Share

DENDAM MANTAN ISTRI
DENDAM MANTAN ISTRI
Author: Emma Deef

Prolog

“Hai cantik, siapa namamu?” Gamma berjongkok dan menghulurkan tangan pada bocah perempuan manis di hadapannya. Mata bulat bocah itu entah kenapa tiba-tiba membuat kerinduannya pada seseorang kembali menyesakkan dada. Sejak pesta dimulai, gadis mungil ini sudah menarik perhatiannya, karena berlarian di antara para tamu tanpa merasa malu atau takut layaknya gadis seusianya.

“Jelow,” jawab gadis kecil itu dengan suara menggemaskan. Mata bulatnya berkali-kali berkedip terganggu oleh poninya yang terlalu panjang. Dia mengenakan pakaian seperti para pelayan pesta, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

Gamma menyibak poni Jelow, membuat gadis manis itu tersenyum. Senyumannya membuat dada Gamma menghangat, terlebih Jelow tanpa ragu menyambut tangannya.

“Aku Gamma Moreano. Kau … Jelow siapa?”

“Jelow … saja.”

Keduanya tersenyum serempak. “Just Jelow?”

Jelow mengangguk sambil memiringkan kepala. Gamma merasakan dadanya kembali menyentak hangat. Kenapa gadis ini begitu mirip gaya tersenyum dan mengangguknya dengan seorang wanita yang dicarinya selama ini? Sepasang mata bulat dan bulu mata lentiknya tampak sama persis. Apakah karena sudah hampir empat tahun, kini semua wanita tampak sama di hadapannya?

“Berapa umurmu?” tanya Gamma sembari berjongkok hingga tatapannya sejajar dengan sepasang mata bulat Jelow. Gadis itu menatapnya lekat-lekat.

“Tiga tahun.”

“Kau datang sendiri ke sini?”

“Dengan Mama, Tuan Putri Kerajaan Nashville.”

Gamma mengembang senyum geli. 

“Oh ya? Aku baru tahu ada Tuan Putri Kerajaan di pestaku. Kupikir aku hanya mengundang rakyat jelata di pesta pertunanganku. Aku Raja Kerajaan Nashville dan wanita cantik di sana adalah calon permaisuriku.” Gamma melambai ke arah Chyntia–tunangannya, yang sedang sibuk menyapa teman-teman mereka.

Jelow kembali memiringkan kepala sembari memicingkan mata menatap lelaki yang berjongkok di hadapannya. Mengenakan tuxedo dan bunga mawar putih tersemat di saku bajunya.

“Kata Tuan Putri Kerajaan, jangan percaya pada Raja Nashville. Dia orang yang sangat jahat.”

“Oh ya?” Gamma semakin tertarik dengan Jelow, sehingga melupakan beberapa tamu yang melambai tangan ke arahnya untuk bergabung minum. Chyntia sesekali menatapnya dari kumpulan para gadis yang sedang memuja kecantikannya hari ini.

“Tentu saja. Karena Raja Nashville sudah mengusir istrinya. Dari Kerajaan Nashville. Tuan Putri wanita yang baik. Dia Putri Kerajaan Nashville paling cantik sedunia. Dia seperti matahari pagi yang hangat. Dia cantik seperti mawar putih seperti ini.”  

Gamma mengikuti arah telunjuk Jelow pada mawar putih yang tersemat di dadanya. Sepertinya dongeng kerajaan Nashville adalah pengantar tidur yang menyenangkan bagi Jelow, sehingga dia begitu fasih menceritakannya. Gamma melepas mawar putihnya dan memberikannya pada Jelow.

“Kalau begitu, mawar ini untuk Putri Kerajaan Nashville.”

Jelow menggeleng. “Tidak. Mama tidak mengijinkan aku menerima apapun dari orang asing. Semua orang Kerajaan Nashville itu orang jahat. Kau Rajanya, kan?”

Gamma mencubit pipi Jelow dengan gemas. Jelow tersenyum, sepertinya dia senang dengan cubitan Gamma. “Bukankah aku baik padamu?”

Jelow menatap Gamma lekat-lekat, lalu menyematkan mawar putih itu di baju Jelow. “Tuan Putri Kerajaan Nashville yang menentukan. Mana orang Kerajaan yang baik, mana yang jahat.”

“Hm, sepertinya Tuan Putri Kerajaan orang yang sangat tegas. Boleh aku bertemu dengannya?”

Jelow kembali menggeleng. “Tidak semudah itu. Meski kau seorang Raja, kau harus ijin lebih dulu padaku.”

Gamma semakin geli mendengar jawaban Jelow. Apalagi, Jelow mengatakannya sembari mengibas-ngibas rompi pelayannya. Gadis kecil ini ternyata cukup pemberani, meski dia melanggar aturan mamanya–berbicara dengan orang asing.

“Jelow, di sini kau rupanya? Mama mencarimu sejak …”

Seorang wanita berpakaian pelayan sudah berdiri di sebelah Jelow dan menarik tangan Jelow. Jelow menurut saja ketika wanita itu menggamitnya tanpa permisi. Gamma tidak sempat melihat wajahnya, dan hanya bisa melambai pada Jelow ketika wanita itu berlalu membawa gadis mungil itu. Jelow menoleh sembari tersenyum dan memiringkan kepala.

Sontak Gamma menyadari sesuatu. Seolah mengalami De Javu saat melihat Jelow yang digandeng Mamanya dan berkali-kali menoleh ke arahnya. Gamma lalu menajamkan mata, mengamati ibu dan anak itu berjalan menuju meja hidangan dan seketika dadanya serasa akan meledak.

Wanita yang menyeret tangan Jelow di antara para tamu, tanpa sengaja merapikan rambutnya. Dan Gamma bisa melihat dengan jelas tatto berbentuk mawar di pangkal lehernya, tepat di bawah rahang. Seketika dadanya berdesir cepat.

“Tunggu!” teriaknya memanggil. Jelow berusia tiga tahun, itu artinya hampir empat tahun telah berlalu. Kenapa dia tidak menyadarinya sejak tadi. Kenapa dia tidak segera mengenali wanita yang membawa Jelow dan mengaku sebagai Mamanya? Wanita yang sudah empat tahun ini dicarinya ke seluruh penjuru dunia. Kenapa sejak tadi dia tidak mendengar intuisinya, bahwa Jelow sangat mirip dengan seseorang yang dirindukannya? 

Dasar bodoh !

Namun wanita itu justru menggendong Jelow dan mempercepat langkah, lalu menghilang di kerumunan tamu. Gamma berusaha mengejar, dan menyibak kerumunan tamu. Terdengar pekikan pelan para tamu yang terkejut, karena Gamma tiba-tiba memasuki setiap kerumunan.

Ruangan tempat pesta pertunangan diselenggarakan, sangat luas dan lebih dari lima ratus orang berada di sini. Membuat Gamma panik. Dia harus mendapatkan Jelow dan Mamanya. Setiap wanita berpakaian pelayan dia balik badannya, untuk memastikan bahwa dia adalah wanita yang dicarinya.

Vicky–asisten pribadi Gamma yang berjaga di arah pintu keluar, membaca situasi dengan cepat. Melihat Gamma yang tampak begitu tegang dan panik di antara tamu dan membalik badan setiap orang, adalah tindakan bodoh yang harus dihentikannya sekarang.

“Gamma, apa yang terjadi?” Vicky berhasil menghentikan Gamma tepat ketika lelaki itu hendak menuju pintu keluar.

“Mala Hopkins, dia ada di sini!” seru Gamma sembari mengguncang badan Vicky. “Cari dia, dia membawa Jelow.”

“Jelow? Siapa Jelow?”

“Putriku, Vic. Mala membawa seorang putri–dia membawa anakku.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status