”Selamat malam semua!” sapa sosok tegap itu yang kini melemparkan senyumannya untuk semua orang.
Meyra terperangah untuk beberapa saat terlebih saat mendapati sosok pirang itu sudah duduk di sampingnya dengan sangat santai.
Lelaki itu mengarahkan sepasang matanya birunya pada Meyra yang masih memandangnya dengan kaget.
”Ken, perkenalkan mereka adalah Nehan dan Meyra, Nehan adalah sepupumu dari Indonesia sementara di sampingnya itu adalah istrinya,” jelas Sony ketika melihat tatapan anak keduanya yang tampak dalam menelisik pada sosok Meyra yang sekarang menjadi terlihat agak canggung.
Kenrich segera mengulurkan tangannya kemudian tersenyum penuh arti kepada Meyra yang kini masih saja diam membisu sementara Nehan telah membalas sapaan saudara sepupunya itu dengan sangat ramah.
”Jadi bagaimana dengan kuliah hukummu, apakah kamu sudah menyelesaikannya?” tanya Nehan yang nyatanya memang mengetahui sedikit banyak tentang saudara sepupunya yang mengambil kuliah hukum di Paris tapi memiliki hobi membuat sketsa perhiasan.
”Aku cukup pintar untuk melakoni beberapa pekerjaan dalam waktu bersamaan, dan tentu saja aku bisa menyelesaikan kuliahku itu tepat waktu, karenanya sekarang aku bisa kembali ke Swiss untuk merayakan tahun baru bersama keluargaku,” jelas Kenrich sembari melirik pada Meyra yang masih saja merasa rikuh.
”Tampaknya istrimu sangat pendiam, apa kamu melarangnya untuk berbicara dengan orang asing?” sindir Kenrich pada Nehan.
Nehan menyunggingkan senyumannya sembari menatap wajah cantik istrinya.
”Istriku adalah orang yang ramah jika sudah kenal dekat dengan seseorang, dia hanya canggung saja karena kalian baru pertama kali bertemu, bahkan kita juga sebelumnya sangat jarang bertemu kan, terakhir kita bertemu itu saat kamu datang ke Indonesia pada ulang tahunku yang ke sepuluh,” jelas Nehan sembari mengurai senyuman lebih lebar.
Sementara Kenrich malah menatap Meyra lebih intens.
”Jadi kamu belum mengatakan pada sepupuku ini jika tadi kita baru saja bertemu dan kita bermain ski bersama?” Kenric malah mengungkapkan tentang pertemuan mereka tadi di Zermatt.
”Aku tak menyangka kamu membiarkan istrimu sendirian berkendara ke luar kota untunglah dia memakai mobil terbaik dari koleksi milikku,” ungkap Kenrich sembari tersenyum simpul.
Kini Meyra segera paham kenapa lelaki itu menegaskan padanya tadi bahwa mereka akan segera bertemu lagi, karena memang ia meminjam mobil milik Kenrich sesuatu yang tidak Meyra ketahui.
”Tapi aku tadi sudah meminjamnya pada Aunty Jane, dan ia memilihkan mobil itu untukku,” jelas Meyra membela diri.
Sementara Jane malah mengembangkan senyumnya lebih lebar.
”Jangan kamu permasalahkan itu my dear, Kenrich memang seperti itu, kamu jangan kaget, dia memang suka menggoda siapapun bahkan kakaknya sendiri sudah sangat bosan mendapatkan godaan darinya,” sahut Jane cepat, wanita yang merupakan istri Sony seorang pengusaha berlian yang masih terlihat begitu cantik di usianya yang nyaris memasuki kepala lima.
”Jadi Mom yang sudah meminjamkan mobil kesayanganku itu, untunglah wanita cantik ini sangat terampil menyetir karena biasanya aku tak mudah meminjamkan mobil kesayanganku pada seorang wanita,” timpal Kenrich lagi.
”Ingat Ken, wanita cantik itu adalah istri dari sepupumu jadi jaga mata dan ucapanmu,” tegas Sony mulai berseloroh.
Saat ini lelaki paruh baya itu merasa begitu bahagia karena anak keduanya itu akhirnya kembali ke rumah setelah sebelumnya mereka sempat bertengkar hebat ketika dia memaksa Kenrich untuk masuk kuliah, meski kemudian anak keduanya itu memilih mengambil hukum, bukan jurusan bisnis seperti yang ia harapkan setidaknya Kenrich melanjutkan sekolahnya dan bukan terus menenggelamkan diri dengan hobi melukisnya yang seringkali tak Sony setujui.
Kenrich kembali menelisik wajah cantik Meyra mengagumi bibir indahnya yang tampak merah alami, bagai kuncup bunga yang menggemaskan. Sejak awal melihat Kenrich sudah merasakan kekagumannya dan ia menganggap sosok Meyra adalah wanita istimewa yang membuat hatinya merasakan debaran yang tak wajar.
Sayangnya Kenrich harus menahan perasaannya itu karena nyatanya wanita yang membuatnya tertarik ini adalah istri dari sepupunya sendiri.
”Tapi jika aku tak bisa mengendalikan diriku bagaimana? Karena nyatanya sepupuku ini memiliki seorang istri yang begitu menawan,” gumam Kenrich dengan gayanya yang santai. Meski ia menyatakan yang sebenarnya tapi semua orang tetap menganggapnya sedang melemparkan sebuah lelucon.
”Berhati-hatilah dengan ucapanmu Boy,” sergah Nehan dengan bercanda.
Tapi tidak dengan Meyra, wanita berkulit bersih itu menegaskan tatapannya karena ia bisa merasakan jika sosok itu sejak awal sepertinya menunjukkan sikap yang istimewa padanya.
Walau begitu Meyra memilih mengabaikannya dan menganggap dia tak mengetahui apapun.
Setelah itu makan malam terus saja berlangsung hangat bahkan selanjutnya mereka masih saja meneruskan perbincangan hingga jauh malam sembari menunggu kembang api dilontarkan di langit Zurich ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas yang menandakan pergantian tahun.
***
Keesokan paginya Nehan memutuskan untuk terbang ke Indonesia sementara Meyra masih bertahan di Zurich, sampai malam hari untuk menunggu penerbangannya sendiri yang akan membawanya kembali ke New York.
Selama menunggu Meyra menghabiskan waktunya di dalam rumah keluarga Sony meski Sony dan istrinya memiliki agenda sendiri di saat libur tahun baru seperti sekarang. Sementara anak pertama mereka juga telah kembali ke rumah suaminya sendiri, maka tinggallah Meyra bersama Kenrich di rumah besar itu.
Walau Kenrich menunjukkan sikapnya yang sopan tapi Meyra merasa masih tak nyaman. Namun demikian Meyra tetap berusaha meladeni dengan ramah percakapan lelaki beriris biru itu, yang ternyata memiliki wawasan yang sangat luas dan mereka dengan mudah menjadi akrab.
”Jadi selain kuliah di kedokteran kamu juga suka mendongeng untuk anak-anak? Itu kegiatan kamu selama tinggal di New York?” tanya Kenrich mengunggah tanya yang lain dengan nada bicaranya yang ringan dan akrab.
Sepertinya lelaki itu sudah mencaritahu tentang Meyra sesuatu yang sekarang malah membuat sedikit kurang nyaman.
”Itu memang aktivitasku selama mendampingi Mas Nehan di New York,” jawab Meyra datar.
”Sepertinya dia begitu sibuk selama di sana?” Kenrich kembali melirik pada sosok menarik yang sedang duduk di hadapannya sedang melemparkan tatapannya ke arah luar memandangi halaman yang masih bersalju di balik kaca jendela ruang tengah.
”Tapi dia selalu bisa membagi waktunya dengan baik, Mas Nehan adalah suami terbaik dan dia selalu bisa menghadirkan momen romantis jika bersamaku.”
”Apa dia mencintaimu?”
Meyra segera mengernyit tidak suka pada Kenrich yang dianggapnya terlalu lancang seakan meragukan cinta Nehan pada dirinya.
”Tentu saja Mas Nehan mencintaiku,” tegas Meyra tak ragu.
“Kuharap dia akan tetap selalu mencintaimu,” gumam Kenrich yang malah membuat Meyra bertanya-tanya meski ia tak mengungkapkannya secara gamblang.
Meyra semakin tak bisa merasa nyaman menghabiskan waktu bersama sosok bermata biru itu padahal sebelumnya mereka membicarakan banyak hal dengan begitu santai tapi ketika mengulik tentang Nehan mendadak ucapan Kenrich menjadi sangat sarkas.
“Apa dia tak mengatakan apapun tentang kepulangannya ke Indonesia? Kenapa dia tak mengajakmu padahal saat ini maminya sedang sakit, seharusnya kamu pergi dengan dia ke sana kan?” Kenrich sekarang malah mencecar Meyra dengan pertanyaan demi pertanyaan.
Untuk beberapa saat Meyra hanya diam tak langsung menjawab, semakin lama ia merasa tak nyaman karena Kenrich terus saja mengusiknya dengan pertanyaan yang terlalu didesakkan.
“Meski kamu dan Mas Nehan adalah sepupu tapi kamu tak perlu terlalu ikut campur dengan urusan rumah tanggaku.”
Kenrich semakin menegaskan tatapannya pada sosok cantik di depannya. Nyatanya Kenrich malah mengulangi pertanyaannya.
“Katakan saja alasan apa yang sudah dikatakan suamimu itu hingga dia melarangmu untuk ikut bersamanya?”
***
Buat yang baru mampir di novel pertamaku di GN ini, moga kalian betah ya, jangan lupa ikuti terus sampai tamat. masih banyak kejutan yang akan menyapa kalian
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.