Share

TERPAKSA

     Dengan dada berdebar kencang Kayla berdiri di depan  pintu suite room sebuah hotel berbintang 5. Kayla tau, untuk menginap semalam saja di kamar seperti ini, tentunya tidak murah. Bisa 1 juta permalam atau bahkan lebih. Kayla memejamkan matanya. Ia ragu untuk menekan bel tetapi, ia teringat kembali perkataan sang ayah sebelum memaksanya melakukan hal ini.

    Akhirnya, Kayla pun memberanikan diri. Dipencetnya bel, dan beberapa saat kemudian keluarlah seorang pemuda. Tubuhnya tinggi, tegap, berwajah tampan. Usianya sekitar 28 tahun. Dia memandangi Kayla dari atas sampai bawah. 

    Kayla sedikit mengerutkan dahi, menurut sang ayah lelaki yang akan memesannya bukan lelaki muda seperti yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. Namun, entah mengapa Kayla merasa sedikit salah tingkah saat pemuda itu menatapnya.

"Kayla?"  tanya pemuda itu.

"Be-betul Om, saya Kayla." Kayla menjawab dengan takut.

"Jangan panggil saya 'om'!"

"Sa-saya ...."

"Masuklah, bosku sudah menunggumu di dalam," ujar pemuda itu sambil berlalu. 

     Dengan sedikit takut, Kayla melangkah ragu. 

"Ah, kau sudah datang ... Kayla, kan? Saya Rans, yang tadi itu adalah Ethan, orang kepercayaan saya. Masuklah."

    Kayla melangkah ragu. Ia hendak mundur, tetapi  pintu di belakangnya sudah ditutup oleh Rans. Kayla melangkah ragu. Dadanya berdebar kencang.  Sementara Rans menatap gadis belia di hadapannya itu seperti singa kelaparan. Ia tersenyum kecil, kemudian melangkah menuju mini bar yang ada di kamar itu dan mengambil sekaleng soda lalu memberikannya kepada Kayla.

"Minumlah dulu,” katanya.

    Kayla meraih minuman dari Rans dan langsung meminumnya, lalu meletak di atas meja.

"Masih sekolah, Kay?"

"I-iya Om, sekarang kelas tiga SMA."

    Rans duduk di samping Kayla. Dan tangannya mulai membelai rambut Kayla. Melihat gadis secantik Kayla hasratnya pun tak terbendung lagi. Dalam sekali hentak ia menggendong Kayla dan membawanya ke ranjang. Dibaringkannya tubuh Kayla ke atas kasur. Kayla merasa berdebar dan takut.

    Rans membuka risleting gaun Kayla. Dan Rans harus menelan salivanya melihat tubuh indah, putih mulus di hadapannya. Dengan sekali gerakan, penutup dada Kayla pun terbuka. Kayla berusaha untuk menutupi dadanya dengan kedua tangan. Namun, Rans segera menyingkirkan tangannya.

"Jangan ditutupi, sebentar lagi aku akan menikmatinya," kata Rans sambil membuka seluruh pakaiannya.

Kayla mulai terisak, ia merasa sangat takut. "Jangan, Om,” ujarnya lirih. Rans tertawa terbahak-bahak.

"Enak saja, aku sudah membayar mahal kepada ayahmu. Sekarang, kau menurut saja dan layani aku, atau aku akan membuat keluargamu lebih hancur lagi,” ancam Rans.

    Kayla pun hanya dapat pasrah dan membiarkan Rans menikmati sari madunya. Ia hanya bisa terisak saat semua telah selesai dan melihat ada noda merah di atas sprei tanda jika mahkota yang ia banggakan sebagai seorang gadis hilang.

"Minum ini, aku tidak mau jika kau hamil dan merengek meminta tanggung jawabku nanti," kata Rans sambil memberikan sebutir pil kecil kepada Kayla. 

     Tanpa bertanya, Kayla langsung meminum pil itu. Tidak ... dia tidak mau hamil. Kayla masih ingin menyelesaikan pendidikannya. 

"Apa saya sudah boleh pulang, Om?" tanyanya lirih. Namun, Rans menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak. Aku membayarmu untuk semalam penuh. Jadi, kau harus melayaniku hingga besok pagi ... baru kau boleh pulang." 

      Dan, Rans pun benar-benar melakukannya lagi, tanpa peduli rintihan kesakitan Kayla. Ia melakukannya berulang-ulang hingga kelelahan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status