainya dan mulai membuka aplikasi itu dan mengajak oma-oma cantik itu berjoget layaknya ABG.Oma Siska pun ngambeg dan mengajak Alia pulang.****"Kamu ganti baju pakai bajuku dulu ya," ujar Amaliya pada Eliza saat mereka sampai di rumah megah Amaliya dan Mihran.Eliza pun mengangguk."Sayang, aku antar Eliza ke kamar tamu dulu ya," kata Amaliya. Mihran pun mengangguk.Amaliya pun memberikan baju ganti pada Eliza dan berpamitan keluar agar sahabatnya itu bisa menenangkan diri sejenak.Eliza masuk ke kamar mandi dan membuka shower.Eliza pun membiarkan tubuhnya basah tersiram air yang mengalir dari shower. Ia pun membiarkan baju pengantin itu tetap terpasang.Eliza menangis sesegukan.Kata-kata Mihran sesaat sebelum pernikahannya terus saja menghantui Eliza. Juga bayangan kemesraan yang ditunjukkan Amaliya dan Mihran dihadapannya. Sungguh menyakitkan."Betapa beruntungnya kamu, Amaliya. Kamu punya segalanya. Karir yang bagus, keluarga yang menyayangimu, anak dan suami juga cinta yang utuh ...."Eliza pun meluruhkn tubuhnya ke lantai. Dengan shower yang tetap menyala, ia biarkan tubuhnya terus dialiri air, sama seperti airmatanya yang terus mengalir."Andai kamu tahu, Amaliya, alasanku menangis ... Aku menangis karena tinggal selangkah lagi aku melupakan suamimu tetapi semuanya gagal, hancur berantakan. Dihadapanmu dan dihadapan Mihran, aku hanya orang yang patut dikasihani. Apa ini akan selalu menjadi kejadian tragis dan menangis dihadapan kalian."****"Sayang, kamu benaran mau tidur sama Eliza?"Mihran layaknya anak kecil yang sedang marah saat keinginannya tidak terpenuhi. Wajahnya kesal."Sayang, kamu jangan kayak anak kecil ah. Aku cuma mau mastikan malam ini dia tenang. Kamu tahu kan, hari ini banyak hal berat yang dia lewati," bujuk Amaliya mencium kening suaminya."Ya udah deh," ujar Mihran. Setengah hati ia pun mengijinkan dan tersenyum juga membalas mencium kening Amaliya.Alia pun masuk ke dalam rumahnya. Oma Siska yang marah pun hanya mengantarnya tanpa ikut turun dari mobilnya."Tante siapa?" tanya Alia sambil menarik ujung baju Eliza."Hei, ini pasti Alia. Tante Eliza, kawannya Bunda," ujar Eliza mengulurkan tanggannya. Alia bersikap dingin dan berlari.Di depan kamarnya, Alia pun mengeluarkan gawainya. Ia mencoba menghubungi Oma buyutnya. Tetapi panggilan Alia tidak juga digubris oleh sang Oma yang masih marah karena merasa dicuekin saat dicafe tadi."Alia telepon Oma ya? Tante kangen deh sama Oma," tegur Eliza, membuat Alia kesal."Tante ikutin Alia ya?" ujar Alia mendengus."Nggak kok. Alia, Tante Eliza kan sementara akan tinggal di sini, boleh nggak kita jadi akrab?" bujuk Eliza.Tanpa menjawab, Alia pun masuk ke dalam kamarnya. Eliza pun tersenyum melihat tingkah gadis kecil yang menggemaskannya itu.Di dalam kamar AliaAlia terus berusaha menghubungi Oma Siska. Akhirnya usaha itu pun membuahkan hasil.[Hallo, kenapa?]Oma Siska masih ketus menjawab panggilan cicit kesayangannya itu.[Oma, please deh! Jangan suka pura-pura benci! Alia mau curhat nih Oma. Oma, sekarang Tante Eliza tinggal di rumah Alia]Info dari sang cicit membuat kuping Oma Siska pun panas.[Whaaaaaaattttt????]Oma Siska pun menahan gemuruh amarahnya dan mematikan gawainya."Lihat saja nanti!" gumam Oma.****"Kamu mau tidur sama aku?" tanya Eliza, saat Amaliya datang menghampirinya di kamar dengan membawa dua set mukena.Amaliya pun mengangguk"Aku kangen deh saat kita SMA dulu. Aku sering menginap di rumah kamu. Kamu dulu sering bilang kesepian karena kamu anak tunggal dan hanya berdua sama papa kamu di rumah," ujar Amaliya mengingat memori persahabatannya dengan Eliza semasa sekolah dulu.Eliza pun tersenyum."Sekarang kita salat bareng-bareng yuk sebelum tidur. Supaya hati kamu lebih tenang," ajak Amaliya.Amaliya dan Eliza pun mengambil wudhu.Eliza dan Amaliya pun salat. Selesainya, Amaliya dan Eliza pun sama-sama berdoa.Amaliya prayer'sYa Allah jagalah sahabatku. Jangan biarkan dia sedih berlarut-larut. Pertemukanlah dia dengan jodoh yang tepat Jodoh yang Engkau pilihkan untuknya. Sungguh, tidak ada kebahagiaan yang lebih indah saat aku melihatnya bahagia bersanding pria yang mencintainya .... "Eliza prayer'sYa Allah, selama ini hamba berusaha untuk mendapatkan cinta. Tetapi, hamba selalu gagal. Ada ruang kosong di hati hamba. Ruang yang dulu ditinggalkan seorang yang mati-matian hamba lupakan. Ya Allah, hamba mohon, berikanlah cinta ke dalam hidup hamba. Agar ruang kosong itu terisi oleh cinta yang mampu membuat hamba bahagia."Amaliya prayer'sYa Allah, pertemukanlah Eliza dengan cinta sejatinya ...."bersambung ...."Berhati-hatilah pada setiap wanita di luar, sekalipun itu sahabatmu sendiri."Amaliya sudah tertidur. Eliza terbangun karena ia haus. Eliza pun memutuskan keluar kamar sendiri tanpa membangunkan Amaliya yang terlihat lelah dan sudah pulas tertidur. Saat mengambil minuman, Eliza melewati ruang kerja Mihran. Terlihat, Mihran masih bekerja, walau sudah pukul 23.00."Bertahun-tahun aku bersembunyi darimu. Selama ini aku hanya melihat wajahmu yang tersimpan dalam kenanganku. Sekarang, kamu ada didekatku. Dan aku masih merasakan getaran yang sama saat memandangmu.""Aku harus pergi, sebelum Mihran melihatku," batin Eliza. "Hei, El, ngapain kamu disitu? Ayo sini, masuklah, kita ngobrol di sini," tegur Mihran. "Kamu kenapa belum tidur? Masih kepikiran soal tadi?" tanya Mihran sambil menyuruh Eliza duduk di dalam ruang kerjanya. Eliza hanya mengangguk. "Kamu sendiri kenapa belum tidur?" tanya balik Eliza pada Mihran. Mihran pun tertawa. "Kamu tahu nggak, selama 8 tahun menikah, baru ka
"Luka yang paling menyakitkan adalah saat mencintai dalam diam."Oma Siska datang ke rumah Amaliya dan Mihran. Bel pun dipencetAlia membuka pintu dan menyambut oma buyutnya itu dengan ceria. "Wah, Oma pasti mau baikan sama Alia kan? Sampai pagi begini udah datang? ujar Alia.Oma Siska langsung masuk tanpa menghiraukan perkataan cicitnya itu."Oma .... ""Oma datang ke sini bukan mau baikan sama kamu. Ayah sama Bunda kamu ke mana? Tante Eliza?" tanya Oma Siska memperhatikan sekeliling rumah Amaliya yang tampak sepi. "Ayah udah berangkat ke kantor. Tante Eliza juga udah pergi, nggak tahu ke mana. Kalau Bunda .... "Belum tuntas Alia menjawab, Amaliya datang mengambil segelas air dan terburu-buru untuk berangkat ke butiknya. "Amaliya, Eliza bisa nginap di rumah kamu ini gimana ceritanya?" tanya Oma Siska dengan wajah sedikit kesal. "Duh, Oma nanti aja ya ceritanya. Aku lagi buru-buru ditunggu sama klien. Lain kali aja ya. Dah, Sayang, Assalamualaikum," jawab Amaliya sambil mencium
"Tidak dikatakan beriman, sebelum Allah mengujinya.""Gimana hasil meetingnya?" tanya Amaliya, saat keluar kantor menggandeng mesra Mihran. "Tebak dong?" jawab Mihran tersenyum. "Kalau dari muka kamu sih, aku yakin meetingnya berhasil," kata Amaliya tertawa.Mihran pun tertawa"Pokoknya clientku langsung setuju waktu aku ngajuin Eliza jadi brand ambasador produknya," terang Mihran pada sang istri. "Kalau gitu, kamu harus terimakasih sama Eliza," ujar Amaliya tersenyum. Mihran dan Amaliya pun berpelukan."Elizanya di mana?" ujar Mihran."Coba kamu telepon, Sayang, tadi sih dia bilang mau ke rumah Papanya," ujar Amaliya. Mihran pun mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya. Sekali dua kali, tidak ada jawaban. Mihran pun mulai bertanya, Amaliya pun jadi khawatir. Amaliya pun mengeluarkan gawai dari tasnya untuk menghubungi Papa Eliza. [Hallo, Om, ini Amaliya. Eliza ada di sana?][Iya, tapi dia lagi ketemu sama Dygta]Amaliya pun menatap nanar ke arah Mihran. Mihran bingung,
Eliza membuat podcast"Terkadang kita sudah membuat rencana begitu rapi. Tetapi takdir menghancurkan segalanya. Seperti ombak memporak-porandakan istana pasir. Dan dia adalah ombak, karena aku selalu ada didekatnya. Istana pasirku akan hancur. Aku tidak punya pilihan lain lagi, selain menjauh darinya. Begitu selesai aku membantunya, aku akan kembali ke Amerika. Di mana ombaknya tidak dapat mencapaiku. Dan tidak dapat menghancurkan istana mimpiku.""Eliza!"Panggilan Mihran, membuat Eliza yang sedang asyik membuat podcast digawainya pun dibuat kaget. Mihran pun mendekati posisi Eliza yang kini sedang menikmati debur ombak pantai. "Kamu lagi apa?" tanya Mihran. "Nggak apa-apa. Gimana, setnya udah siap?" tanya Eliza mengalihkan pembicaraan. "Udah, Yuk!" ajak Mihran, menarik tangan Eliza menuju lokasi tempat mereka akan syuting. Rumah Mihran dan AmaliyaOma pun datang, berjalan perlahan, memperhatikan sekitar dalam rumah sang cucu yang nampak tak berpenghuni itu. "Liya, Liya .... "
"Takdir dapat merubah doa. Namun, saat mencintai pria beristri, apakah itu takdir Allah?"Sebelum melanjutkan, jangan lupa follow, subscribe and rate ya! Terimakasih atas dukungannya. Yang belum, jangan lupa subscribe biar author semangat update ya dan kalian nggak ketinggalan ceritanya ❤****"Kamu ini apa-apaan sih? Aku ini sudah punya istri, sahabat kamu sendiri! Nggak mungkin aku mengkhianati istriku!" Mihran pun beranjak pergi, meninggalkan Eliza begitu saja. Eliza yang merasa bersalah, akhirnya mengejar Mihran. Eliza setengah berlari dan berteriak memanggil Mihran hingga akhirnya Mihran menghentikan langkahnya. "Mihran, tunggu! Maaf, aku mencium kamu untuk membuktikan sesuatu," ujar Eliza yang kini berhadapan dengan Mihran. "Apa yang mau kamu buktikan?" tanya Mihran tegas, dengan wajajmh sedikit kesal. "Selama ini, aku pikir, aku mencintai kamu. Tetapi, setelah mencium kamu tadi, aku nggak merasakan getaran apapun. Itu tandanya aku nggak pernah mencintai kamu. Dan sekarang,
Rumah Amaliya"Alia, cepat siap-siap! Katanya mau ikut Bunda ke butik," teriak Amaliya yang sudah siap berangkat ke butik. Bel berbunyi"Siapa sih yang datang pagi begini, kayaknya nggak ngundang siapa-siapa," lirih Amaliya. Amaliya pun bergegas menuju pintuSaat Amaliya membuka pintu, ia pun kaget karena pagi itu ia kedatangan seseorang yang tidak diharapkannya. "Kamu .... "Amaliya terperanjat "Ngapain kamu datang ke sini? Kamu tahu dari mana alamat saya, Eh!" cecar Amaliya saat melihat ternyata Dygta, mantan tunangan Eliza yang kasar. Dygta yang datang mencari keberadaan Eliza pun yakin jika wanita yang telah meninggalkannya dihari pernikahan, ada di rumah Mihran, lelaki yang sangat dicintai Eliza. "Eliza, Eliza! Kamu di mana, Sayang?" teriak Dygta, berkeliling rumah Amaliya, mencari keberadaan Eliza. Teriakan Amaliya yang memintanya keluar pun tak digubrisnya. Dygta tidak perduli. Ia hanya ingin segera bertemu Eliza. "Eh, kamu jangan masuk sembarangan ya, saya nggak suka!"
Lokasi pemotretan Eliza"Aku harus melewati syuting terakhir ini. Aku harus bersikap professional agar Mihran tidak melihat kalau aku masih mencintainya. Aku harus terlihat biasa saja," batin Eliza. "Udah nih, Mbak. Semangat ya syutingnya," ujar Wita, asisten Eliza. "Eh, Mbak Wita itu make-up saya tolong dibawain ya jangan lupa," ujar Eliza berjalan sambil menengok ke arah asistennya. Tanpa sadar, ia bertabrakan dengan Mihran.Sesaat mereka beradu pandang "Aku harap kejadian kemarin tidak merubah persahabatan kita dan juga mood kamu bekerja hari ini," kata Mihran.Eliza berusaha tersenyum, "Kamu tenang aja. Aku bisa bekerja professional kok."Eliza berjalan terus meninggalkan Mihran yang masih menatapnya dari belakang. Eliza terus melangkah, meski ia tak bisa lagi menahan bulir bening itu jatuh. ****Rumah Amaliya"Bismillah. Semoga kali ini Oma uyut mau jawab telepon Alia. Tolong Alia, Alia takut," ujar Alia terisak. Rumah Oma SiskaOma Siska pun mulai merasakan kejanggalan meng
Pantai AnyerEliza says:"Kenapa hidupku jadi terombang-ambing seperti ini? Ke mana sebenarnya takdir membawaku. Kenapa betapa sulitnya aku berpisah dengan Mihran? Ya Allah, apa sebenarnya rencana-Mu padaku? Eliza termenung. Di sebuah batu besar, di atas bukit, ia merenungi nasib hidupnya yang terombang-ambing di antara cinta Mihran dan Amaliya. Ingin rasanya melepaskan, tetapi sulit baginya menghilangkan cintanya pada Mihran. Rumah AmaliyaAlia yang masih trauma atas kejadian Dygta yang datang dan hendak mencelakai sang Bunda pun ingin selalu ditemani tidur.Alia takut jika lelaki psikopat itu kembali datang saat ia tertidur pulas sendirian. "Alia takut kalau orang jahat itu datang lagi," ujar Alia, gadis cilik bermata bulat dan berpipi chubby.Amaliya pun berusaha menenangkan sang putri, "Alia nggak usah takut. Kita punya Allah. Allah yang akan jaga kita.""Sekarang kita salat bareng yuk. Kita berdoa meminta kekuatan dari Allah. Karena nggak ada kekuatan yang jauh lebih besar dar