Share

Part 14

Andar sudah menungguku di ujung tiang listrik dekat parkiran. Tak ada ransel atau embel-embel alat-alat kerja yang sudah menjadi ciri khasnya. Menurutku.

Dia melambaikan tangan, seolah aku tak tahu kalau dia di situ. Aku membalasnya dengan senyuman. Setidaknya senyumku ini bisa saja berharga lima sampai enam juta.

"Sudah lama?" Aku berbasa-basi. Tentu saja dia menungguku lama. Bukankah aku harus menyanyikan lagu Indonesia raya dan Padamu Negeri dulu sebagai syarat dari Ayah? Sudah jutaan kali aku menyanyikan lagu itu setiap menginginkan sesuatu. Apa Ayah tidak ingin mendengar lagu-lagu lain?

Lagu daerah misalnya.

"Tidak apa. Itu hanya akan mengurangi poinmu," tukasnya, sambil menyodorkan helm bogo bergambar kartun kuda poni berwarna pink.

"Punya siapa?" Aku menyambut benda berat itu.

"Pakai saja!"

"Milik pacarmu, ya?" Aku mengendus bagian dalam pelindung kepala itu. Mencari aroma-aroma yang identik dengan wanita.

"Kalau aku punya pacar, aku tidak akan mungkin memilih untuk jala
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status