Share

57. Diajak Nikah

Penulis: Blue Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 23:01:01

"Hah?!"

Tiba-tiba sekali Ryan bicara seperti itu.

"Serius."

"Gak ah... apa sih! Kebiasaan kalau ada orang lagi ngomong serius malah ngelantur!" omel Titi kesal.

Ryan tertawa, "Udah nggak usah serius-serius, yang serius nikah aja sama aku," balasnya.

Ia sambil menaik turunkan alisnya dengan percaya diri, sifat genitnya mulai kambuh lagi.

Hal itu membuat Titi jadi kesal sendiri dan cemberut, ia pun pergi sambil membawa minuman yang ia buat ke ruang TV.

Di sana sudah ada Sifa yang sedang menonton TV bersama Nyonya Miller.

Titi melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 18.56 waktu setempat.

Maka, Titi pun mengambil alih tugas Nyonya Miller.

"Nyonya Miller, Anda boleh pulang karena sudah melebihi waktu kerja Anda. Saya minta maaf harus merepotkan Anda," ujar Titi merasa bersalah.

"Tidak masalah, Nyonya. Lagian saya juga sendirian di rumah."

"Oh begitu... Anda bisa di sini saja loh, pasti Ryan gak papa, biar rame."

Nyonya Miller menolak dengan halus, ia tentu lebih nyam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   58. Mamaku Itu Mama Titi!

    "Iya bener, tapi apa itu salah satu faktor yang sangat kuat kenapa Titi nolak gue?" "Ya jelas dong, liat dia yang sekarang udah kelihatan religius. Terus lu berharap kalau dia nggak bakal ngelihat lu dari segi value keyakinan? Bahkan kalau dia sekarang membalas perasaan lu, faktor keyakinan itu punya peran penting dalam kehidupan. Kalau saran gue sih, kalo kalian sama-sama religius, lebih baik gak usah diterusin." Ryan jadi memikirkan itu, jadi selama ini bukan hanya tentang masa lalu yang menghalanginya? Titi yang ada di balik tembok terlihat pergi dari sana dan memilih untuk menutup telinga dari fakta yang ada. "Kalau hanya itu jalannya, kenapa enggak gue tempuh?" tanya Ryan nekat. Melati pun menghela napas, "Gue gak maksa, dan gue harap lo juga harus lunya alasan dulu buat ngubah itu. Karena gak cuma tentang cinta, tapi urusan lu sama Tuha." "I know, gue paham banget. Sebenernya gue udah ancang-ancang sih, udah punya planning ke arah sana waktu kami masih pacaran. Cuman

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   57. Diajak Nikah

    "Hah?!" Tiba-tiba sekali Ryan bicara seperti itu. "Serius." "Gak ah... apa sih! Kebiasaan kalau ada orang lagi ngomong serius malah ngelantur!" omel Titi kesal. Ryan tertawa, "Udah nggak usah serius-serius, yang serius nikah aja sama aku," balasnya. Ia sambil menaik turunkan alisnya dengan percaya diri, sifat genitnya mulai kambuh lagi. Hal itu membuat Titi jadi kesal sendiri dan cemberut, ia pun pergi sambil membawa minuman yang ia buat ke ruang TV. Di sana sudah ada Sifa yang sedang menonton TV bersama Nyonya Miller. Titi melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 18.56 waktu setempat. Maka, Titi pun mengambil alih tugas Nyonya Miller. "Nyonya Miller, Anda boleh pulang karena sudah melebihi waktu kerja Anda. Saya minta maaf harus merepotkan Anda," ujar Titi merasa bersalah. "Tidak masalah, Nyonya. Lagian saya juga sendirian di rumah." "Oh begitu... Anda bisa di sini saja loh, pasti Ryan gak papa, biar rame." Nyonya Miller menolak dengan halus, ia tentu lebih nyam

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   56. Ryan Cenayang

    "Jadi, apa yang terjadi Kak?" tanya Titi tak sabaran. Melati terlihat mempertimbangkan sesuatu, ia duduk dengan gelisah. "Maafkan aku, Titi. Setelah merenung semalaman, aku... akhirnya sadar, kalau aku bener-bener kelewatan." "Aku seharusnya bisa melihat kalau kamu sudah banyak membantuku mengemban posisiku sebagai Ibu. Dan kondisiku gak bisa dijadikan alasan untuk aku menyakitimu. Aku terlalu fokus pada diriku sendiri, seolah-olah dunia ini hanya berputar pada aku saja. Aku melemparkan tanggung jawabku kepadamu dan akhirnya aku nggak jauh beda sama ayah kandung Sifa." Titi hanya diam, siap mendengarkan apapun yang akan dikatakan oleh kakaknya. "Tapi untuk selanjutnya, aku juga terlalu malu untuk membiarkan Sifa tahu kalau ibunya pernah kabur dari tanggung jawab. Jadi bersediakah kalau kamu tetap menjadi ibunya?" tanya Melati pada Titi. Titi pun menarik nafas berat, kemudian menghembuskannya perlahan. "Aku sih mau-mau aja, hanya saja hidup dengan membohongi Sifa sejak lahir

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   55. Dia yang Datang

    Titi mendekati layar di samping pintu, dan melihat siapa yang datang. "Kak Melati?" gumam Titi terkejut. Tanpa aba-aba, ia langsung membuka pintu dan melihat kayaknya sedang berdiri di sana dengan penampilan yang seperti semalam.Itu artinya ia tidak kemana-mana, dan tetap di luar.Ia juga terlihat sangat lemah, seolah-olah ia tidak berpindah tempat dari sebelum mereka berpisah tadi malam.Ryan yang tadinya duduk dengan Sifa pun ikut terkejut, karena melihat Titi membawa Melati masuk."Ada apa ini?" tanyanya."Em... kayaknya Kak Melati keliatan lemes banget, aku izin bawa dia ke sini ya, maaf ya....""Iya nggak apa-apa, pakai kamar sebelah kamarmu." "Oke makasih. Setelah kakaknya istirahat, Titi pun keluar dan melihat Ryan dan Sifa sedang sibuk bermain "Apa yang terjadi?" tanya Ryan khawatir. Titi menggeleng, "Dia belum cerita. Mungkin dia butuh istirahat dulu.""Oke ..."Kemudian Titi melihat ke arah Ryan dengan tatapan penuh isyarat, sehingga Ryan mengerti kalau Titi mau bic

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   54. Bagaimana Kalau Tinggal di Sini Saja?

    Titi melihat ke belakang, melihat kakaknya yang duduk di bangku taman.Kakaknya semakin menjauh dan menjauh, seiring mobil itu pergi dari sana.Ia kasihan pada kakaknya, habis diusir, diomelin Ryan, kemudian sekarang ditinggal sendirian di sana."Itu... beneran Kakak aku nggak apa-apa?" tanya Titi pada Ryan.Ryan mendengus kesal, "Kenapa kamu masih mikirin dia, sementara dia saja enggak memikirkan kamu selama ini.""Tapi kamu nggak perlu ngomong kayak gitu tadi sama Kak Melati! Dia juga butuh waktu untuk memahami situasi kok," ujar Titi mencoba tetap mengerti situasi kakaknya."Itu kamu yang harusnya sadar. Selama ini kamu udah dimanfaatin sama dia, tapi gak dihargai. Sampai kapan kamu mau seperti itu terus?" tanya Ryan tegas.Yah, sepertinya Titi salah karena memancing emosi Ryan di saat seperti ini. Emosinya masih tertinggal, dan ia marah.Jadi Titi memilih untuk diam, dan tidur saja. Daripada mengambil resiko kecelakaan di jalan gara-gara Ryan emosi..Wesampainya di apartemen, Syi

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   53. Keras Kepala

    "Diam, kamu Titi! Kamu menghancurkan segalanya!" hardik Melati tiba-tiba. Titi terkejut dengan respon itu, ia kira setelah kakaknya merenung ia sadar. Akan tetapi, malah tambah menyalahkannya.Kapan sih kakaknya belajar untuk menggunakan sedikit saja logika, kalau hidup itu bukan hanya tentang perasaan cinta atau apapun itu.Kemudian memahami, cinta tidak harus didapatkan dari seorang pria kepada wanita atau sebaliknya, tapi dari orang tua yang mencintai kita saudara atau orang-orang di sekeliling kita yang mencintai kita.Melati tidak seperti itu, sejak awal ia menjauhi semua orang yang mencintainya. Seolah-olah merasa menjadi satu-satunya korban.Padahal, Ia sendiri yang menjauhi orang lain, bukan orang lain yang menjauhinya.Bahkan banyak teman Melati yang bertanya-tanya tentang di mana ia, kenapa tidak pernah terlihat setelah melahirkan?Mereka sangat peduli dan Titi tahu, mereka tulus. Mereka adalah teman kerja kakaknya yang paling loyal, bahkan ketika mereka tahu kalau kakaknya

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   52. Menemui Melati

    "Ryan," pnggil Titi. "Hem?" Ryan yang sedang angkat beban pun langsung menoleh dan meletakkan alatnya. Titi sudah siap, "Katanya mau ketemu Kak Melati?" tanyanya. "Kan setengah jam lagi," ujar Ryan. "Kan setengah jam perjalanan ke sana," balas Titi. "Ya udah, bentar aku siap-siap." Titi menghela npas, kebiasaan sekali pria itu kalau janjian. Tidak sih, sepertinya hanya dengannya ia santai, sementara dengan pekerjaannya sangat disiplin. Tiba-tiba Sifa memeluk pinggangnya dengan erat. "Mama! Aku gak boleh ikut nih?" tanya Sifa seolah membujug sang ibu. Titi pun mencium pipi putri tercintanya itu. "Enggak dulu ya, Sayang. Nanti kalau Mama udah pulang, Mama akan ajak kamu ke suatu tempat yang bagus dan kita jajan di sana." "Janji?!" ujar Sifa. "Iya, Sayang. Bantu doain Mama ya ... biar urusan kami lancar. Jadi, Mama bisa tepatin janji." "Oke, Mama." Kemudian Titi pun pamit pada Nyonya Miller dan Sifa untuk pergi menemui Melati seperti yang sudah direncanaka

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   51. Kencan Berdua?

    "Ngantuk, Ma. Gendong!" ujar Sifa mengulurkan tangan pada Titi. Itu setelah mereka mengunjungi beberapa tempat seru di Washington DC. Ryan langsung maju dan menggendong Sifa. "Akhhhh!" teriak Sifa kaget. "Haha! Udah sama Papi aja! Mama juga kelihatan capek,x ujar Ryan tersenyum tulus. "Kamu emang nggak capek?" tanya Titi. "Kalaupun aku capek masa aku biarin kamu gendong Sifa, padahal aku lebih kuat dari kamu," balas Ryan."Dih pamer!" ujar Titi membuang muka tapi tersenyum. Hal itu membuat Ryan tertawa, ia bersyukur.Cara Titi membalas semua kata-katanya, jelas ia sudah membuka hati padanya.Setelah Sifa benar-benar tidur, Ryan meminta David dan Nyonya Miller untuk kembali ke apartemen dulu. Itu karena ia ingin mengajak titi ke tempat lain."Em... kita mau ke mana sih? Terus Sifa?" "Dia aman sama mereka. Tenang aja, aku nggak cuma punya mereka kok, ada orang yang jagain dari jauh juga." Titi makin curiga kalau sebenarnya Ryan punya banyak bisnis di manapun ia berada, tak

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   50. Seperti Keluarga Kecil

    "Kok cepet banget udah sampe sini?" tanya Titi. Mereka sudah mulai bergerak dari tepian, mengontel dengan gerakan kompak dan santai. "Sesuai prediksi, pagi tiga jam lalu sampai," jawab Ryan. "Iya, kok tiba-tiba udah di sini?" "Emang sengaja surprise hehe..." Titi terkekeh, "Apaan sih." Titi tidak tahu kenapa ia jadi mulai terbawa perasaan oleh perlakuan Ryan. Padahal ia sudah meyakinkan hatinya agar tidak terbawa arus, terbawa suasana. Perahu ontel ini justru membuatnya kembali mengenang masa lalu. Ryan tahu bahwa Ia senang pergi ke alam, sehingga mereka sering pergi kencan ke alam jika tidak sedang pergi ke area Ice Skating. Seperti ke pantai, ke gunung, ke danau sehingga mereka bisa naik perahu atau dengan perahu ontel yang di mana di Indonesia biasanya bentuknya macam-macam. Seperti bentuk Bebek, dan lain-lain. "Mama, Mama! Kok nggak ada yang Bebek ontel ya?" tanya Sifa sambil makan Ciki. "Iya, Sayang. Soalnya beda kalo di sini bentuknya gak macem-macem karena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status