Share

5.PERTEMUAN PERTAMA

Meyra memandang lepas pada deretan pegunungan Alpen yang selalu diselimuti salju. Udara beku yang menyelimuti membuatnya kian merapatkan mantel tebal yang menutup tubuh tropisnya.

Dari kereta gantung yang dinaikinya yang akan mengantarkannya pada tempat yang lebih tinggi sebelum dirinya memulai petualangan berselancarnya, Meyra terus memadang takjub pada kekokohan Alpen yang memutih di musim dingin.

Meyra akan memulai petualangan berselancarnya hari ini. Meski dilakukan seorang diri, tapi Meyra tetap tak kehilangan semangatnya. Saat ini sang suami masih sibuk dengan lobi-lobi bisnisnya. Bukankah sejak awal Nehan sudah menegaskan bahwa perjalanan ini bukan sepenuhnya perjalanan bulan madu mereka, yang sudah ke sekian kali mereka lakukan.

”Sepertinya Nona sangat mengagumi Alpen.” Mendadak seseorang yang berada di depan Meyra menegur wanita cantik itu yang sejak tadi melemparkan pandangan pada pegunungan bersalju yang memutih itu.

Meyra menoleh sejenak dan memandang pada sosok pria kaukasoid dengan sepasang mata birunya yang tampak sangat jernih.

Teguran lelaki itu segera menyadarkan dirinya jika saat ini ia naik kereta gantung ini bersama sesosok asing lain yang tanpa dia sadari memperhatikannya sejak tadi.

Meyra hanya menyunggingkan segaris senyuman tipis, karena ia sangat tak terbiasa bersikap terlalu akrab dengan sosok asing yang belum pernah ditemui sebelumnya.

”Apa ini perjalanan pertama Nona di Swiss?” tanya sosok berambut pirang itu membuka percakapan lagi.

Meyra hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Ia masih membatasi dirinya. Meyra selalu berhati-hati apalagi saat ini suaminya tak bersamanya. Nehan masih sibuk dengan lobi bisnisnya sementara Meyra terlalu bosan tinggal di rumah tanpa melakukan apapun meski di rumah Sony, dirinya masih bisa berbincang dengan istri Sony yang sejak awal menyambutnya dengan ramah.

Tapi Meyra bersikeras karena sejak awal Meyra berniat ingin mencicipi pengalaman bermain ski di Matterhorn Glacier Paradise, di salah satu bagian pegunungan Swiss yang sudah sangat terkenal seantero dunia, meski itu harus dilakukannya tanpa didampingi Nehan.

”Apa Nona sendirian?”

Meyra mendesah pelan. Ia merasa terusik dengan pertanyaan yang terus terlontar.

Sampai akhirnya Meyra merasa perlu menunjukkan cincin yang tersemat di jari manisnya.

”Maaf sebaiknya Anda tak memanggilku nona, karena aku sekarang adalah seorang wanita yang sudah bersuami,” tegasku dengan maksud agar sosok asing itu tak sedikit menjauh, tak lagi mengusikku dengan sikapnya yang terkesan ingin mendekatiku.

Lelaki bersurai pirang itu melebarkan bibirnya memandangku dengan lebih lekat.

”Aku bisa mengira wanita secantik kamu, tentu pasti sudah ada yang memilikinya. Maaf jika aku sudah mengusikmu tadi,” ucapnya ringan.

Meyra menanggapi dengan seulas senyum.

Sampai kemudian kereta gantung yang mereka naiki sudah berhenti setelah sampai di bagian yang lebih tinggi. Selanjutnya mereka mulai bersiap untuk melakukan peluncuran.

Melihat tebing yang curam, sejenak Meyra kehilangan rasa percaya diri. Wanita cantik itu mematung beberapa saat setelah memasang semua perlengkapan ski.

Di tengah keraguannya mendadak sosok pirang itu kembali mendekat.

”Apa kamu membutuhkan bantuan ...?”

Lelaki itu sedang menunggu Meyra untuk menyebutkan namanya.

”Meyra,” sebut Meyra singkat.

Pria beriris biru itu kembali mengulas senyumnya.

”Kalau begitu panggil saja aku Ken, Kenric,” ucap lelaki itu lembut.

Meyra menanggapinya dengan sebuah anggukan pelan dan setelahnya ia kembali berkonsentrasi. Ia sungguh ingin merasakan berseluncur sesuatu yang sebelumnya sudah berulangkali ia lakukan dan sekarang ia ingin lakukan lagi, meski bukan di tempat yang terlalu curam seperti ini.

”Aku akan mendampingiku, kita akan meluncur bersama-sama,” ucap Kenric berusaha meyakinkan Meyra.

Wanita cantik itu melirik sekilas pada sosok tegap di sampingnya, mulai memberikan rasa percayanya.

Hingga akhirnya mereka meluncur bersama dengan kedua tangan Meyra memegang stik untuk mempertahankan keseimbangan.

Meyra segera tersenyum lebar, merasakan sensasi meluncur yang dahsyat yang sebelumnya tak ia rasakan ketika meluncur di area ice skating di dalam ruangan.

Meyra merasa sangat senang, yang membuatnya tawanya lepas dengan ringan.

Sementara Kenric mulai sesekali melirik pada ekspresi Meyra yang girang yang sekarang malah membesut perhatian lelaki itu.

Kenric merasa sosok wanita yang baru dijumpainya itu memiliki pesona yang tak biasa hingga mampu menarik atensinya, sangat berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernah lelaki itu temui.

Dengan cepat Kenric menjadi tertarik meski ia harus menjaga batasan karena nyatanya sosok menawan itu telah memiliki pasangan.

Akhirnya mereka bisa menyelesaikan peluncuran, dan beberapa kali Kenric memberikan arahan pada Meyra yang membuatnya bisa meluncur dengan selamat hingga sampai di bawah.

”Terima kasih, kamu benar-benar membantuku tadi.”

Kenric menjawab dengan kedikan bahu ringan.

”Kamu sendiri yang bisa melakukannya dengan baik, tampaknya kamu memiliki bakat untuk bermain ski,” puji Kenric lugas.

Meyra menanggapi dengan senyuman lebar. Kedua matanya agak menyipit malah tampak semakin cantik di mata Kenric yang sejak awal telah dibuatnya terpesona.

”Aku hanya senang saja berseluncur, rasanya aku bisa sangat bebas,” ucap Meyra apa adanya.

”Apa kamu mau melakukannya lagi?” tawar Kenric bersemangat.

Meyra malah terlihat ragu, bahkan wanita itu melirik pada jam tangannya.

”Sepertinya tidak, aku harus kembali pulang, mungkin saja suamiku sudah pulang sekarang.”

Meyra mulai membalikkan badan setelah melucuti semua perlengkapan.

Sementara Kenrich masih saja mengikuti.

”Apa kamu sudah lama tinggal di Swiss?” tanya Kenrich yang masih tak rela menyudahi pertemuan mereka yang untuk pertama kalinya ini.

”Kami hanya tinggal sementara di sini, karena sebenarnya kami masih tinggal di New York karena aku masih melanjutkan sekolahku di sana sementara suamiku juga sedang ada pekerjaan.”

”Kalau begitu apa kamu berasal dari Asia?” Kenrich terus saja mencecar sembari mengikuti langkah Meyra menuju area parkir.

”Aku berasal dari Indonesia,” jawab Meyra cepat dengan langkah yang juga sama cepatnya.

”Kamu sepertinya sedang terburu-buru, aku harap lain kali kita bisa berjumpa lagi.”

Meyra yang sedang memasukkan perlengkapannya di dalam bagasi mobil hanya melirik Kenrich datar.

”Kurasa kita tidak akan bertemu lagi karena kami mempersingkat kunjungan kami karena suamiku harus kembali ke Indonesia untuk menengok ibunya yang sakit,” jawab Meyra dengan sedikit menyunggingkan senyumnya.

Nyatanya Kenrich menatap Meyra lebih intens.

”Tapi aku berpikir sebaliknya, setelah ini kita akan bertemu lagi, dan itu tidak akan lama lagi,” ucap Kenric sembari menelisik mobil yang dipakai Meyra saat ini.

Tatapan lelaki itu menyiratkan sesuatu yang tersembunyi tapi Meyra hanya mengabaikan semua itu. Karena ia sedang tergesa-gesa dan ingin segera kembali karena suaminya sudah mengatakan padanya akan makan malam di rumah bersama anggota keluarga yang lain.

Setelah itu Meyra benar-benar pergi tak lagi mempedulikan pada lelaki asing yang tadi sudah membantunya bermain ski.

***

Meyra bersyukur bisa sampai di rumah sebelum suaminya datang. Jadi ia memiliki waktu untuk menyiapkan dirinya dan sedikit memberikan bantuan di dapur.

Sampai akhirnya sosok yang ia nantikan tiba, yang membuat Meyra segera menyongsong suaminya dengan menyajikan wajah bahagia.

Sementara Nehan menyambut istrinya dengan memberikan seulas senyuman, dan seperti biasa dia akan memberikan sedikit kecupan pada bibir indah istrinya yang selalu ia sukai.

”Apa kamu menikmati bermain ski tadi?” tanya Nehan penuh perhatian ketika dia sudah duduk di kursi meja makan bersiap untuk melakukan santap malam sembari menunggu kedatangan anggota keluarga yang lain.

”Sangat menyenangkan tadi,” jawab Meyra singkat tanpa ia menyebutkan pertemuan dengan lelaki yang memperkenalkan dirinya dengan nama Kenric itu.

”Maaf sayang, aku sudah membiarkan kamu sendirian padahal seharusnya ini menjadi acara liburan kita berdua tapi aku malah sibuk dengan persiapan untuk pendirian perusahaanku sendiri.”

Meyra mengulas senyumnya dengan lembut.

”Bukankah kamu melakukan ini untuk masa depan kita?”

Nehan tercenung sesaat sembari memandang wajah istrinya dengan lembut.

”Tentu saja sayang, aku melakukan ini semua untuk kita,” ucap Nehan sembari memberikan pelukan singkatnya pada tubuh sang istri, sosok wanita yang begitu ia cintai.

Sejurus kemudian satu persatu anggota keluarga Sony mulai masuk ke ruang makan, ikut bergabung bersama mereka.

Tapi ketika mereka akan memulai makan malam mendadak seseorang datang memberikan sapaan kepada semua orang. Bahkan juga kepada Meyra yang segera menjadi ternganga kaget, ketika melihat sosok itu.

***

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status