Share

DENDAM SANG PUTRI
DENDAM SANG PUTRI
Penulis: Vanessa_nesa

Bab 1. FITNAH SEORANG SELIR

"Tuan, coba ikut aku, cepat! Atau kau tidak akan bisa melihat bagaimana permaisurimu yang sangat kau puja-puja itu sedang menghianatimu." Zelena menarik tangan sang raja dengan pengawalan ketat dari para pengawal kerajaan.

"Apa maksudmu, Zelena?" Rehard menghentakkan tangannya, berusaha melepaskan tarikan tangan Zelena, selirnya itu.

Zelena tentu saja tak dapat memaksanya, meski lelaki itu adalah suaminya. Suaminya yang menganggapnya sebagai wanita pemuas nafsunya saja.

Zelena dengan senyum liciknya terus berjalan di samping lelaki itu.

"Pengawal, buka pintu kamar itu!" teriak Zelena keras.

Bruuukkk …

Pintu pun terbuka. Zelena memandang tajam wajah Rehard. Sambil tangannya menunjuk ke dalam kamar itu.

Rehard terdiam. Dadanya terlihat turun naik sedang menahan amarahnya. Tangannya mengepal melihat permaisurinya sedang tidur berdua dengan salah seorang kepercayaannya bernama Jose.

"Alice!" teriaknya kencang sekali.

Selanjutnya, keduanya diseret untuk menjalani hukuman.

Jose, pemuda tampan itu harus menjalani hukuman di penjara bawah tanah seumur hidup. Sedang Permaisuri Alice bersama bayinya, Putri Kimberley dibuang ke hutan. 

Setelah melihat kenyataan istrinya melakukan hubungan gelap dengan orang kepercayaannya, akhirnya Rehard menganggap Putri Kimberley bukanlah darah dagingnya.

Zelen puas dengan kemenangannya. Sandiwara yang dibuatnya ternyata berhasil.

"Terima kasih, Josep, Michael dan Fizzy, ini untuk kalian!" Zelena pun menyerahkan kotak kecil yang berisi banyak sekali koin emas sebagai hadiah untuk ketiga orang pengawal kerajaan yang telah membantunya menjalankan semua rekayasa untuk menyingkirkan Alice dan Kimberley.

"Ha … ha … ha … sekarang akulah permaisuri di sini, dan putriku akan menggantikan Putri Kimberley yang bernasib malang itu untuk menjadi kesayangan Raja Rehard yang dungu itu!" Zelena tertawa terbahak-bahak di dalam kamarnya.

***

"Terima kasih, Zelena, kau telah membuka mataku, hingga aku tahu siapa Alice sebenarnya." 

"Tak perlu kau mengucapkan itu, Sayang, ini semua kulakukan karena aku tak ingin kau terus-terusan menjadi pecundang." Zelena membalas pelukan mesra Rehard dan bibirnya terus menyunggingkan senyum tipis penuh arti.

"Akhirnya perjodohan yang kubuat dengan Raja Daltun batal. Sekarang aku ingin anakku yang kau lahirkan lah yang akan kujodohkan dengan pangeran Alden." 

"Benarkah?" Mata Zelena terus berbinar-binar menatap sang raja.

"Benar, Sayangku!" Kini Rehard menciumi wajah Zelena yang masih dalam pelukannya.

Jadilah malam ini malam pertama yang paling indah bagi Zelena. Malam pertamanya tanpa Permaisuri Alice yang selama ini membuatnya merasa tak pernah diberi tempat di kerajaan ini, bahkan di kamarnya sendiri.

Zelena adalah seorang perempuan licik. Sebenarnya ia hanya seorang pelayan kerajaan. Tapi dengan wajahnya yang sangat cantik, dan dengan kelihaiannya memikat lawan jenis, akhirnya ia mampu menaklukkan hati Raja Rehard.

Zelena ingin hidupnya berubah, ia tak ingin lagi hidup menderita sebagai rakyat jelata yang miskin, jelek dan selalu dihina.

Meski hanya menjadi seorang selir, namun ia rasa itu sudah cukup membuatnya bahagia.

***

Permaisuri Alice, maaf kami harus meninggalkan kau dan Putri Kimberley di tempat ini. Tapi sebelum kami meninggalkan kalian, kami ingin membuatkan sebuah rumah kayu di atas pohon untuk kalian berteduh dan agar kalian terhindar dari serangan binatang buas. Ini sebenarnya di luar perintah Raja, tapi aku dan yang lainnya sangat mencintaimu sebagai permaisuri yang sangat baik hati. Aku akan terus mendatangi kalian untuk membawakan makanan dan kebutuhan lainnya untuk kalian." Daroll menundukkan kepalanya saat berhadapan dengan Permaisuri Alice.

“Terima kasih, Daroll. Kau dan teman-temanmu sangat baik telah membantuku.” 

Sepeninggal Daroll dan yang lainnya, Alice merasa nyaman berada di rumah pohon yang dibuatkan oleh mereka.

“Diam, Sayang ... Ibu akan selalu melindungimu. Suatu hari Ibu akan mengajarkanmu bagaimana caranya balas dendam.” Udara malam semakin terasa dingin, Alice mendekap putrinya yang terus menangis. Suara binatang malam pun mulai terdengar. Sesekali suara lolongan anjing hutan terdengar, menambah suasana malam semakin mencekam.

Tiba-tiba terdengar suara cakaran pada dinding rumah kayu mereka. Jelas itu membuat Alice ketakutan. Semakin ia dekap erat tubuh mungil putrinya itu, Putri Kimberley.

Alice memberanikan diri untuk mengintip. Matanya membesar saat dari balik rumah kayunya ia lihat ada sesuatu yang sangat mengerikan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tasman Azza
keyen kali mbak.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status