“Beraninya Kau menghina mommy seperti itu! Kau tidak pernah bisa membuktikan tuduhan kejimu seumur hidupnya! Kau laki-laki paling brengsek yang pernah kutahu!” balas Jack dengan suara keras, untuk menyaingi musik di ruangan.
“Keluar Kau! Kau tak pernah diterima di rumah ini. Sudah bagus aku tidak mempermalukannya dengan membiarkanmu menyandang nama Hamilton. Wanita tak setia itu pantas mati!” balas Edwad Hamilton dengan napas terengah. Dia semakin murka melihat Jack berani membalas kata-katanya. Tak ada yang pernah berani membalas kata-katanya di kediaman itu.
“Lempar dia keluar! Ingat ini Hudson, ini perintahku. Jangan pernah ijinkan dia menjejakkan kaki di kediamanku lagi!” teriak Edward Hamilton dengan suara keras, agar Jack yang tengah diseret itu mendengarnya.
Brukk! Tubuh Jack dilempar ke halaman. Dengan kemarahan Jack bangkit dan menunjuk Edward yang memperhatikannya dari jendela.
“Mulai sekarang aku akan menanggalkan nama Hamilton. Kau bukan siapa-siapaku lagi. Dan untuk kematian ibuku, aku bersumpah akan membalasnya. Mata dibayar mata! Ingat itu!”
Dua penjaga yang sebelumnya melempar Jack, kembali mendekat. Mereka ingin menyeret Jack keluar dari halaman. Jack menyambut keduanya dan dalam sekejap mata menjatuhkan mereka di tanah. Dua penjaga bertubuh besar itu menggeliat kesakitan karena lengan mereka yang ditarik Jack hingga lepas dari persendiannya. Jack berlalu dari sana sambil menggertakkan gigi karena geram.
Hudson terkejut melihat gerakan Jack yang tiba-tiba dan sangat akurat. Jadi, sebenarnya tadi Jack sangat mampu menahan dua penjaga. Entah apa alasannya dia tidak membalas sedikitpun saat di dalam rumah.
“Tuan, seperti kata Jack, tuduhan Anda itu tak pernah terbukti. Anda bahkan sudah memeriksa DNA-nya dan Jack memang cucu anda sendiri. Tidakkah ini akan mempersulit keadaan jika situasi berubah di sini?” Pengurus rumah itu mengingatkan.
“Hah! Kau tahu apa! Bagiku, sekali dia berselingkuh, maka selamanya jelek di mataku!” jawab Edward Hamilton keras kepala.
Hudson menggelengkan kepala. Pria tua di depannya ini sangat, sangat keras kepala. “Apapun tuduhan Anda, fitnah itu tak pernah terbukti. Hingga akhir hayatnya Nyonya Daniella tetap sendiri. Dan satu hal yang jelas, mereka tidak pernah bercerai! Dia masih menantu Anda.”
Hudson berjalan pergi. Sebuah hiasan di buffet diraih Erdward dan dilemparkan ke arah pengurus rumah tua itu, namun meleset hingga jatuh pecah berderai di lantai. Hudson melihat pecahan porselen di lantai. Dia menoleh pada Edward dan menggeleng.
“Ini porselen kesayangan Nyonya Pamela.”
Hudson pergi dan membiarkan Edward termangu sendiri. Seorang pelayan masuk dan memebereskan kekacauan itu secepatnya. Tuan tua Hamilton sangat pemarah. Hampir semua pelayan di kediaman takut padanya, kecuali Hudson. Sangat berbeda dengan Tuan Aaron Hamilton yang terkesan diam, penurut, dan tidak berdaya. Bahkan dengan istrinya sendiri, dia tak berkutik. Apa lagi di depan ayahnya yang sangat otoriter.
“Ada apa ini?” seorang pria muda berpakaian sangat fashionable, muncul di sana. Melihat pelayan membersihkan pecahan porselen, wajahnya murung.
“Kakek, Mom tidak akan senang jika hiasan porselennya kau jadikan mainan lagi!” Pria muda itu menghampiri Edward dan duduk tak jauh darinya. Dia adalah Olsen Hamilton putra Pamela, adik tiri Jack.
“Aku mendengar sedikit keributan tadi. Ada apa?” tanyanya.
Namun, Edward sedang enggan menanggapi celotehan cucunya ini. Dia berharap banyak pada Olsen, untuk meneruskan perusahaannya. Namun apa daya, pria muda itu lebih menyukai hidup hura-hura dan menghabiskan uang saja. Dia tak berdaya.
“Kapan kau akan serius dengan hidupmu? Mulailah ke kantor dan pelajari apapun di sana. Semua itu adalah milikmu nanti,” keluh pria tua itu putus asa.
“Aku tak suka pekerjaan yang rumit seperti itu, Kek. Kau seperti tak mengenalku saja.” Olsen bangkit dari duduknya dan pergi. Dia malas berlama-lama mendengarkan racauan tak jelas kakeknya.
“Kalau mom bertanya, katakan aku akan pergi ke Malibu besok. Mungkin seminggu!” teriaknya sambil lalu.
Edward menggelengkan kepalanya. Memejamkan mata. Selama ini Olsen sudah sangat mengecewakannya. Dan tadi dia melihat Jack. Cucu yang diusirnya saat usia tujuh bulan. Jack sangat berbeda dengan Olsen. Sangat jantan dan memukau. Meski punya kebencian pada Daniella, namun Edward tak memungkiri, menaruh sedikit kekaguman pada sikap Jack yang berani.
Jack pasti tak takut apapun, hingga bisa sampai di depannya tadi. Tak mungkin keluarga Lawrence tidak mengingatkan konsekuensi menyinggung Edward Hamilton. “Andai saja Aaron punya setengah saja keberanian Jack, aku tak akan punya kekhawatiran apapun mninggalkan dunia ini,” lirihnya sambil memejamkan mata.
***
Di luar pintu pagar, di dalam mobil hitam. Hunter menatap tajam ke halaman dia melihat Jack jatuh ke tanah. Kemudian berjalan keluar setelah balas menjatuhkan dua penjaga itu sekaligus.
Jack masuk ke mobil Hunter. “Apa kau perlu aku memberi mereka pelajaran?” tanya Hunter.
“Kita kembali!” Hanya itu yang dikatakan Jack. Maka mobil hitam mewah itu melaju meninggalkan kediaman Hamilton.
“Lion dan pasukan sudah mendarat di pelabuhan. Apa kau mau singgah dan menyapa mereka?” tanya Hunter.
“Jam berapa kita sampai sana?” tanya Jack.
“Sekitar jam sepuluh atau sebelas,” sahut Hunter.
“Biarkan mereka istirahat setelah perjalanan jauh.”
Hunter tak berkata apapun lagi. Mobil itu melesat cepat di jalan bebas hambatan menuju Carolina Utara.
Pukul sebelas malam, mobil itu sudah masuk ke dalam perkebunan anggur Jack yang gelap dan sepi. “Tolong periksa aktifitas nomor yang kukirim padamu. Cari jejak aktifitasnya selama sebulan terakhir!” Jack mengirimkan satu nomor ponsel kepada Hunter.
“Baik!” Hunter memeriksa ponselnya. Kemudian pergi dari sana setelah Jack turun.
“Apa kau menggunakan taksi tadi?” Tuan Fred membukakan pintu untuk Jack. “Hemm ….” Jack hanya mengangguk.
“Bagaimana granny?” tanyanya sembari mengintip ke dalam kamar.
“Terus mencarimu,” sahut Tuan Fred. Dilihatnya wajah Jack yang muram setelah pulang dari New York.
“Bagaimana tanggapan ayahmu?” tanya Tuan Fred. Diikutinya Jack yang pergi ke dapur untuk mencari air minum.
“Hudson bilang kalau daddy pergi ke Washington selama satu bulan ini. Dan dia sangat terkejut mendengar kabar kematian mommy.” Jack berpikir dan menumpu dua tangannya pada meja dapur. Apakah mungkin mommy menemui daddy di hari itu?” tanya Jack.
Tuan Fred terkejut. Kemudian dia menggeleng. “Dari sini ke New York masih mungkin ditempuhnya pulang pergi dalam dua hari berkereta. Akan tetapi, sangat mustahil ke Washington dengan kereta pulang pergi. Dia hanya akan menghabiskan waktunya di sepanjang jalan saja. Lalu kapan ibumu bisa mengurus pinjaman uang itu?”
Jack mengangguk. Washington memang terlalu jauh. Ibunya akan kehabisan waktu di jalan. “Lalu, apa alasan mereka bertelepon begitu sering?” gumam Jack.
“Apa kau tau siapa yang memberi mommy pinjaman untuk melunasi bank itu?”
“Aku tidak tahu. Bahkan Nyonya Mathilda juga tidak tahu. Ibumu merahasiakannya hingga akhir hayat.”
Jack mengusap wajahnya “Apa yang coba disembunyikan mommy?”
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i