"Jangan! Jangan, Tuan! Tolong jangan lakukan itu!" pinta Syena memelas.
"Kalau begitu, cepat jawab pertanyaan dariku, di mana perempuan yang aku maksud, sekarang!"Syena kembali berpikir keras, sebenarnya siapa perempuan yang dimaksud oleh laki-laki berpakaian formal di hadapannya ini? Mengapa ia dianggap tahu segala?Jika ia mengatakan tidak tahu, pria itu pasti akan marah seperti tadi, dan menganggapnya ia sedang berbohong, tapi jika ia mengatakan tahu tentang perempuan itu, ia sendiri bingung perempuan yang dimaksud itu siapa?"Tuan, bisakah, Tuan menyebutkan ciri-cirinya?"Akhirnya, Syena menemukan kalimat yang dinilainya tepat untuk menanggapi apa yang diucapkan laki-laki berpakaian formal tersebut.Kazumi sebenarnya malas sekali banyak bicara dengan orang asing, tapi ketika melihat wajah perempuan di hadapannya terlihat sungguh-sungguh, akhirnya, ia menyebutkan ciri-ciri wanita yang dicarinya tersebut."Oh, saya memang sempat melihat wanita seperti yang Tuan sebutkan ciri-cirinya tadi.""Di mana?" tanya Kazumi tidak sabar.Syena menyebutkan bahwa ia memang sempat melihat perempuan dengan ciri-ciri yang disebutkan laki-laki bersama seorang pria yang juga terlihat sama saja karakternya dengan pria di hadapannya sekarang.Kazumi mengepalkan telapak tangannya, dan mencari ponselnya dari balik saku jasnya.Sebelum ia menghubungi seseorang di ponselnya, ia akhirnya meminta Syena untuk keluar dari kamar itu karena ia merasa interogasi sudah cukup.Mendapatkan isyarat kebebasan yang diberikan oleh Kazumi, Syena sangat gembira. Perempuan itu tidak peduli tangannya yang masih terikat dasi, yang penting kakinya bisa melangkah.Dengan keahliannya yang bisa melepaskan ikatan dari simpul apapun, Syena dengan mudah melepas ikatan dasi itu di tangannya, dan kini dengan mantap ia melangkahkan kakinya ke arah pintu.Namun, baru saja ia ingin meraih handle pintu, tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar, lalu muncul salah satu anak buah Kazumi yang langsung menyingkir saat melihat Syena.Tidak mau pria berpakaian formal itu berubah pikiran, Syena langsung ingin keluar, namun gerakannya terhenti saat germo yang membelinya dari sang ayah tiri berdiri di ambang pintu kamar di mana Kazumi berada."Perempuan tidak tahu malu, sudah dibayar mahal, tapi tidak bisa bekerja dengan baik, cepat ke sini!"Germo bertubuh gemuk itu memaki Syena, dan Syena mundur karena merasa keinginannya untuk pergi jadi terancam karena jika ia pergi sang germo akan menangkapnya kembali dan memaksanya melayani orang.Mendengar ada suara yang asing di belakangnya, Kazumi yang usai menelpon seseorang berbalik.Ia mengerutkan keningnya melihat perempuan gemuk dengan bibir yang dipoles lipstik merah menyala itu mendekati Syena seperti ingin menyeret perempuan yang tadi diintrogasi nya itu secara paksa.Syena berlari ke belakang tubuh Kazumi dan dengan lancangnya berpegangan pada salah satu lengan Kazumi seolah meminta perlindungan.Meskipun Syena tidak tahu, pria berpakaian formal itu baik atau tidak, setidaknya, saat ia dilepaskan setelah selesai di interogasi, Syena menilai, Kazumi adalah laki-laki yang baik."Tuan, tolong saya, katakan pada wanita itu bahwa Tuan sudah membeli saya dari pria yang membayar saya tadi, bisa?"Syena berbisik di telinga Kazumi meskipun ia tidak sampai di posisi yang tepat karena tubuh Kazumi yang tinggi mengalahkan tinggi tubuhnya sendiri."Kamu berani minta tolong padaku? Aku sudah memberikan perintah padamu untuk pergi, jadi itu urusanmu!" sahut Kazumi sambil melepaskan cengkraman tangan Syena di lengannya.Namun, Syena yang terlanjur ketakutan tidak mau dileraikan begitu saja oleh Kazumi. Perempuan itu semakin erat mencengkram lengan Kazumi sampai Kazumi mengernyit menahan sakit."Lepaskan cengkraman tanganmu itu! Kau ingin memutuskan tanganku, apa?" bentaknya pada Syena."Tuan, tolonglah sekali ini saja, saya berjanji akan melakukan apapun permintaan Tuan, tapi tolong katakan pada wanita itu bahwa saya ikut Tuan!"Tersendat-sendat, Syena bicara seperti itu, karena sangat khawatir Kazumi tidak mau memberikan perlindungan pada dirinya."Kau tahu? Sekali masuk dalam jeratanku, kau akan sulit untuk keluar, sekarang kau boleh pergi tapi kau ingin aku tahan, apakah kau tidak menyesal sudah bersikap seperti ini padaku?""Saya tidak menyesal, Tuan. Asalkan bisa bebas dengan wanita itu, saya tidak akan pernah menyesal!""Baik, ini keputusanmu, aku harap kamu tidak melupakan itu!"Setelah bicara demikian pada Syena, Kazumi segera mengarahkan pandangannya pada wanita gemuk di hadapannya.Ia memberikan isyarat pada anak buahnya untuk membiarkan germo itu mendekati dirinya setelah tadi anak buahnya menahan pergerakan perempuan tersebut.Setelah tidak lagi ditahan, germo yang membeli Syena langsung mendekati Kazumi sambil mengarahkan pandangannya pada Syena yang masih berlindung di belakang Kazumi."Serahkan perempuan itu padaku!" katanya dengan suara yang lantang terhadap Kazumi."Kenapa Anda begitu lancang masuk ke kamar ini padahal aku sedang melakukan pendekatan dengan gadis ini?""Apa?"Sang germo terlihat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Kazumi padanya."Gadis ini sudah aku beli dengan harga yang mahal dari seseorang, jadi jika kau ingin dia kembali padamu, bayar setara dengan harga yang aku keluarkan untuknya tadi.""Itu tidak mungkin! Mana boleh membeli seorang gadis tidak lewat dariku! Anda membeli gadis ini pada Tuan Radit? Dia juga membayar mahal karena perempuan ini masih perawan!""Berapa dia membayarmu?""50 juta."Kazumi mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompet bermerknya dan kartu itu diberikannya pada sang germo."Di sini ada yang 100 juta, apakah cukup untuk membuat Anda pergi dariku?"Mata germo itu berbinar. Mendapatkan harga lebih tinggi dari harga yang diberikan oleh pria sebelumnya yang membeli Syena.Dengan cepat, ia menyambar kartu itu dan mencium kartu itu dengan sangat nikmat."Tentu saja, Tuan. Silahkan bawa gadis itu, semoga dia bisa patuh pada Tuan, jika Tuan butuh gadis perawan lagi, aku akan mencarikannya dengan senang hati!"Wanita berlipstik tebal itu segera membalikkan tubuhnya usai mengucapkan kata-kata itu pada Kazumi.Setelah sang germo pergi, Kazumi memberikan isyarat pada anak buahnya untuk keluar dari ruangan tersebut. Sehingga sekarang tersisa ia dan Syena saja di kamar itu dan Syena mundur perlahan karena merasakan aura di kamar tersebut sudah tidak nyaman baginya.Kazumi menatap Syena dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tanpa terkecuali celah pakaian perempuan itu yang belum terkancing dengan baik hingga bagian dadanya terlihat mata Kazumi."Apakah benar, kau ini masih Virgin?" tanyanya, dan pertanyaan itu membuat Syena merasa dirinya berada di dalam bahaya kembali.Aku bohong aja kali, ya? Kalau aku bilang masih perawan, dia pasti sama saja seperti pria yang tadi membeliku, semoga dia akan jijik kalau aku bilang udah enggak perawan lagi....Hati Syena bicara sambil mengumpulkan kekuatan untuk mengucapkan kebohongan di hadapan Kazumi."Saya, sudah tidak perawan, Tuan, jadi Tuan tidak usah tertipu dengan apa yang diucapkan oleh germo tadi pada Tuan...."Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se