Share

Dua Lelaki Dewasa

"Rin."

"Ya?"

"Kamu bahagia?" tanya Afnan tiba-tiba.

Hishhh, si duda, ngapain juga tanya-tanya. Tar akunya jadi baper, gimana?

"Menurut kamu?" Aku balik bertanya sembari menampilkan senyum dan wajah ceria.

"Bisa jadi, tapi matamu bicara lain," tebak Afnan.

Sotoy!

"Enak ya kalau mata bisa bicara?" Aku terkekeh. "Nggak perlu repot ngeluarin suara," candaku, namun wajah Afnan terlihat sedang serius.

"Kadang, mulut sama mata ataupun mulut sama hati itu nggak sinkron. Tapi, hati dan mata selalu di pihak yang sama," jelas Afnan. Dia tersenyum kecut. Tapi bagiku senyumnya tetap manis.

Eaaa eaaa!

"Jadi ... inti pembicaraan ini sebenarnya apa?" Aku merubah intonasi menjadi serius juga.

Afnan tertawa lirih.

"Kamu, ya ... dari dulu nggak pernah berubah. To the point!"

"Naaah itu paham," ketusku, pura-pura. Padahal untuk menyembunyikan dag dig dug di dalam dada. Hi hi hi.

Lelaki berwajah memesona it

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status