Share

DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU
DIAM-DIAM MENCINTAI SUAMIKU
Penulis: AINAYOUNG

Awal Bertemu Dia

Seorang perempuan berpakaian merah, berumur 20 tahun, berdiri di tepi jurang. Sedikit lagi jika ia maju maka riwayat perempuan itu akan berakhir. Pada pukul 20:07, seorang lelaki juga berada di sana. 

Lelaki berumur 27 tahun itu tadinya juga akan berteriak untuk mengungkapkan kekesalannya, tapi di saat ia melihat perempuan itu sedikit lagi dalam bahaya, ia segera berseru, "Hey, apa yang kau lakukan di sana?"

Perempuan itu terkejut. Ia segera berbalik untuk meninggalkan tempat itu. 

Lelaki ini segera mengejar perempuan itu. "Kenapa kamu tadi ingin melompat ke jurang?"

Perempuan ini berhenti, tetapi tidak berbalik untuk menatap si lelaki. Ia mengusap air matanya setelah itu melangkah pergi.

Lelaki itu kebingungan melihat perempuan itu. Ia menggaruk kepalanya sambil melihat ke arah jurang. "Di zaman seperti ini apa masih ada orang yang ingin mati seperti itu?" 

***

Pada pukul 12:00, Alisha Luna, perempuan yang malam itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke jurang, kini terdiam sambil melihat jalan yang kini ramai dengan kendaraan yang melewatinya. Perempuan ini menyeka air matanya lalu menarik napas panjang setelah itu dengan mantap ia berjalan sambil memejamkan mata, berniat akan mengakhiri diri di jalan itu.

"Hei, ingin mati, ya? Minggir!" teriak seorang supir truk. Ia terpaksa harus menghentikan mobilnya dan itu mengakibatkan mobil di belakangnya tidak sengaja menabraknya. 

"Mau mati jangan di sini, hei!" teriak seorang perempuan berbaju kuning. Ia mengendarai motor. Hampir saja ia  menabrak gadis itu.

Semua orang memakinya, tapi perempuan itu tidak peduli. Ia tetap berjalan hingga berhasil menyebrangi jalan itu. Ia kecewa karena mereka tidak melindasnya. Di tengah-tengah makian mereka, ia melihat seorang lelaki berumur 29 tahun sedang berada di mobil bersama seorang perempuan berumur 25 tahun. Kedua orang itu terlihat mesra. 

"Anjas!" panggilnya. Alisha segera berlari untuk mendatangi Anjas. Namun, mobil hitam Anjas segera meninggalkannya. "Anjas!" teriaknya.  

Alisha berlari sambil memanggil  Anjas. Ia tidak peduli walau kini dirinya menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di sana. 

Lelaki yang bertemu dengan Alisha di tepi jurang, kini terkejut dan segera menghentikan mobil ketika tidak sengaja mobilnya hampir menabrak Alisha. "Dia?" 

Alisha terkejut. Suara klakson kendaraan membuatnya tersadar kembali. 

"Jangan berdiri di jalanan yang kami lewati, Dek!" teriak seorang lelaki pengendara bermotor. 

Alisha segera berlari ke tepi jalan lalu melihat ke sekitarnya. Dia baru menyadari bahwa kini dirinya telah ditatap marah oleh mereka yang merasa terusik oleh kehadirannya.

"Pulang sana!" teriak salah seorang pengendara bermotor sambil berlalu perlahan.

Suara mereka membuat kepalanya pusing. Pandangannya kini berputar. Tubuh Alisha melemah kemudian jatuh. Beruntung lelaki yang ditemuinya di jurang segera menangkap tubuhnya lalu membawanya ke mobilnya.

***

Pukul 20:12. Di sebuah rumah megah. Bercat putih, memiliki taman bunga dan kolam di samping kiri rumahnya. Dua mobil terparkir rapi di halaman rumahnya. Rumah itu memiliki balkon. Dani Syamsul membawa Alisha Luna ke rumahnya. Lelaki tampan ini meminta para pelayan untuk merawat Alisha sedangkan dirinya kini sedang membersihkan diri di kamar mandi.

Dua jam Alisha tidak sadarkan diri, akhirnya ia terbangun. Perempuan ini awalnya merasakan sakit pada kepalanya ketika akan duduk. Setelah sakitnya mereda ia baru menyadari bahwa ia sekarang tidak berada di kamarnya. 

"Di mana aku?" Ia merintih sambil menyentuh keningnya.

Tidak ada siapapun di kamar itu, jadi ia berinisiatif untuk mencari tahu. Perlahan ia berjalan menuju ke luar kamar. Rumah itu terasa asing baginya. 

"Nak," tegur seorang pelayan berumur 40 tahun. 

Alisha terkejut, hampir saja ia terjatuh karena tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih. Beruntung ia segera berpegangan pada pagar pembatas kamar lantai dua. "Siapa Anda dan di mana aku?"  

"Pak Dani, yang membawamu kemari. Ini adalah rumahnya."

"Pak Dani?" Perempuan ini berkerut dahi. Ia tidak mengenali Dani, tetapi merasa sering mendengar nama itu. "Siapa dia?"

"Anda sama sekali tidak mengenalnya?" Pelayan ini balik bertanya. Ia heran mengapa majikanya sampai bisa membawa perempuan asing ke rumahnya. 

Alisha menggeleng. 

"Sebaiknya Anda kembali ke kamar tidur karena saya akan mengabarinya tentang kondisi Anda saat ini."

Alisha teringat dengan kejadian siang tadi. "Saya harus pulang. Kedua orang tua saya pasti sedang mencari saya." 

"Saya akan memberitahukan ini kepada bapak. Jadi tetaplah berada di kamar," nasihatnya. Setelah itu pelayan ini segera pergi.

Dani sedang membalas pesan singkat  dari rekan bisnisnya. Ia mendengar langkah kaki pelayannya mendekat lalu lelaki ini mengalihkan pandangannya untuk melihat pelayan itu. "Ada apa, Bu?"

"Dia sudah bangun, Pak." 

"Kalau begitu apakah dia sudah makan?" 

"Dia ingin pulang, Pak." 

"Suruh dia makan baru aku akan mengantarnya pulang." Setelah berkata dia kembali membaca pesan singkat yang baru saja diterimanya.

"Baiklah, Pak."

"Bu," panggil Dani sebelum pelayan itu beranjak meninggalkannya.

"Ya, Pak."

"Biar aku saja." 

Pelayan ini hanya mengangguk. Dia membiarkan majikannya pergi untuk melihat Alisha. 

Alisha sedang merenung. Air matanya mengalir tanpa disadarinya. Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Alisha segera menyeka air matanya. 

Dani memasuki kamar itu lalu berdiri di hadapan Alisha yang kini berdiri di samping tempat tidur. "Bagaimana keadaanmu?"

Alisha mencoba mengingat wajah Dani. Setelah ingat dia merasa malu. "Aku baik-baik saja."

"Apakah kamu merasa lapar?" 

"Nggak." Alisha menggeleng, tetapi perutnya justru berbunyi memberikan isyarat bahwa kini ia memang sedang kelaparan. Wajah perempuan ini memerah malu. 

"Aku juga belum makan." 

"Aku mau pulang," ucap Alisha cepat. Ia tidak ingin lelaki itu sampai bertanya tentang dirinya yang ingin bunuh diri siang tadi.

"Makan dulu baru pulang." Dani tersenyum lalu melirik pelayannya yang kini datang membawa makan untuknya dan Alisha.

Alisha terpaksa makan walau malu tapi perutnya memang harus diisi. Perempuan ini makan dengan malu-malu. Menu yang disiapkan hanyalah nasi goreng sosis dan telur.

"Terima kasih, karena sudah menolongku," ucap Alisha pelan. 

Dani makan dengan lahap sambil melihat ke arah cermin. Di sanalah ia dapat melihat pantulan Alisha. "Di mana rumahmu?"

Alisha terkejut karena dia sedang makan sambil melamun. "Apa?" 

Dani mengalihkan pandangannya untuk melihat Alisha. "Di mana rumahmu?"

"Aku tinggal di sekitar di Balikpapan."

Dani mengangguk. "Sekarang kamu berada di Tenggarong."

Alisha terkejut, padahal tadi ia berada di Samarinda. Berniat untuk mengakhiri hidupnya di tempat yang jauh dari keluarganya agar mereka tidak mencegah dirinya. Tidak disangka ia malah berada di tempat yang lebih jauh lagi. "Tenggarong?"

"Ya."

"Aku mau pulang."

"Kenapa kamu mau pulang? Padahal tadi kamu ingin mati."

Alisha terdiam malu sekaligus sedih. 

Dani telah menyelesaikan makannya. Kini ia menatap wajah murung Alisha yang sedang menunduk. "Aku akan mengantarmu pulang asal kamu berjanji untuk nggak melakukan hal ta---"

Tiba-tiba Alisha merasa mual. Ia segera berlari ke kamar mandi. Alisha memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke perutnya. Setelah itu perempuan ini membasuh wajahnya. Ia kembali menangis sambil menyentuh perutnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status