Share

Bab 8 Edward Hamilton

“Jangan buru-buru membuat kesimpulan, Jack. Kau tahu akibatnya jika menyinggung orang yang tak bisa kau singgung sama sekali!” Tuan Fred menasehati.

“Semua yang terjadi di sini, dan juga yang dialami mommy, tak mungkin hanya kebetulan, Tuan Fred!” Jack menggoyangkan tangannya yang sedang meremas kertas informasi itu.

“Saranku, datang dan bertanyalah secara pribadi pada ayahmu lebih dulu. Jangan masuk ke kediaman utama!” Tuan Fred mengejar Jack yang sudah berjalan keluar ruang kerja.

“Jangan khawatir. Aku tahu apa yang harus kulakukan!” Jack masuk ke kamarnya dan menutup pintu.

Tuan Fred masih mematung di depan pintu kamarnya. Pria paruh baya itu merasa sedikit kesulitan menghadapi Jack. Pada dasarnya ibu dan anak yang dilihatnya tumbuh besar itu memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama keras kepala. Namun, ibunya selalu bersikap tenang dan menyimpan rencana-rencananya sendiri. Sementara Jack, lebih ekspresif dan membuat keputusan sangat cepat.

“Aku hanya risau kau bernasib sama dengan Daniella, Jack,” batin Tuan Fred.

***

“Aku akan pergi antara satu atau dua hari. Jagalah rumah,” ujar Jack saat sarapan. Tom, bisa kau antar aku ke perhentian bis pagi ini?” tanya Jack.

“Tentu.” Tom mengangguk dan mempercepat makannya.

“Val, catat apa-apa kebutuhan granny yang mesti dibeli. Mungkin bisa dicarikan oleh Tom di kota,” ujar Jack pada Valerie.

“Oke!” jawab gadis itu.

“Apa lagi yang mungkin kalian butuhkan di perkebunan ini, Tuan Fred?” kau bisa siapkan catatannya untuk kupikirkan nanti.” Jack kembali memberi intruksi pada Tuan Fred.

“Akan kuperiksa. Hanya saja, kupikir kita harus membongkar tanaman anggur yang lama, lalu mempersiapkan lahannya untuk ditanami di awal musim semi berikutnya,” sahut Tuan Fred cepat.

“Kau selalu bisa melihat gambaran besarnya Tuan Fred. Tak heran grandpa sangat menyukaimu. Setelah aku pulang, kita akan lakukan seperti itu saja. Tapi, biarkan aku memeriksa dulu seberapa luas kebun kita yang rusak.”

“Begitu lebih baik.” Tuan Fred mengangguk tenang. Dia merasa punya kewajiban untuk membimbing Jack menjadi pengusaha perkebunan yang handal seperti kakeknya dulu.

“Kutunggu dalam lima menit, Val, Tom!” Jack menyudahi sarapannya dan berdiri.

Valerie langsung berdiri dan berlari ke kamar granny untuk mencatat semua kebutuhan perawatan yang harus dicari Tom di kota. Dia mencatat semuanya di ponsel dan mencari Tom untuk mendapatkan nomor pria itu.

Saat Jack sudah keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi, Valerie langsung menyapanya. “Sudah kukirimkan pesananku pada Tom,” lapornya.

“Oke! Ayo Tom!” panggil Jack.

“Tom sedang mengeluarkan motormu dari garasi.” Tuan Fred memberi tahu.

Jack mengangguk dan melangkah ke pintu. “Aku berangkat. Jaga granny!” pesannya.

Val dan Tuan Fred mengangguk dari ambang pintu. Mereka mengawasi dua orang itu mengendarai motor antik menuju kota.

Jack mengambil uang di atm terminal bis. “Ini uang untuk pegangan kalian. Belilah juga semua kebutuhan rumah. Besok atau paling telat lusa, aku sudah kembali.”

“Baik.” Tom menerima uang yang diserahkan Jack dan buru-buru menyimpannya dalam saku dalam jaket. “Aku kembali, Jack.”

Jack berbalik ke dalam terminal setelah bayangan Tom menghilang dari pandangannya. Ponselnya berdering. Jack mengangkatnya.

“Aku sudah melihatmu!” kata suara di seberang. Tak lama sebuah mobil hitam pekat dan berkilat, berhenti di depan Jack. Pintunya segera terbuka.

“Masuklah!” ujar pria di samping kemudi.

“Kau baru kembali. Bagaimana kau bisa mendapatkan mobil semahal ini, Hunter?” tanya Jack sambil masuk ke dalam. Dia mengamati interior mobil dan sedikit menekan tempat duduknya. “Sangat nyaman.”

“Mobil ini sudah disediakan untuk tranportasimu, Bos. Sudh ada di garasi saat aku tiba. Kalau tak suka, kita bisa piliih mobil lainnya yang ada di garasi.” Hunter mengulas senyuman lebar.

Mobil itu meluncur ke luar kota. Hunter mengantar Jack ke New York lewat darat, setelah mengetahui bahwa pria itu ingin pergi dengan bus ke sana.

“Apakah yang lain sudah tiba?” tanya Jack.

“Lion akan datang bersama pasukan malam ini. Tiga hari lagi, acara pelantikamu.” Sahut Hunter.

“Tak perlu membuat acara besar. Cukup kumpulkan saja para komandan yang berada di bawahku,” perintah Jack.

“Sesuai perintah, Bos!” Hunter menyahuti.

Setelah itu Jack mendengar Hunter meneruskan perintahnya pada anggota tim lain.

“Bagaimana penelusuran kasus ibumu?” tanya Hunter.

“Aku sedang menelusurinya<” jawab Jack.

“Ke rumah ayahmu? Kenapa tak kau biarkan kami membereskan hal ini?” tanya Hunter lagi.

“Aku masih belum punya wewenang,” jawab Jack sekenanya.

“Apakah setelah pelantikan, kau akan mengijinkan kami menyelidiki hal ini? Aku yakin akan beres dalam dua hari!” ketus Hunter.

“Bantu selidiki saja. Biar aku sendiri yang menghadapi mereka!” tolak Jack.

“Baik.” Hunter tidak memaksa lagi.

Mereka sampai di New York menjelang sore. Jack hanya tahu rumah besar keluarga Hamilton. Dia mencoba menghubungi nomor telepon ayahnya untuk mengajaknya bertemu. Namun nomor itu seperti tidak aktif lagi, atau memang sengaja dimatikan.

“Apa yang terjadi? Apakah setelah kematian mommy, nomor ini langsung dimatikan?” gumamnya heran. Tak punya pilihan, Jack turun dari mobil dan memasuki halaman rumah besar itu. Hunter melajukan mobilnya pergi.

“Anda siapa? Mau bertemu siapa?” Seorang penjaga bertubuh besar, menghentikan langkahnya di depan pintu pagar.

“Aku Jack. Zachary Hamilton!” sahut Jack. “Aku mau bertemu ayahku, Aaron Hamilton. Ataupun Pria tua Itu, Edward hamilton!” jawab Jack dingin.

Penjaga itu sedikit terkejut. Dia belum pernah bertemu putra Aaron Hamilton yang satu ini. Kemudian dia melaporkan kedatangan Jack pada pengurus rumah. “Biarkan dia masuk!” jawab pengurus rumah itu.

Penjaga membuka pintu pagar. “Anda diijinkan masuk,” jawabnya sopan. Sekarang dia mengerti bahwa ada putra lain Aaron selain yang ada di rumah besar itu. Buktinya, pengurus rumah saja mengetahuinya dan buru-buru mempersilakan masuk.

“Jack? Kau Zachary?” Seorang pria yang mungkin setua kakeknya, menyambutnya di pintu. Namun, Jack yakin kakeknya yang angkuh tidak mungkin berpakaian seperti itu.

“Ya!” jawabnya singkat. “Apa aku bisa bertemu ayahku, Aaron Hamilton?”

“Kenapa kau datang ke sini?” Pria tua itu terlihat cemas.

“Karena aku yakin keluarga ini punya andil dalam pembunuhan mommy!” tuduh Jack.

“Apa! Daniella---” Pria itu sangat terkejut. Jack bisa menilai bahwa berita itu benar-benar baru didapatnya. Ekspresi terkejutnya bukan pura-pura.

“Ayahmu sedang berbisnis ke Washington, sejak sebulan ini. Kapan ibumu meninggal?” tanya pria itu ingin tahu.

“Kau siapa? Jika ayahku tak ada, aku mau bertemu dengan kakek!” Jack tak mau pulang tanpa hasil.

“Jack. Kau mungkin tidak mengingatku. Aku Hudson, Pengurus rumah tangga Hamilton. Kurasa … bertemu Tuan Erdward bukanlah ide yang bagus, Jack!” Pria itu mencegah niat Jack.

“Apa kau melarangku bertemu kakekku sendiri, atau dia yang memberimu perintah?” tanya Jack tegas.

Pria tua itu diam. Dia merasa sulit untuk melarang, tanpa perintah. Mencegah masuk juga tak mungkin, karena pria muda di depannya adalah pewaris sah kediaman itu.

“Ikuti aku.” ujarnya. Kemudian masuk dengan cepat.

Jack mengikuti langkah pria itu yang terus melangkah masuk ke bagian dalam rumah. Lalu ke belakang. Dia berhenti di sebuah ruangan luas yang terbuka mengarah taman dalam. Seorang pria sepuh, duduk di kursi malas sambil mendengarkan musik dari piringan hitam yang ada di bufet besar.

“Tunggu di sini!” kata Hudson. Kemudian pria itu mendekati pria yang sedang memejamkan mata dan berbisik.

Jack tak bisa mendengar percakapan mereka berdua. Namun tak lama, Pria tua yang setengah berbaring itu, duduk dengan tegak dan melihat ke arahnya. Dengan menumpu tongkat dari kayu redwood yang berkilat, Pria itu menghampiri Jack. Wajahnya sangat bengis.

“Dia sudah mati, Heh? Pelacur itu sudah mati? Kabar bagus. Aku senang sekali mendengarnya!” Pria tua itu tertawa senang di depan Jack yang wajahnya sudah menggelap suram menahan amarah.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Terima kasih tanggapannya kak
goodnovel comment avatar
Papa_Yor
ngeselin banget sih si kakek
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status