Home / Romansa / DENDAM SANG PUTRI / Bab 2. PERGI KE SEBUAH KERAMAIAN

Share

Bab 2. PERGI KE SEBUAH KERAMAIAN

Author: Vanessa_nesa
last update Huling Na-update: 2021-12-07 16:20:36

Alice terus memberanikan diri untuk mengintip keluar, ia penasaran dengan suara itu.

Namun akhirnya ia bisa bernapas lega, saat ia tahu yang ada di balik dinding rumah kayunya itu, hanyalah seekor burung hantu yang sangat besar.

***

Tujuh belas tahun kemudian ...

"Hiiiiyaaaa ... pintar kamu, Jessy! Ayo coba kejar aku!” Sepasang kaki indah terlihat berlarian di atas hamparan rumput hijau tanpa alas kaki. Sedang seekor kuda berwarna putih terus mengejarnya.

“Kita istirahat dulu, Jessy. Aku lelah ...” Gadis bermata coklat yang mengenakan gaun vintage berwarna putih itu kemudian terlihat merebahkan tubuhnya di atas hamparan rumput hijau.

Jessy dengan setia ikut-ikutan menjatuhkan diri di dekatnya.

“Ayolah, Jessy, sekarang kamu bisa makan sepuasnya! Dan sekarang tinggalkan aku! Aku ingin tidur sebentar.” Jessy menatap tuannya, lalu bangkit dan mulai melahap rumput hijau yang ada di dekatnya. Musim semi yang baru tiba, membuat rumput-rumput di sepanjang hutan menjadi hijau kembali. Jessy semakin rakus mengunyah rumput-rumput tersebut.

Dari balik semak, seekor kelinci terlihat melompat-melompat mendekat pada tubuh Putri Kimberley. Kedua telinganya yang panjang ikut-ikutan bergerak saat ia melompat.

“Jangan ganggu aku, Jessy nakal!” Tangannya menepis saat Rury, si kelinci gendut naik ke atas punggungnya.

“Heeeiii?!” Sepasang mata indah itu terbelalak saat ia tahu yang menyentuh punggungnya tadi ternyata bukanlah Jessy, melainkan Rury yang melompat-lompat di atas punggungnya.

“Kamu ya, Rury?! Dasar kelinci gendut yang nakal!” Putri Kimberley langsung meraih tubuh Rury dan menciumnya.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang memanggil nama ketiganya, "Kim, Jessy, Rury, kembalilah! Hari mulai gelap!”

“Kalian dengar suara itu? Ayo bersiaplah kita pulang!” Gadis itu berdiri dan bergegas meninggalkan tempat itu. Dari belakang, Jessy dan Rury berlari mengejarnya.

Sampai di sebuah pohon yang sangat besar, langkahnya terhenti dan menoleh ke belakang.

“Kalian di sini dulu, aku mau naik.” Putri Kimberley dengan lincahnya menaiki anak tangga menuju ke rumah pohonnya.

Selanjutnya, gadis itu menghabiskan malam panjangnya hanya berdua saja dengan sang ibu, Permaisuri Alice.

“Kim, apakah kau ingin bertemu dengan orang-orang?” Alice tampak sedang menyisir rambut pirang panjang milik putrinya itu.

“Orang-orang?” Gadis itu menatap heran ke arah ibunya.

“Ya, besok kita akan ke pasar!” Alice menganggukkan kepalanya.

“Apa itu tidak berbahaya, Bu?” Mata indahnya membesar dan terus menatap wajah ibunya.

“Dulu, ya! Tapi sekarang, tidak!” Tangan Alice terus menyisir rambut putrinya.

“Lalu?”

“Besok, pagi-pagi kita ke sana!” 

“Benarkah, Bu?”  

“Ya!” Alice tersenyum, saat dilihatnya putrinya itu terlihat sangat bahagia.

“Besok boleh aku membawa sahabatku, Jessy dan Rury?” Mata itu terlihat penuh harap. 

Alice tertawa mendengar pertanyaan putrinya itu.

“Kau jangan bodoh, Kim! Tempat mereka itu di hutan, bukan di pasar.”

Putri Kimberley kemudian ikut-ikutan tertawa.

“Besok, jangan lupa kenakan gaun tercantik yang pernah aku berikan waktu itu!” Alice menyentuh wajah putih milik Putri Kimberley dengan lembut.

“Marun! Gaun itu cantik sekali di kulitmu yang putih bersinar seperti mutiara.”

“Baik, Bu!” Wajah cantiknya tampak semakin berseri-seri. Karena besok adalah hari pertamanya berkunjung ke pasar.

“Katakan, kau adalah Wilona bukan Kimberley!” Alice memandang penuh arti pada wajah putrinya.

“Kenapa, Bu?” Putri Kimberley kembali menatap heran pada ibunya.

"Karena belum saatnya orang-orang tahu kalau kau adalah Putri Kimberley , Putri Raja Rehard penguasa di negeri ini.” Alice menatap tajam pada Putri Kimberley.

Gadis itu hanya mengangguk patuh.

“Tapi, Bu ...” 

***

“Kim, jangan berlari!” 

“Biarkan aku berlari, Bu, karena aku bahagia sekali hari ini! Aku membayangkan sebentar lagi bisa bertemu dengan banyak orang, aku bisa menyapa dan aku bisa bernyanyi-nyanyi dengan mereka!”

“Ingat di sana namamu Wilona, mengerti?”

Putri Kimberley hanya mengangguk dan menghentikan larinya, menunggu sang ibu.

Alice terlihat membawa sebuah kantung kecil yang terbuat dari kain berwarna merah, yang isinya adalah beberapa logam koin emas. Alice berniat akan membelikan sebuah gaun baru dan sepasang sepatu untuk putri cantiknya itu. Selama ini putrinya tak pernah mengenakan alas kaki saat bermain di dalam hutan. Jose selalu lupa saat Alice memintanya untuk membawakan sepatu untuk Putri Kimberley.

Sepanjang perjalanan keduanya selalu bergandengan tangan. Beberapa orang yang mereka jumpai ada yang menatap heran pada mereka. Sesekali Alice mengingatkan pada putrinya itu untuk tidak bersikap bodoh.

“Ibu, lihat banyak orang-orang di sana!” Tangannya menunjuk ke kerumunan orang.

“Itu pasar, Kim! Kita sudah sampai pasar.” Alice menarik tangan Putri Kimberley mengajaknya menuju kesebuah lapak yang terlihat memajang gaun-gaun indah.

“Hai Nyonya, apa yang kau cari?”

“Gaun untuk Wilona, Putriku!” Alice menjawab dingin pertanyaan seorang lelaki yang mengenakan topi bundar berwarna abu-abu.

“Coba kau pilih saja! Putrimu sangat cantik, jadi aku yakin saat ia mengenakan gaun apa saja pasti pantas di tubuhnya.

“Terima kasih!” jawab Alice sambil memilih gaun-gaun yang tergantung di lapak itu.

“Halo, Wilona! Bantu ibumu mencari gaun untukmu!”

“A-a-aku Kim ...” Alice langsung menutup mulut Putri Kimberley, sambil berbisik pada putrinya itu untuk mengingatkan bahwa namanya adalah Wilona.

Semua mata menatap pada keduanya, mereka seperti berusaha mengenali mereka.

"Kau …?!" Seseorang datang menghampiri Alice dan Kimberley.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 41. Siapa Mereka?

    Putri Kimberley terus nekat menuruni anak tangga untuk mendatangi kandang Jessy dan Rurry, dua hewan kesayangannya.Teriakan sang ibu tak lagi digubrisnya. Selama seminggu tidak pernah bertemu dengan keduanya membuat kerinduan di hati Sang Putri kian membuncah."Jessy! Rurry! Aku datang!" teriak Putri Kimberley memecah kesunyian malam.Dengkuran binatang malam pun seakan ikut berpacu mengisi kesunyian malam itu. Namun sedikit pun tidak membuat nyali Putri Kimberley menjadi ciut. Tak ada ketakutan yang menghinggapi hatinya saat itu."Ngghhhiiik! Ngghhhiiik!" ringkikan Jessy kuda kesayangan Sang Putri pun terdengar seolah ingin menyambutnya. Kreeeiiikkk …Tangan gadis cantik itu pun terlihat tak ragu saat membuka pintu kandang keduanya."Heiiii … apa kalian sudah tidur?" Bola matanya ia besarkan mencoba menembus pekatnya malam."Ngghhhiiik …" "Kau kah itu Jessy?" tangannya meraba-raba ruangan tempat tinggal kedua hewan kesayangannya itu, mencoba meraih keduanya.Haaaappp …Tiba-tiba a

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 40. Jangan Ada Yang Tahu Kalau Kita Masih Hidup

    "Kim, dari mana kau kenal dengan Dorothy?""Saat aku pertama kali hendak pergi mengikuti tes menjadi perawat kuda Pangeran Alden waktu itu, Bu. Aku beristirahat di rumahnya," jelasnya sambil bermanja memeluk tubuh ibunya. Kerinduannya pada sang ibu membuatnya ingin selalu dekat pada wanita ini."Oh, aku rasa Dorothy yang kau maksud adalah Dorothy yang aku kenal itu. Apa kau pernah menceritakannya padaku?" Lagi-lagi ia mencoba mengingat soal Dorothy."Sepertinya belum, Bu. Tapi, entahlah. Aku sering lupa dengan apa yang pernah aku katakan, mungkin karena kesibukan ku merawat kuda-kuda Pangeran Alden. Oh, ya, dua kesayanganku, Rury dan Jessy mana Bu?""Mereka ada di bawah. Besok kau bisa menemuinya." Permaisuri Alice masih penasaran dengan wanita bernama Dorothy tadi."Iya, Bu, aku sanga

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab. 39. Nyonya Dorothy?

    Putri Kimberley menunduk. Gadis itu bingung harus melakukan apa. Mengaku tentang siapa dia sebenarnya, atau terus menyimpan semuanya rapat-rapat sampai saatnya tiba ia bisa mengungkapnya.“Wilona, seperti ada yang kau sembunyikan padaku. Apa kau tidak menganggap aku ini sebagai orang yang kau sayangi?” suara Dorothy mulai merendah, ia tak ingin gadis cantik yang membuatnya jatuh hati ini merasa takut mendengar suaranya yang keras.“Heeem, Nyonya boleh aku habiskan susu ini?” Putri Kimberley berusaha mengalihkan pembicaraan, padahal susu dalam gelasnya sudah habis.Dengan tersenyum tipis, Dorothy mengangguk kecil.“Tapi, susu dalam gelasmu itu sudah habis, Sayang,” ucapnya sambil menahan rasa gelinya melihat tingkah canggung gadis itu,“Oh…” mu

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 38. Sebuah Kebingungan

    “Sebentar, Nyonya Dorothy, biar aku lihat Tuan Freddy. Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya,” ujar gadis itu, dan langsung bangkit dari duduknya.Setelah berada di luar kamar, Putri Kimberley, mengedarkan pandangannya, matanya mencari-cari arah sumber suara lelaki itu. Akhirnya, ia mendapatkannya.Putri Kimberley, melangkahkan kakinya menuju ke luar arah depan rumah itu.“Ada apa Freddy?” tanyanya saat ia sudah berada di dekat lelaki itu.“Lihat Wilona, rombongan prajurit istana baru saja lewat!” jawabnya, sambil tangannya menunjuk ke arah jalanan.Ekor mata Putri Kimberley melihat apa yang dikatakan lelaki itu barusan.Dilihatnya memang banyak sekali para prajurit dari istana Kerajaan White Tiger di sana, mereka menunggangi

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 37. Kedatangan Tamu Istimewa

    Bab 37. Kedatangan Tamu Istimewa “Dorothy coba lihat siapa yanga datang!” Freddy menggerakkan tubuh istrinya itu. Matanya membuka sedikit, lalu membesar setelah tahu siapa yang datang. “Freddy, apakah aku tidak salah lihat?” “Nyonya Dorothy … apa kau tidak suka aku datang?” Wilona alias Putri Kimberley mendekat dan duduk di sisi ranjang. “Ooooohhhhh … Wilona, sungguh aku mengharapkan kau datang. Dari tadi malam aku dan Freddy hanya membicarakanmu dan berharap kau datang mengunjungi kami di sini,” mata itu mulai berair, dan jatuh di kedua pipinya yang keriput. “Betulkah, Nyonya Dorothy?” tangannya langsung memeluk tubuh itu. Dorothy hanya mengangguk, mulutnya tak mampu untuk bicara, hanya isakannya saja yang kini mulai terdengar.

  • DENDAM SANG PUTRI   Bab 36. Kerinduan Dorothy

    "Bukan … bukan aku sok tahu, Freddy, tapi itu hanya dugaanku saja.""Sama saja, Dorothy!" Bibir tebal lelaki itu mencibir pada sang istri.Dorothy hanya diam, ia tak ingin menanggapi lagi ucapan Freddy, lelaki yang sedikitpun tak pernah bersikap romantis pada dirinya."Ayo, kita pulang! Matahari sudah mulai meninggi!" Lelaki itu bangkit dan berjalan menuju sapi-sapinya.Dorothy yang masih terlihat diam, akhirnya mengikuti juga langkah sang suami."Ayo, kita pulaaaang!" Freddy dengan suaranya yang melengking meminta pada sapi-sapinya itu untuk kembali ke kandang mereka.Dorothy pun membantunya.Setelah selesai memasukkan sapi-sapinya masuk ke dalam kandang, lalu keduanya pun masuk ke dalam rumah mereka yang sederhana namun

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status