Meyra memandang lepas pada deretan pegunungan Alpen yang selalu diselimuti salju. Udara beku yang menyelimuti membuatnya kian merapatkan mantel tebal yang menutup tubuh tropisnya.
Dari kereta gantung yang dinaikinya yang akan mengantarkannya pada tempat yang lebih tinggi sebelum dirinya memulai petualangan berselancarnya, Meyra terus memadang takjub pada kekokohan Alpen yang memutih di musim dingin.
Meyra akan memulai petualangan berselancarnya hari ini. Meski dilakukan seorang diri, tapi Meyra tetap tak kehilangan semangatnya. Saat ini sang suami masih sibuk dengan lobi-lobi bisnisnya. Bukankah sejak awal Nehan sudah menegaskan bahwa perjalanan ini bukan sepenuhnya perjalanan bulan madu mereka, yang sudah ke sekian kali mereka lakukan.
”Sepertinya Nona sangat mengagumi Alpen.” Mendadak seseorang yang berada di depan Meyra menegur wanita cantik itu yang sejak tadi melemparkan pandangan pada pegunungan bersalju yang memutih itu.
Meyra menoleh sejenak dan memandang pada sosok pria kaukasoid dengan sepasang mata birunya yang tampak sangat jernih.
Teguran lelaki itu segera menyadarkan dirinya jika saat ini ia naik kereta gantung ini bersama sesosok asing lain yang tanpa dia sadari memperhatikannya sejak tadi.
Meyra hanya menyunggingkan segaris senyuman tipis, karena ia sangat tak terbiasa bersikap terlalu akrab dengan sosok asing yang belum pernah ditemui sebelumnya.
”Apa ini perjalanan pertama Nona di Swiss?” tanya sosok berambut pirang itu membuka percakapan lagi.
Meyra hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Ia masih membatasi dirinya. Meyra selalu berhati-hati apalagi saat ini suaminya tak bersamanya. Nehan masih sibuk dengan lobi bisnisnya sementara Meyra terlalu bosan tinggal di rumah tanpa melakukan apapun meski di rumah Sony, dirinya masih bisa berbincang dengan istri Sony yang sejak awal menyambutnya dengan ramah.
Tapi Meyra bersikeras karena sejak awal Meyra berniat ingin mencicipi pengalaman bermain ski di Matterhorn Glacier Paradise, di salah satu bagian pegunungan Swiss yang sudah sangat terkenal seantero dunia, meski itu harus dilakukannya tanpa didampingi Nehan.
”Apa Nona sendirian?”
Meyra mendesah pelan. Ia merasa terusik dengan pertanyaan yang terus terlontar.
Sampai akhirnya Meyra merasa perlu menunjukkan cincin yang tersemat di jari manisnya.
”Maaf sebaiknya Anda tak memanggilku nona, karena aku sekarang adalah seorang wanita yang sudah bersuami,” tegasku dengan maksud agar sosok asing itu tak sedikit menjauh, tak lagi mengusikku dengan sikapnya yang terkesan ingin mendekatiku.
Lelaki bersurai pirang itu melebarkan bibirnya memandangku dengan lebih lekat.
”Aku bisa mengira wanita secantik kamu, tentu pasti sudah ada yang memilikinya. Maaf jika aku sudah mengusikmu tadi,” ucapnya ringan.
Meyra menanggapi dengan seulas senyum.
Sampai kemudian kereta gantung yang mereka naiki sudah berhenti setelah sampai di bagian yang lebih tinggi. Selanjutnya mereka mulai bersiap untuk melakukan peluncuran.
Melihat tebing yang curam, sejenak Meyra kehilangan rasa percaya diri. Wanita cantik itu mematung beberapa saat setelah memasang semua perlengkapan ski.
Di tengah keraguannya mendadak sosok pirang itu kembali mendekat.
”Apa kamu membutuhkan bantuan ...?”
Lelaki itu sedang menunggu Meyra untuk menyebutkan namanya.
”Meyra,” sebut Meyra singkat.
Pria beriris biru itu kembali mengulas senyumnya.
”Kalau begitu panggil saja aku Ken, Kenric,” ucap lelaki itu lembut.
Meyra menanggapinya dengan sebuah anggukan pelan dan setelahnya ia kembali berkonsentrasi. Ia sungguh ingin merasakan berseluncur sesuatu yang sebelumnya sudah berulangkali ia lakukan dan sekarang ia ingin lakukan lagi, meski bukan di tempat yang terlalu curam seperti ini.
”Aku akan mendampingiku, kita akan meluncur bersama-sama,” ucap Kenric berusaha meyakinkan Meyra.
Wanita cantik itu melirik sekilas pada sosok tegap di sampingnya, mulai memberikan rasa percayanya.
Hingga akhirnya mereka meluncur bersama dengan kedua tangan Meyra memegang stik untuk mempertahankan keseimbangan.
Meyra segera tersenyum lebar, merasakan sensasi meluncur yang dahsyat yang sebelumnya tak ia rasakan ketika meluncur di area ice skating di dalam ruangan.
Meyra merasa sangat senang, yang membuatnya tawanya lepas dengan ringan.
Sementara Kenric mulai sesekali melirik pada ekspresi Meyra yang girang yang sekarang malah membesut perhatian lelaki itu.
Kenric merasa sosok wanita yang baru dijumpainya itu memiliki pesona yang tak biasa hingga mampu menarik atensinya, sangat berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernah lelaki itu temui.
Dengan cepat Kenric menjadi tertarik meski ia harus menjaga batasan karena nyatanya sosok menawan itu telah memiliki pasangan.
Akhirnya mereka bisa menyelesaikan peluncuran, dan beberapa kali Kenric memberikan arahan pada Meyra yang membuatnya bisa meluncur dengan selamat hingga sampai di bawah.
”Terima kasih, kamu benar-benar membantuku tadi.”
Kenric menjawab dengan kedikan bahu ringan.
”Kamu sendiri yang bisa melakukannya dengan baik, tampaknya kamu memiliki bakat untuk bermain ski,” puji Kenric lugas.
Meyra menanggapi dengan senyuman lebar. Kedua matanya agak menyipit malah tampak semakin cantik di mata Kenric yang sejak awal telah dibuatnya terpesona.
”Aku hanya senang saja berseluncur, rasanya aku bisa sangat bebas,” ucap Meyra apa adanya.
”Apa kamu mau melakukannya lagi?” tawar Kenric bersemangat.
Meyra malah terlihat ragu, bahkan wanita itu melirik pada jam tangannya.
”Sepertinya tidak, aku harus kembali pulang, mungkin saja suamiku sudah pulang sekarang.”
Meyra mulai membalikkan badan setelah melucuti semua perlengkapan.
Sementara Kenrich masih saja mengikuti.
”Apa kamu sudah lama tinggal di Swiss?” tanya Kenrich yang masih tak rela menyudahi pertemuan mereka yang untuk pertama kalinya ini.
”Kami hanya tinggal sementara di sini, karena sebenarnya kami masih tinggal di New York karena aku masih melanjutkan sekolahku di sana sementara suamiku juga sedang ada pekerjaan.”
”Kalau begitu apa kamu berasal dari Asia?” Kenrich terus saja mencecar sembari mengikuti langkah Meyra menuju area parkir.
”Aku berasal dari Indonesia,” jawab Meyra cepat dengan langkah yang juga sama cepatnya.
”Kamu sepertinya sedang terburu-buru, aku harap lain kali kita bisa berjumpa lagi.”
Meyra yang sedang memasukkan perlengkapannya di dalam bagasi mobil hanya melirik Kenrich datar.
”Kurasa kita tidak akan bertemu lagi karena kami mempersingkat kunjungan kami karena suamiku harus kembali ke Indonesia untuk menengok ibunya yang sakit,” jawab Meyra dengan sedikit menyunggingkan senyumnya.
Nyatanya Kenrich menatap Meyra lebih intens.
”Tapi aku berpikir sebaliknya, setelah ini kita akan bertemu lagi, dan itu tidak akan lama lagi,” ucap Kenric sembari menelisik mobil yang dipakai Meyra saat ini.
Tatapan lelaki itu menyiratkan sesuatu yang tersembunyi tapi Meyra hanya mengabaikan semua itu. Karena ia sedang tergesa-gesa dan ingin segera kembali karena suaminya sudah mengatakan padanya akan makan malam di rumah bersama anggota keluarga yang lain.
Setelah itu Meyra benar-benar pergi tak lagi mempedulikan pada lelaki asing yang tadi sudah membantunya bermain ski.
***
Meyra bersyukur bisa sampai di rumah sebelum suaminya datang. Jadi ia memiliki waktu untuk menyiapkan dirinya dan sedikit memberikan bantuan di dapur.
Sampai akhirnya sosok yang ia nantikan tiba, yang membuat Meyra segera menyongsong suaminya dengan menyajikan wajah bahagia.
Sementara Nehan menyambut istrinya dengan memberikan seulas senyuman, dan seperti biasa dia akan memberikan sedikit kecupan pada bibir indah istrinya yang selalu ia sukai.
”Apa kamu menikmati bermain ski tadi?” tanya Nehan penuh perhatian ketika dia sudah duduk di kursi meja makan bersiap untuk melakukan santap malam sembari menunggu kedatangan anggota keluarga yang lain.
”Sangat menyenangkan tadi,” jawab Meyra singkat tanpa ia menyebutkan pertemuan dengan lelaki yang memperkenalkan dirinya dengan nama Kenric itu.
”Maaf sayang, aku sudah membiarkan kamu sendirian padahal seharusnya ini menjadi acara liburan kita berdua tapi aku malah sibuk dengan persiapan untuk pendirian perusahaanku sendiri.”
Meyra mengulas senyumnya dengan lembut.
”Bukankah kamu melakukan ini untuk masa depan kita?”
Nehan tercenung sesaat sembari memandang wajah istrinya dengan lembut.
”Tentu saja sayang, aku melakukan ini semua untuk kita,” ucap Nehan sembari memberikan pelukan singkatnya pada tubuh sang istri, sosok wanita yang begitu ia cintai.
Sejurus kemudian satu persatu anggota keluarga Sony mulai masuk ke ruang makan, ikut bergabung bersama mereka.
Tapi ketika mereka akan memulai makan malam mendadak seseorang datang memberikan sapaan kepada semua orang. Bahkan juga kepada Meyra yang segera menjadi ternganga kaget, ketika melihat sosok itu.
***
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.