Share

Part 9

Kupandangi wajah Ayah yang sedang berdiri membuka tutup ricecoocer. Mengambil piring yang tadi dia masukkan. Kubiarkan saja dia bersusah payah. Kalau kularang, dia pasti akan merasa membebani dan mengancam minta dimasukkan ke panti jompo.

"Paman kau pasti kapok mengajak pergi-pergi lagi. Banyak sekali yang kau minta."

"Sudah Sarah bilang, Sarah tidak pernah minta. Itu hanya upah karena Sarah sudah menemaninya."

"Apa dia betah tinggal di sana?"

"Hem. Kelihatannya begitu. Dia rajin memposting ruangan demi ruangan di grup keluarga. Ayah mau melihatnya?"

Ayah menggeleng. "Lebih baik Ayah bertemu dengannya secara langsung."

.

Aku berjalan kaki keluar rumah menuju cafe. Memikirkan apa yang tadi dikatakan Ayah. Bukannya aku malu atau tak ingin mengenalkan Paman Harun kepadanya. Aku hanya tak ingin keluarga Siagian tahu kalau keluargaku sekarang tak sesempurna itu.

"Butuh tumpangan?" motor sport berwarna merah itu kembali memotong langkahku.

"Menjauhlah. Aku tak ingin lagi bicara padamu."
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
ceritanya seneng kalem tapi seruh nih Sarah ketahuan si paman wkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Todoz Sien
bagus ceritanya ngalir
goodnovel comment avatar
Rahman Hazim
hahaha pamany pindah kantor sebelah kantor die.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status