Kazumi mengarahkan pandangannya pada Syena ketika mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan tersebut.
Wajahnya terlihat tidak enak dipandang, pertanda pertanyaan Syena tidak disukainya."Kenapa kamu bertanya hal-hal yang seharusnya tidak perlu kau tanyakan? Masalahmu sudah aku selesaikan sekarang tutup saja mulutmu."Tidak hanya wajahnya, ucapan Kazumi juga tidak nyaman untuk didengar."Maaf, Tuan. Saya bertanya agar saya bisa membantu untuk mengingat, jika itu istri Tuan, saya-""Sudahlah! Kau cukup diam saja. Kau boleh bicara jika diperlukan, jika tidak diperlukan kau wajib diam, kalau kau tidak patuh, maka aku juga tidak akan menampungmu!""Baik, Tuan!"Kazumi berbalik, lalu ia memberikan perintah pada Syena untuk mengikutinya.Karena sekarang, Syena adalah orang yang akan bekerja dengan Kazumi, perempuan itu patuh saja diberi perintah mengikuti.Saat mereka di luar kamar, sang germo terlihat tersenyum pada Kazumi seolah ingin Kazumi berlangganan dengannya. Tetapi, Kazumi mengabaikan senyuman sang germo.Terus melangkah diikuti oleh Syena dan beberapa anak buahnya untuk meninggalkan tempat hiburan malam berkedok hotel tersebut.***"Darimana saja kamu?" tanya Kazumi pada sang istri saat menjelang subuh ia melihat perempuan itu baru masuk ke dalam kamar mereka."Untuk apa kamu bertanya? Toh, itu tidak penting buat kamu, kan?"Rachel, istri Kazumi menjawab dengan ketus sambil melepas jaket yang membungkus tubuhnya.Kazumi turun dari tempat tidur, dan melangkah menghampiri Rachel lalu melipat kedua tangannya di dada."Memang, tidak penting untuk hatiku, tapi penting untuk nama baik keluarga ini, Rachel!"Perempuan berambut panjang itu mendongak dan menatap sang suami yang resmi menikahinya setahun yang lalu tersebut.Namun, selama setahun itu, Kazumi tidak pernah menyentuh Rachel hingga mereka tidak pernah melakukan aktivitas intim selayaknya pasangan suami istri yang sudah sah."Mau sampai kapan? Mau sampai kapan aku jadi boneka di rumah ini? Aku juga punya perasaan, Zumi! Apakah kamu benar-benar tidak punya hati sama sekali? Apakah di otak kamu itu hanya ada bisnis dan uang saja?""Baru satu tahun, Rachel, kau butuh melewati masa dua tahun lagi baru kau bisa bebas dari pernikahan kita, bukankah itu sudah aku jelaskan berkali-kali?""Sekarang ini perusahaan ayahmu itu sudah semakin baik, aku rasa waktu dua tahun itu dipersingkat saja!""Oh, pantas kamu mulai keluyuran di tempat hiburan malam, jadi ini alasan kamu?"Rachel terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Kazumi, tidak menyangka secepat itu suaminya tahu apa yang ia lakukan di luar."Aku bosan di rumah, wajar aku cari hiburan!""Akan jadi tidak wajar jika caramu ke sana seperti wanita murahan!""Aku enggak peduli apa kata kamu, aku cuma cari pelampiasan, aku punya suami tapi seperti tidak punya suami, untuk apa?"Rachel berbalik dan melangkah meninggalkan Kazumi, Kazumi murka dengan apa yang dilakukan oleh sang isteri hingga ia memanggil istrinya tersebut untuk tidak beranjak."Aku bilang bertahan dua tahun lagi! Apakah dua tahun itu sangat lama bagimu? Ingat, Rachel, kita menikah karena ayahmu berhutang nyawa pada ayahku, ingat?"Rachel menghentikan langkahnya, dan berbalik lalu menatap wajah suaminya."Kau selalu mengulang kalimat itu berkali-kali selama kita menikah, bagaimana aku tidak ingat?""Jadi?"Rachel melangkah menghampiri sang suami sehingga apa yang dilakukan sang istri membuat Kazumi sedikit was-was.Biasanya, perempuan itu selalu patuh padanya, sejak mereka menikah, sebab tahu segala aturan yang sudah dibuat, tapi mengapa sekarang Rachel seperti melakukan perlawanan?Rachel menghentikan langkahnya tepat di hadapan Kazumi dengan jarak yang sangat dekat hingga Kazumi bisa mencium bau alkohol dari tubuh Rachel.Alkohol yang dikonsumsi istrinya atau dari pasangan kencan sang istri di tempat hiburan tersebut, Kazumi tidak tahu, yang jelas sekarang ia sangat marah mencium aroma itu."Memalukan, tidak hanya ke tempat hiburan, tapi kau juga mabuk, kau sekarang sudah bosan menjaga kehormatan?"Kazumi bicara seperti itu, sambil mundur menjauhi sang istri. Rachel tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan suaminya."Kalau bicara sinis kamu jago sekali, Suamiku, tapi kau sendiri tidak bisa menjadi suami yang baik untuk istrimu ini, begini saja, bagaimana kalau dari sekarang, kita ubah situasi dalam pernikahan kita?""Apa maksudmu?""Aku tahu beberapa jam yang lalu kamu ke tempat hiburan yang sama di mana aku berada, kau sedang mencari aku, kan?""Aku hanya tidak suka kau bertindak sembarangan!""Akui saja! Akui bahwa kamu sudah mulai menyukai aku, Zumi! Kenapa kamu menahan diri? Kenapa kita tidak memperbaiki situasi pernikahan kita yang sekarang?""Tidak ada hal yang perlu diperbaiki, Rachel, karena pernikahan kita tidak rusak sejak awal, tapi aturan pernikahan kita akan rusak jika kau tidak mau menjaga kelakuan kamu itu!""Kamu tidak menyukai aku?""Tidak!""Apakah selama kita tinggal bersama, kamu sama sekali tidak pernah melihat bagian menarik dari tubuhku?"Sambil bicara seperti itu, Rachel membuka kancing baju yang dipakainya, hingga Kazumi sontak berbalik."Cukup, Rachel! Masalah malam ini saja kau belum bisa membuat aku memaafkanmu, sekarang kau ingin mencoba menggodaku, kau tahu sekarang kau sangat menjijikkan?""Menjijikkan? Aku menjijikkan? Menjijikkan darimana?"Setengah menjerit, Rachel mengulang kalimat yang diucapkan oleh Kazumi karena ia merasa tersinggung dengan bagian tersebut."Ya! Kau menjijikkan! Karena kau, bau alkohol! Kau mabuk dengan teman kencanmu, dan sekarang kau pulang ingin menggodaku, yang benar saja!"Setelah bicara demikian, Kazumi beranjak meninggalkan sang istri yang hanya bisa tergugu di tempatnya merasa tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh suaminya tersebut."Aku enggak minum alkohol, kenapa dia bilang aku bau alkohol?" gumamnya sambil mengendus tubuhnya sendiri untuk mencari aroma alkohol yang dikatakan oleh Kazumi.Sementara itu, Kazumi keluar dari kamarnya karena merasa kesal dengan sang istri. Saat itulah, asisten pribadinya tergopoh-gopoh menghampirinya hingga membuat Kazumi mengerutkan keningnya."Ada apa? Kenapa kau berlarian subuh-subuh begini?""Gawat, Tuan!""Apanya?""Beberapa wartawan ada di depan gerbang, mereka meminta klarifikasi tentang kedatangan Tuan di tempat hiburan saat mencari istri Tuan.""Katakan saja bahwa aku ke sana sedang bertemu dengan klien!""Itu sulit, Tuan, karena pria yang membeli perempuan yang Tuan bawa itu mengatakan, Tuan merampas perempuan yang dibelinya dan ini membahayakan saham perusahaan!""Apa? Mana bisa seperti itu? Memangnya dia punya keberanian sebesar apa melakukan hal demikian?""Orang itu bekerja sama dengan perusahaan pesaing, Tuan. Pada awalnya dia memang takut dengan Tuan, tapi ternyata itu hanya taktik.""Kau ingin bilang, perempuan bernama Syena itu sengaja ingin menjebak aku begitu?""Jika tidak, mana mungkin ini sebuah kebetulan? Saya rasa, kisah sedih gadis itu hanya sebuah karangan saja!""Bawa aku menemui perempuan itu!"Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak