Share

Bab 9. Rahasia Daniella

“Beraninya Kau menghina mommy seperti itu! Kau tidak pernah bisa membuktikan tuduhan kejimu seumur hidupnya! Kau laki-laki paling brengsek yang pernah kutahu!” balas Jack dengan suara keras, untuk menyaingi musik di ruangan.

“Keluar Kau! Kau tak pernah diterima di rumah ini. Sudah bagus aku tidak mempermalukannya dengan membiarkanmu menyandang nama Hamilton. Wanita tak setia itu pantas mati!” balas Edwad Hamilton dengan napas terengah. Dia semakin murka melihat Jack berani membalas kata-katanya. Tak ada yang pernah berani membalas kata-katanya di kediaman itu.

“Lempar dia keluar! Ingat ini Hudson, ini perintahku. Jangan pernah ijinkan dia menjejakkan kaki di kediamanku lagi!” teriak Edward Hamilton dengan suara keras, agar Jack yang tengah diseret itu mendengarnya.

Brukk! Tubuh Jack dilempar ke halaman.  Dengan kemarahan Jack bangkit dan menunjuk Edward yang memperhatikannya dari jendela.

“Mulai sekarang aku akan menanggalkan nama Hamilton. Kau bukan siapa-siapaku lagi. Dan untuk kematian ibuku, aku bersumpah akan membalasnya. Mata dibayar mata! Ingat itu!”

Dua penjaga yang sebelumnya melempar Jack, kembali mendekat. Mereka ingin menyeret Jack keluar dari halaman. Jack menyambut keduanya dan dalam sekejap mata menjatuhkan mereka di tanah. Dua penjaga bertubuh besar itu menggeliat kesakitan karena lengan mereka yang ditarik Jack hingga lepas dari persendiannya. Jack  berlalu dari sana sambil menggertakkan gigi karena geram.

Hudson terkejut melihat gerakan Jack yang tiba-tiba dan sangat akurat. Jadi, sebenarnya tadi Jack sangat mampu menahan dua penjaga. Entah apa alasannya dia tidak membalas sedikitpun saat di dalam rumah.

“Tuan, seperti kata Jack, tuduhan Anda itu tak pernah terbukti. Anda bahkan sudah memeriksa DNA-nya dan Jack memang cucu anda sendiri. Tidakkah ini akan mempersulit keadaan jika situasi berubah di sini?” Pengurus rumah itu mengingatkan.

“Hah! Kau tahu apa! Bagiku, sekali dia berselingkuh, maka selamanya jelek di mataku!” jawab Edward Hamilton keras kepala.

Hudson menggelengkan kepala. Pria tua di depannya ini sangat, sangat keras kepala. “Apapun tuduhan Anda, fitnah itu tak pernah terbukti. Hingga akhir hayatnya Nyonya Daniella tetap sendiri. Dan satu hal yang jelas, mereka tidak pernah bercerai! Dia masih menantu Anda.”

Hudson berjalan pergi. Sebuah hiasan di buffet diraih Erdward dan dilemparkan ke arah pengurus rumah tua itu, namun meleset hingga jatuh pecah berderai di lantai. Hudson melihat pecahan porselen di lantai. Dia menoleh pada Edward dan menggeleng.

“Ini porselen kesayangan Nyonya Pamela.”

Hudson pergi dan membiarkan Edward termangu sendiri. Seorang pelayan masuk dan memebereskan kekacauan itu secepatnya. Tuan tua Hamilton sangat pemarah. Hampir semua pelayan di kediaman takut padanya, kecuali Hudson. Sangat berbeda dengan Tuan Aaron Hamilton yang terkesan diam, penurut, dan tidak berdaya. Bahkan dengan istrinya sendiri, dia tak berkutik. Apa lagi di depan ayahnya yang sangat otoriter.

“Ada apa ini?” seorang pria muda berpakaian sangat fashionable, muncul di sana. Melihat pelayan membersihkan pecahan porselen, wajahnya murung.

“Kakek, Mom tidak akan senang jika hiasan porselennya kau jadikan mainan lagi!” Pria muda itu menghampiri Edward dan duduk tak jauh darinya. Dia adalah Olsen Hamilton putra Pamela, adik tiri Jack.

“Aku mendengar sedikit keributan tadi. Ada apa?” tanyanya.

Namun, Edward sedang enggan menanggapi celotehan cucunya ini. Dia berharap banyak pada Olsen, untuk meneruskan perusahaannya. Namun apa daya, pria muda itu lebih menyukai hidup hura-hura dan menghabiskan uang saja. Dia tak berdaya.

“Kapan kau akan serius dengan hidupmu? Mulailah ke kantor dan pelajari apapun di sana. Semua itu adalah milikmu nanti,” keluh pria tua itu putus asa.

“Aku tak suka pekerjaan yang rumit seperti itu, Kek. Kau seperti tak mengenalku saja.” Olsen bangkit dari duduknya dan pergi. Dia malas berlama-lama mendengarkan racauan tak jelas kakeknya.

“Kalau mom bertanya, katakan aku akan pergi ke Malibu besok. Mungkin seminggu!” teriaknya sambil lalu.

Edward menggelengkan kepalanya. Memejamkan mata. Selama ini Olsen sudah sangat mengecewakannya. Dan tadi dia melihat Jack. Cucu yang diusirnya saat usia tujuh bulan. Jack sangat berbeda dengan Olsen. Sangat jantan dan memukau. Meski punya kebencian pada Daniella, namun Edward tak memungkiri, menaruh sedikit kekaguman pada sikap Jack yang berani.

Jack pasti tak takut apapun, hingga bisa sampai di depannya tadi. Tak mungkin keluarga Lawrence tidak mengingatkan konsekuensi menyinggung Edward Hamilton. “Andai saja Aaron punya setengah saja keberanian Jack, aku tak akan punya kekhawatiran apapun mninggalkan dunia ini,” lirihnya sambil memejamkan mata.

***

Di luar pintu pagar,  di dalam mobil hitam. Hunter menatap tajam ke halaman dia melihat Jack jatuh ke tanah. Kemudian berjalan keluar setelah balas menjatuhkan dua penjaga itu sekaligus.

Jack masuk ke mobil Hunter. “Apa kau perlu aku memberi mereka pelajaran?” tanya Hunter.

“Kita kembali!” Hanya itu yang dikatakan Jack. Maka mobil hitam mewah itu melaju meninggalkan kediaman Hamilton.

“Lion dan pasukan sudah mendarat di pelabuhan. Apa kau mau singgah dan menyapa mereka?” tanya Hunter.

“Jam berapa kita sampai sana?” tanya Jack.

“Sekitar jam sepuluh atau sebelas,” sahut Hunter.

“Biarkan mereka istirahat setelah perjalanan jauh.”

Hunter tak berkata apapun lagi. Mobil itu melesat cepat di jalan bebas hambatan menuju Carolina Utara.

Pukul sebelas malam, mobil itu sudah masuk ke dalam perkebunan anggur Jack yang gelap dan sepi. “Tolong periksa aktifitas nomor yang kukirim padamu. Cari jejak aktifitasnya selama sebulan terakhir!” Jack mengirimkan satu nomor ponsel kepada Hunter.

“Baik!” Hunter memeriksa ponselnya. Kemudian pergi dari sana setelah Jack turun.

“Apa kau menggunakan taksi tadi?” Tuan Fred membukakan pintu untuk Jack. “Hemm ….” Jack hanya mengangguk.

“Bagaimana granny?” tanyanya sembari mengintip ke dalam kamar.

“Terus mencarimu,” sahut Tuan Fred. Dilihatnya wajah Jack yang muram setelah pulang dari New York.

“Bagaimana tanggapan ayahmu?” tanya Tuan Fred. Diikutinya Jack yang pergi ke dapur untuk mencari air minum.

“Hudson bilang kalau daddy pergi ke Washington selama satu bulan ini. Dan dia sangat terkejut mendengar kabar kematian mommy.” Jack berpikir dan menumpu dua tangannya pada meja dapur. Apakah mungkin mommy menemui daddy di hari itu?” tanya Jack.

Tuan Fred terkejut. Kemudian dia menggeleng. “Dari sini ke New York masih mungkin ditempuhnya pulang pergi dalam dua hari berkereta. Akan tetapi, sangat mustahil ke Washington dengan kereta pulang pergi. Dia hanya akan menghabiskan waktunya di sepanjang jalan saja. Lalu kapan ibumu bisa mengurus pinjaman uang itu?”

Jack mengangguk. Washington memang terlalu jauh. Ibunya akan kehabisan waktu di jalan. “Lalu, apa alasan mereka bertelepon begitu sering?” gumam Jack.

“Apa kau tau siapa yang memberi mommy pinjaman untuk melunasi bank itu?”

“Aku tidak tahu. Bahkan Nyonya Mathilda juga tidak tahu. Ibumu merahasiakannya hingga akhir hayat.”

Jack mengusap wajahnya “Apa yang coba disembunyikan mommy?”

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Muhammad Sofyan
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Juli Ubanz
saya suka saya suka......
goodnovel comment avatar
Setiono Djiwantoro
cerita bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status