Beranda / Rumah Tangga / DESIRE DARK / Mega Dipermalukan

Share

Mega Dipermalukan

Penulis: ikan kodok
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-09 08:58:12

Part 7 (Mega Dipermalukan!)

***

“Mari kita buktikan, biar kita semua di sini tahu, punya kamu ini asli atau bukan, Mega.” tantang Mama, Mega tercengang. Namun, tak urung jua ia mengangguk setuju. Bibirnya membentuk lengkungan angkuh, seolah-olah cincin yang ia gunakan itu memang terbuat dari butiran berlian.

Tak ingin membuang waktu, Lena beranjak menuju dapur, sedangkan Weni mencari informasi di internet mengenai cara membedakan berlian asli dan palsu.

Aku terdiam mematung, menonton mereka yang sibuk mempermalukan Mega. Sesekali dengkusan kasar terdengar dari Mega. ini sudah saatnya aku membalaskan rasa sakitku padanya. Bagaimana ia yang dengan tanpa hati mengkhianati ku. Padahal jelas-jelas aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri.

Aku melirik Mama Ratna yang kini memegang dua cincin berlian dengan merek berbeda, diruang tamu kami menunggu Lena. Sementara itu Rosalina mengambil koran yang tergeletak di meja. Entah untuk apa koran itu.

Selang beberapa menit kemudian, Lena datang dengan membawa dua gelas air. Wanita berambut gelombang itu menaruh gelas tersebut di meja, lantas kembali duduk bergabung dengan yang lain. Saat semuanya sudah siap, kami segerra membentuk lingkaran memutari meja, barulah Weni menjelaskan informasi yang ia dapatkan.

“Coba deh Ros, elo masukin cincin milik Mega dan Kinan ke gelas. Dan mari kita lihat mana berlian yang asli,” titah Weni yang terdengar sebuah perintah.

Mama nampak Ratna langsung mengulurkan dua buah cincin itu pada Rosalina. Yang langsung di masukan kedalam gelas yang berbeda oleh Ros.

Aku masih mengamati gestur tubuh Mega, ia dengan penuh percaya diri menyalakan kamera dan merekam percobaan ini.

'Ayolah Mega, tanpa sadar kamu telah mempermalukan dirimu sendiri.' bisikku dalam hati.

“Lihat ya punya gue itu asli, mana mungkin gue pakai cincin Kw, secara gue itu anti dengan barang-barang murahan, bisa-bisa jari gue iritasi,” sindir Mega, kami berlima bergeming, fokus pada gelas tersebut. Beberapa detik kemudian Indi menimpali.

“Kalau berlian milik Mega asli, udah pasti tenggelam, secara dia punya kepadatan yang tinggi. Sedangkan berlian palsu bakalan mengapung. Coba kalian perhatikan baik-baik dua cincin berlian ini. Dari sini aja udah kelihatan mana yang imitasi,”

Mega langsung syok, lengkungan angkuh itu memudar terganti gutaran kebingungan. Ia mendekati dua gelas tersebut dan mengamatinya. Aku dan Mama tetap diam, melihat cincin milik Mega perlahan mengapung ke atas permukaan.

“Gila! Ga nyangka, punya elo ini jelas-jelas palsu Mega. Bisa-bisanya elo tipu kita semua di sini,” sela Indi geleng-geleng kepala. Mega tak tinggal diam, ia berusaha membela dirinya.

“Ck, punya gue beneran cincin berlian asli, ini salah kali. Udah gue bilang, gue ga cocok pakai barang murahan,”

“Ngeles aja elo Mega, jelas-jelas ini ada buktinya. Elo lihat punya Kinan, cincinnya tenggelam coy.” sahut Weni, suasana di selimuti ketegangan. Arisan yang seharusnya menjadi ajang untuk Mega pamer justru berbalik menyerangnya.

Ini belum apa-apa Mega, masih ada kejutan lain yang belum kamu coba. Pikirku.

“Sudah-sudah jangan bertengkar, kita buktikan dengan cara ke dua, gimana? Biar makin yakin?” usul Mama, aku menganggukkan kepala setuju, sekalian panggil pakarnya juga. Biar Mega tak bisa lagi mengelak.

“Gue setuju sih saran Tante Ratna,”

“Ya udah kita coba, Kinan ambil koran itu, kita pakai cara ke dua.” buru-buru aku mengambil koran yang berada di sampingku, memberikannya pada Nela. Mega nampak menatapku sinis, sorot matanya tergambar kebencian di sana.

Harusnya aku yang membencinya, bukannya ia menjalin kasih dengan suamiku.

Lantas mengapa dirinya yang seolah-olah merasa tersakiti.

“Awas ya kalau berlian gue ini beneran asli, gue bakal minta ganti rugi ke kalian. Apalagi ke elo Kinan, ini semua gara-gara elo dan cincin murahan elo itu,” aku melongo mendengar sergahan Mega. Tidak sadar ia menghina cincin memberian mertuaku. Cincin seharga langit ia bilang murahan?

“Ya elah Mega elo sensi banget sama, Kinan. Elo iri sama hidup dia? Ya wajar dong kalau dia pakai barang-barang branded secara suaminya sultan. Lah elo?” cibir Indi, seketika bola mata Mega membulat, ia melongos dan duduk di sofa.

“Silahkan buktikan, punya gue itu asli,” imbuh Mega.

Rosalina menaruh kedua cincin berlian itu di atas koran. Kami kembali memperhatikan dengan teliti. Sesuai informasi yang Weni dapatkan.

“Kalau dia berlian asli, tulisan di koran pasti ga kelihatan. Tapi kalau berlian kW beda ceritanya, udah pasti kelihatan. Sini deh elo Mega, lihat pakai mata, cincin elo ini aneh. Ga berkilau sama sekali, gue yakin 100% ini palsu,” ujar Weni penuh keyakinan, dibalas anggukan setuju oleh Lena. Tanpa perlu kuperjelaskan yang lain pasti sudah tahu.

Mega yang mendengar hal itu bangkit dari sofa, ia menghempaskan tubuhnya di sebelah Weni.

“Mau bukti apa lagi kamu Mega, perhatikan itu cincimu,” ucap Mama, Mega kalang kabut, kupastikan setelah ini ia akan mendatangi Mas Hanzel dan memarahinya.

Baguslah, bertengkar lah kalian, hingga tiba saatnya dendamku terbalas.

“Ga mungkin, gue yakin ini salah, cincin gue itu asli!” tegas Mega, tubuhnya sedikit bergetar menahan emosi yang memuncak. Ia memegang cincin itu dan memukulnya ke tepi meja. Diluar dugaan, kami dibuat lebih tercengang, cincin berlian milik Mega tergores, bahkan yang lebih parah hampir terbelah menjadi dua.

“Kebangetan elo Mega, cincin palsu bilang asli,” cibir Indi.

“Masih mau minta ganti rugi kalau itu asli?” tanyaku membuat Mega menoleh, kami berlima bangkit dan kembali duduk di sofa. Aku mengambil cincin milikku dan lekas memakainya.

Ekor mataku melihat tangan Mega yang mengepal, ia bangun dan menyambar tas jinjingnya. Kemudian melangkah pergi. Mungkin tak kuat menahan huru hara yang ia ciptakan sendiri. Mengadulah pada suamiku, aduan mu akan menjadi senjata untukku.

“Ga waras ini Mega, kok elo mau sih sahabatan sama dia. Amit-amit gue lihat kelakuannya model begitu,” aku menggelengkan kepala menanggapi ucapan Lena. Sampai detik ini pun aku masih belum percaya, Mega yang kukenal selama ini ternyata pengkhianat.

Setelah kepergian Mega, kami kembali melanjutkan arisan, mengobrol dan bertukar cerita. Mama Ratna nampak senang, ia menceritakan banyak hal, termaksud awal mula hubungannya dengan Papa.

***

Menjelang siang arisan baru selesai, Mama sudah pergi lebih dulu di jemput supir Papa, katanya ada urusan penting. Dan mengharuskannya hadir di sana. Aku tak masalah akan hal itu, lagian aku sedang ada misi tak kalah penting.

Segera aku meninggalkan pekarangan rumah Nela, melajukan mobilku mengarungi jalan raya yang selalu padat. Tujuanku saat ini menemui Mas Hanzel.

Aku menepikan mobilku sebentar, meraih gawaiku dan menyalakannya. Mengetik pesan untuk seseorang. Ya seseorang yang selalu mencampakkan ku.

[Ini saya Jasmin, masih ingat kan? Waktu itu saya sempat tak sengaja menyiram pacar anda dengan jus.] Begitu lah kira-kira pesan yang kuketik, lalu aku mengirimnya pada Mas Hanzel.

“Menyedihkan! Aku harus menjadi orang lain untuk di lirik suamiku sendiri,” gumamku frustasi. Tanganku bergerak melepas kacamata, lalu mengerjap beberapa kali.

Tak perlu waktu lama, benda pipih milikku akhirnya berdering. Saat kucek ternyata pesan dari Mas Hanzel, cepat sekali. Jika Kinan yang mengirimnya pasti butuh waktu berjam-jam hanya untuk mendapatkan balasan. Itu pun jika ia mau, jika tidak, ya seperti itulah.

[Ya, ada apa?] Nadanya berkesan bertanya, aku menggunakan mode ganda pada gawaiku.

[Apa hari ini anda ada waktu, saya ingin bertemu sebentar?] Aku tersenyum geli membacanya, menyertakan emoticon berpikir setelah tanda tanya.

[Boleh, datang saja langsung ke kantor saya. Nanti saya kirim alamatnya.]

Aku memasukan kembali ponselku dalam tas, usai mendapatkan lampu hijau. Bagaimana pun caranya, aku harus datang lebih dulu dari Mega, sepertinya Mega memang belum menemui Mas Hanzel. Tapi aku tak mungkin ke sana dengan identitas Kinan, sial! Aku harus merubah penampilan ku dulu.

Aku kembali melajukan mobil, mencari butik terdekat. Setelah menemukannya, aku segera turun dari mobil dan masuk ke dalam butik.

“Mari lah kita bermain-main, Mas. Ini sudah waktunya kamu merasakan apa yang kurasakan.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DESIRE DARK   Selamat Jalan, Cinta! (Ending)

    Part 47 Selamat Jalan, Cinta! (Ending)Setibanya di rumah sakit, Hanzel langsung di tangani Dokter. Mengingat banyaknya darah yang keluar dari punggung suaminya membuat Kinan kalut. Ditambah lagi Hanzel tidak sadarkan diri, tangannya terasa begitu dingin.Tubuh Kinan masih menggigil, perempuan itu tak menyangka ternyata Stev memiliki niat buruk padanya. Kesempatan kabur yang ia rencanakan sekian lama kini justru jadi bumerang. "Tenangkan dirimu Kinan, Hanzel akan baik-baik saja. Dia orang yang kuat, dia pasti akan bertahan untukmu." Seketika Kinan menoleh, nampak Xaxier, sahabat suaminya itu berusaha menenangkannya. Sedangkan Blacke, pria itu menghubungi orang tua Hanzel. Manuela dan yang lainnya sibuk mengurus kekacauan di perusahaan Diego dan sebagiannya menjadi saksi di kantor polisi. Kinan menunduk, buliran bening mengalir deras dari pelupuk matanya. Bayangan Hanzel yang tertembak menari-nari dalam benaknya. Kenapa takdir begitu kejam padanya? Apa salahnya, kenapa sulit sekali i

  • DESIRE DARK   Tameng Untuk Kesekian Kalinya

    Part 46 (Tameng Untuk Kesekian Kalinya)Mobil yang dikemudikan sopir Stev tiba-tiba saja menepi. Kinan terlonjak, matanya membulat sempurna. Ia seketika panik dan takut. Entahlah, ia merasakan ada kejanggalan di sini. "Kenapa berhenti Stev?" Kinan menoleh, ia langsung menyerbu Stev dengan pertanyaan. Rasa cemas datang membabi buta membuatnya bertanya-tanya."Tunggu aku di sini, aku akan urus orang yang mengikuti kita," jawab Stev. Dengan cepat Kinan menggelengkan kepalanya. Ia berusaha menahan Stev turun, Kinan takut ditinggal sendirian. Ia tidak mau kejadian dulu terulang kembali."Jangan, kumohon tetaplah di sini. Aku takut, Stev," lirih Kinan. "Kamu tidak perlu khawatir, kamu kunci mobilnya dari dalam. Biar saya sama bos yang urus mereka." Anak buah Stev menyahut, menyakinkan Kinan kalau semuanya akan baik-baik saja. Sedikit pun Kinan tak percaya. Ia sudah beberapa kali berurusan dengan maut, dan terakhir Hanzel lah yang menyelamatkannya. Selalu Hanzel yang datang di saat ia se

  • DESIRE DARK   Dalam Bahaya

    Part 45 (Dalam Bahaya!) Aku melihat Kinan pergi dengan seorang pria, wajahnya tidak terlalu jelas. Bisa tolong beritahu Hanzel." Blacke menghubungi Xaxier, pasalnya ia sudah menelepon Hanzel namun tidak diangkat. Pesan yang ia kirim pun masih belum dibaca, itu tandanya ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi di dalam. Tidak mungkin, Kinan pergi tanpa sepengetahuan Hanzel. Pria itu sangat posesif sekali pada istrinya. Pikir Blacke. "Seorang pria? Sialan, di sini kacau C'k!" Blacke mengerutkan kening, ia menatap Kinan dari kejauhan. Kacau? Benar dugaannya, ada sesuatu yang terjadi di acara pesta perusahaan? tanya Blacke pada dirinya sendiri. "Kurasa ada yang tidak beres," sambungnya masih mengamati Kinan yang hendak masuk mobil. "Coba kamu ikuti, aku akan beritahu Hanzel. Share lokasimu nanti." "Oke." Setelah mengatakan kalimat singkat itu, dengan sepihak Blacke mematikan sambungan telepon. "Mau kemana Kinan? Dari gelagatnya, ada yang tidak beres." Blacke menganto

  • DESIRE DARK   Di Ujung Kisah

    Part 44 (Di ujung Kisah)Kekacauan tak terelakkan lagi. Makian, umpatan hingga sumpah serapah menggema di tempat ini. Suara ricuh mengalahkan lagu yang berdentum keras. Para tamu undangan menatap Hanzel sinis, guratan kekecewaan terpancar di wajah mereka. Tidak ada yang menyangka, putra seorang Diego ternyata memperlakukan istrinya dengan amat buruk. Diego masih menghajar Hanis. Suara pekikan hingga jeritan dari Mega tidak membuat orang di sekeliling iba. Mereka membiarkan pria tua itu melampiaskan amarahnya. Kinan memang bukan anaknya, bukan pula terlahir dari rahim istrinya. Namun, ia sudah berjanji akan menjaga Kinan seperti yang ia utarakan dulu pada sahabatnya."Lepaskan Hanis, jangan sakiti dia, Om!""Aku bilang lepaskan!"Dari kejauhan Kinan menyaksikan semuanya. Sorot kesakitan makin menyala di matanya. Ia berpaling saat Hanzel menoleh kebelakang. Mencari istrinya ditengah kerumunan. "Aku ingin pergi. Apa masih ada yang belum selesai?" tanya Kinan. Banyak yang belum sele

  • DESIRE DARK   Pertunjukan di Mulai

    Part 43 (Pertunjukan Di mulai)Kegaduhan terjadi, tamparan dari Diego membuat para tamu undangan tercengang. Betapa hancurnya hati pria paruh baya itu, ia melihat dengan matanya sendiri putra yang selama ini Diego bangga-banggakan ternyata bajing*n. Ketakutannya selama ini telah menjadi nyata, Diego tak mengira hubungan putranya dengan simpanannya itu sampai sejauh ini. Benar-benar memalukan. Dada Kinan sesak, matanya buram oleh lelehan kristal. Sekuat apa pun ia menahan perasaannya, dirinya tetap kalah. Pertahanannya runtuh. Beruntung Stev segera memegang kedua pundak Kinan saat wanita itu hendak luluh ke lantai. Tuhan, kenapa rasanya sesakit ini, apa salahku? Kenapa aku tidak pernah bahagia, jeritnya dalam hati. "Pa—""Cukup Hanzel, apalagi yang ingin kamu jelaskan. Lihat video itu baik-baik, kurang apa Kinan hah, papa benar-benar menyesal. Menjodohkan kamu dengan berlian jika pada akhirnya kamu tetap buang." Diego tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, ia bahkan tidak berani mel

  • DESIRE DARK   Siapa Yang Salah

    Part 42 (Siapa Yang Salah)Kinan mengerakkan bola matanya, mencari sosok pria bernama stev. Sebentar lagi acara akan dimulai, tapi Kinan belum juga bertemu dengan Stev. Apa yang pria itu rencanaka membuatnya dirundung rasa penasaran. Terlebih kalimat yang Mega ucapkan terngeliang di kepalanya."Kamu sedang cari siapa, Kinan?" Hanzel membelai lembut pipi istrinya. Seketika lamunan wanita itu buyar. "Bukan apa-apa, Mas," jawab Kinan gugup. Dari ekor matanya Hanzel menatap istrinya, pria berbalut kemeja itu mencoba mencari kebohongan di mata Kinan, pasalnya wanita itu sejak tadi bergerak gelisah. "Kamu yakin?" Kinan mendongak, tatapan matanya langsung bersibohok dengan netra tajam Hanzel. "Iya Mas, bukan apa-apa. Aku hanya gugup saja," alibi Kinan.Hanzel mengatupkan mulutnya, ia menahan ribuan tanya yang membelit benaknya. Ditariknya kursi, lantas mempersilakan istrinya duduk. "Kamu butuh sesuatu?""Tidak,""Ingin minum?""Aku tidak haus Mas,""Baik lah." Hanzel mendorong kursi m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status