halo teman-teman, apa kabar? 😊
"Kok bisa? Bukannya database-mu terkoneksi ke pusat data DNA internasional?"Mustahil Max tidak bisa menemukan ayah kandung Serena. Data dan koneksi Max bisa dibilang paling banyak. "Nyatanya aku gak bisa nemuin bapak mertuamu." Balasan Max mengandung sindiran juga rasa kesal. Baru kali ini dia gagal dalam sebuah proyek. Dan boleh dibilang ini proyek sepele, remeh bukan perkara besar."Kemungkinannya?""Dia orang besar atau penting yang tidak ingin identitasnya diketahui banyak orang. Wah, bisa jadi bapak mertuamu raja atau ....""Buronan atau penjahat internasional. Mati aku," potong Al asal.Max tertawa, bisa jadi. Mengingat Serena itu mix Nereida dan bapaknya. Melihat bagaimana kemampuan menembak dan sikap juga refleknya yang sering kali membuat mereka tercengang. Ada kemungkinan ayah Serena bukan sosok biasa, penduduk sipil atau sejenisnya. Bisa saja ayah Serena adalah figur yang punya keahlian menembak, persenjataan, berkelahi dengan aura kejam menyertai.Selain dari jajaran m
Serena hanya diam sambil menyentuh pipinya yang panas dan perih. Lisa yang paling dekat posisinya dengan Serena lekas membantu sang teman berdiri."Kalau ngomong jangan asal mangap! Bunuh! Bunuh! Serena tidak mungkin melakukannya!" Pevi dan Nicky pasang badan untuk membela Serena."Kalian diam! Kalian tidak tahu apa-apa!""Lalu kau tahu segalanya?" Ledek Pevi.Adegan ini tentu menarik perhatian penghuni ruangan tersebut. Mereka rata-rata hanya diam menonton."Tentu saja aku tahu. Dia anak haram, dia tidak punya ayah!""Kau mau mengakui hubungan kita?" Pertanyaan Serena membuat Thalia terdiam."Kalian punya hubungan apa?" Teman Vasti menyeletuk bertanya."Tidak ada! Aku tidak kenal dia! Dia cuma anak haram.""Yang dulu tinggal di rumahmu."Semua orang menganga, tentu tidak percaya dengan apa yang diucapkan Serena."Kau! Sudah kubilang kita tidak punya hubungan.""Memang tidak ada, tapi faktanya ayahmu menikah dengan ibuku."What? Sebagian besar menutup mulut mendengar penuturan Serena
Tiga kata yang membuat seorang perempuan tersenyum lebar, sambil meluruskan posisi kakinya di sofa. Jelas dia baru saja meringkuk di sana."Belum. Aku ingin dia dan Anthony hancur sampai habis. Sayang sekali aku kemarin terbawa emosi sampai membunuh Frans. Coba kalau dia masih hidup, dia pasti stroke melihat keadaan anak-anaknya."Beita mengerutkan dahi, tak pernah dia sangka kalimat tadi berasal dari gadis yang tiga bulan lalu datang dalam keadaan menyedihkan ke The Palace.Mengemis belas kasih Al supaya tidak dikembalikan ke kediaman Hernandez. Lihatlah perempuan itu sekarang. Duduk santai setelah mengucapkan frasa yang terdengar tidak sesuai dengan paras lembutnya.Salah nding, wajah itu kini banyak memar di beberapa tempat. Namun senyum puas di bibir membuat visualnya tersebut tetap cantik."Serena kau akan membuat Al ngamuk." Felix muncul dari balik pintu, membawa sebotol serum bening. Serena tahu itu dari Max."Biarkan saja dia ngamuk. Bukannya kerjaan dia cuma itu.""Dia ngamuk
Serena menggerutu sepanjang sisa hari. Bagaimana bisa dia lengah, hingga Al kembali mencuri ciuman darinya. Setelah kejadian tadi pagi, banyak rekan menaruh simpati pada Serena. Namun perempuan itu tidak peduli. Dia lebih peduli pada pekerjaannya.Wajahnya yang babak belur Serena biarkan saja. Dia sengaja tidak ingin menutupinya. Sebab dia masih punya satu misi lagi. Serena tak menolak ketika Al mengiriminya pesan. Pria itu menunggu di basement saat mereka pulang."Kamu tidak dinas?" Sindir Serena. Dia tidak tahu dinas apa yang Al jalani, tapi yang jelas dia lebih leluasa jika pria itu tidak ada di rumah.Serena membalas pesan Al di sela pekerjaannya.Kalau Al ada di The Palace, macam-macam bisa berlaku. Yang paling sering adalah dia kerap berpindah tidur ke kamar pria itu.Serena tidak pernah melihat Al tiap kali dia bangun di kamar suaminya. Serena hanya takut Alterio melakukan hal yang tidak dia sukai. Menidurinya waktu dia tertidur misalnya."Oo, jadi kamu suka tak tinggal dinas
Serena menoleh ke arah Al yang sejak tadi diam. Wajah lelaki itu dingin, datar macam biasa. Serena tahu Al marah, tapi masak iya Al harus begitu.Dia sudah jelaskan kalau ini bagian dari rencananya. Dia ingin mengadu domba Marvel dan Thalia. Namun Al yang kadung jengkel, pilih bungkam seribu bahasa.Sebenarnya tidak aneh sih, kalau Al mendadak hilang omongan. Toh sejak awal, setelan suami Serena memang irit bicara. Hanya saja, suasana jadi tidak nyaman."Masih marah?" Serena coba bertanya.Reaksi Al masih sama. Parasnya tidak berubah sama sekali. Kalau sudah begini, Al dan Beita seperti kembar dari segi sifat."Hentikan mobilnya," pinta Serena tiba-tiba.Al masih tidak merespon. Oke, mau adu mekanik soal rajuk merajuk. Serena dan perempuan lain, jelas tidak akan mengalah ketika mereka merasa telah memberi penjelasan. Mereka merasa tidak melakukan kesalahan.Tapi tetap dianggap salah. Lihat saja, apa Al akan mengalah atau tidak."Aku bilang berhenti," ulang Serena.Al tetap kekeuh mela
Serena menghembuskan napasnya pelan. Dia sudah satu jam cuma duduk di depan laptopnya. Sama sekali tidak bisa bekerja. Bayangan Ravi bersama seorang wanita yang Serena akui cantik, terus membayang di benaknya.Sepertinya ucapan Al benar. Dia patah hati betulan. Lebih mengejutkan lagi ketika Ravi yang tampak sumringah melihat Serena. Pria itu sempat mengenalkan keduanya."Melisa Rossi. Kalah telak aku dibanding dia." Lemas sudah Serena waktu membaca profil Melisa. Terlihat sekali jika Melisa wanita berpendidikan juga dari keluarga terpandang. Sepadan dengan Ravi. Tidak bisa disandingkan dengan Serena yang cuma tamatan sekolah menengah, plus anak haram.Punya ayah tapi tidak tahu siapa. Serena mendesah malas. Dia juga ingin punya keluarga yang lengkap, tapi itu dulu. Setelah Nereida tidak ada, semua jadi tak berarti.Suasana hati Serena buruk sekali hari itu. Ditambah Ravi yang sesekali mengulas senyum waktu di sebelah Melisa. Pasangan yang serasi sekali. Serena pada akhirnya hanya bi
"Al, istrimu party di klub. Kamu tahu belum?"Felix melapor setelah dia mendengar soal pesta Vasti."Tahu, dia kirim pesan ke aku.""Gak cemas? Gak curiga?""Vasti tidak tahu Serena istriku. Dia tidak mungkin melakukan hal bodoh untuk mencelakai Serena."Al yang sedang dalam perjalanan kembali ke ibu kota mulai menganalisa info yang Felix berikan. Mobil dia jalankan menggunakan sistem auto pilot. Sementara tangannya mulai bekerja.Aslinya dia sedang kesal. Ada orang yang sengaja mengecoh dirinya. Dia dibuat macam orang bodoh. Tempat yang dia kunjungi beberapa waktu terakhir hanyalah gudang kosong tak berharga.Namun pesan dari Serena lekas mengalihkan rasa geram Al. Ditambah dia telah mengantongi petunjuk soal siapa yang sedang bermain-main dengannya. "Well, aku urus kau nanti. Sekarang kelinci imutku sedang main-main. Aku harus mengawasi si imut itu dulu."Laptop Al segera terhubung dengan jaringan kamera pengawas dalam kafe. Dia sesaat melihat Serena yang meneguk jus jeruk, cukup a
Beberapa jam sebelumnya. Begitu tahu Marvel dan Anthony mengincar Serena. Al menyuruh Felix membawa Serena pulang. Namun rupanya Felix meng-improvisasi perintah Al.Dia meminta anak buahnya membuat Marvel mabuk. Setelahnya Thalia disodorkan ke hadapan Marvel. Tak sadar, Marvel langsung menyeret Thalia ke dalam kamar. Dan begitulah, mereka menghabiskan malam bersama, seperti biasa. Thalia pikir Marvel telah memaafkannya.Sementara itu, begitu Edgar keluar kamar, Felix menyelinap masuk. "Boleh aku gendong dia?" Felix lebih dulu memastikan. "Tidak!"Felix menggeram kesal. Kalau tidak boleh disentuh, lantas bagaimana dia mengeluarkan Serena dari sini. Apalagi istri bosnya lagi pingsan.Anthony diperkirakan masuk tak lama lagi. Bahkan pengganti Serena sudah dibaringkan di sebelahnya."Alterio! Jangan mempersulitku. Waktunya kurang dari lima menit. Kalau tidak, kita bakal ketahuan.""Aku tahu," suara Al terdengar santai. Saat itulah pintu terbuka. Felix melompat panik, sebelum menarik n
Alterio mendengus kesal. Dia berjalan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa, tapi tidak mengganggu tidur Serena. Perempuan tersebut tak terusik sedikitpun oleh suasana hati Al yang buruk.Al benci, dalam sehari dia mendapat dua kali ceramah dengan materi sama. "Max sama Ravioli punya telepati kali ya," gerutu Al.Menyoroti nasihat Max dan Ravi yang sama intinya. Serena itu menarik di mata pria lain."Siapa yang berani melirikmu," tanya Al pada Serena yang telah berpindah ke kursi penumpang. Pria itu bisa naik lift yang membawanya turun ke lantai dekat parkiran. Hingga dia tidak perlu menghadapi dua petugas keamanan songong tadi.Dua sosok yang ternyata menunggu Serena dan Alterio turun dari ruangan Ravi. Siapa sangka jika Alterio membawa Serena melalui jalan lain. Hingga di tunggu sampai lebaran monyet pun, mereka tidak akan bertemu Serena dan Al.Tidak ada respon atas pertanyaan Al. Serena agaknya terlalu lelap untuk diganggu tidurnya. Al belum ingin pulang. Jadi dia membawa Se
Alterio kalang kabut waktu mendapati Serena tak ada di rumah. Saat makan siang dia menyempatkan diri untuk pulang. Felix berkata Serena belum masuk kantor. Jadi dia pikir sang istri pasti di rumah.Namun dia tak mendapati siapapun di rumah utama. Bahkan Beita yang tadi pagi lukanya terbuka lagi, sudah berada di kantor.Al langsung naik ke rumah pohon, tapi Serena tidak ada di sana. Pria itu kembali mencari, kali ini dia langsung menemukan keberadaan Serena.Satu lokasi yang membuat Alterio diserang kesal. Dalam hitungan menit, Alterio sudah berjibaku dengan dua petugas keamanan yang kali ini yakin kalau mereka bertindak benar.Alterio tidak punya kartu akses, juga bukan petinggi ED. Dia tidak diizinkan masuk."Aku memang bukan orang penting di sini, tapi aku bisa membuka lift dengan sidik jari. Jadi apa itu dianggap layak untuk bertemu bos kalian."Tumben Alterio bersikap kooperatif. Padahal dia bisa saja menerobos masuk tanpa peduli bakal memicu keributan. Atau sekalian Al ledakkan s
Serena melipat tangan, melihat dua petugas keamanan yang sumringah melihat asisten Ravi. Mereka pikir ini waktunya mengusir Serena.Namun sapaan dari asisten Ravi membuat mereka tertegun. Pria yang sebelas dua belas dengan Ravi dinginnya, tampak hormat pada Serena."Nyonya, kenapa tidak bilang kalau mau ke sini?"Ha? Paras dua petugas kebersihan tadi berubah kecut. Asisten Ravi menyapa dengan santun, itu artinya pria dengan tampilan formal itu kenal baik dengan Serena."Aku sedang luang. Bolehkah aku bertemu Ravi Alexander?"Makin tercengang dua petugas tadi. Serena bahkan tidak perlu memanggil Ravi dengan sebutan tuan. Apa hubungan bos mereka dan perempuan cantik di depan mereka.Mungkinkah wanita itu adalah kekasih tuan mereka. Saat kepala mereka masih dipenuhi tanya. Asisten Ravi sudah menjawab dengan antusias."Tentu saja. Kantor ini milik Anda, Nyonya bebas datang kapan saja. Mari." Sang asisten menunjukkan jalan.Serena sempat melihat wajah dua petugas tadi berubah pias. Baru ta
Serena kesal sekaligus sedih di waktu bersamaan. Fakta kalau Lisa adalah dalang dibalik kejadian beberapa waktu lalu, cukup memukul mentalnya.Padahal Lisa punya tempat tersendiri di hati Serena. Sekarang Lisa sudah tidak ada. Ada hampa juga kecewa yang Serena rasakan. Perempuan itu meringkuk di bantal besar yang terhampar di lantai.Serena tanpa Al duga pergi ke rumah pohon. Dia melamun sambil memandang ranting pohon yang jadi atap tempat itu.Dia tidak tahu apa yang akan dia hadapi besok. Apa mereka masih akan menghujatnya, atau semua sudah berhenti. Apa yang harus Serena lakukan.Haruskah dia pergi ke kantor atau tetap bersembunyi seperti hari ini. Helaan napas berat jadi hal terakhir yang Serena lakukan sebelum memejamkan mata.Dia berniat kabur dari Al malam ini. Dia marah pada sang suami. Namun rencana kabur Serena tinggal rencana saja. Sebab lima belas kemudian, suara langkah mendekat terdengar. Diikuti hembusan napas penuh kelegaan. Al menemukan Serena. Pria itu duduk bersila
Lisa pikir masih bisa menyelamatkan diri. Dia akan mencobanya. Tidak peduli Gaston hanya memanfaatkannya atau sungguh menyayanginya. Lisa akan urus nanti. Yang penting kabur dulu.Dia melihat celah saat semua orang orang fokus pada Serena. Istri Alterio? Ini di luar perkiraan. Gaston bilang, Serena hanya salah satu wanita yang sedang dekat dengan pria itu.Jadi Serena adalah target yang tepat jika ingin mengusik Al. Siapa sangka jika posisi Serena lebih dari itu.Serena masih sibuk berdebat dengan Al. Dua orang itu sepertinya punya hubungan rumit. Suami istri tapi kesannya jauh dari itu. Dalam pikiran Lisa, Serena adalah sasaran yang bisa mengacaukan konsentrasi Alterio dan yang lainnya.Maka ketika dia berhasil merebut senjata Felix. Benda itu langsung terarah pada Serena."Mati kau!" Letusan peluru terdengar. Serena ditarik menghindar. Gadis itu terkejut, dia pun menoleh. Serena langsung syok mendengar tembakan kembali terdengar. Lisa ambruk di tanah, dengan Beita menekan lengann
Awalnya Serena memang berniat tidur. Tapi kemudian dia terjaga dan sulit memejamkan mata kembali. Kejadian hari itu, meski Al dan pamannya menunjukkan sikap bahwa semua baik-baik saja.Tetap saja Serena merasa terganggu. Dia tidak tahu bagaimana suasana di luar sana. Apa mereka masih menuduhnya sebagai pembunuh?Melihat ekspresi Al yang tenang macam biasa. Serena menduga kalau pria itu telah temukan jalan keluarnya. Namun Serena tetap tidak tenang.Pada akhirnya dia meraih jaket Al, memakainya lalu berjalan keluar kamar. Suasana The Palace sepi. Serena pikir sebab mereka pergi dinas bersama Al.Langkah Serena menuntunnya menuju rumah pohon. Tempat yang akhirnya Al bangun sedemikian rupa. Ada tangga yang memungkinkan Serena tak perlu memanjat kalau sedang malas.Dalam hitungan detik, dia sudah berdiri di atas rumah pohonnya. Ada lantai papan yang disediakan jika Serena ingin selonjoran di sana.Semua terlihat menyenangkan. Serena sesaat menutup mata. Dia nikmati semilir angin malam yan
"Tidurlah."Alterio mengusap punggung Serena yang terbaring di atas dadanya. Mereka sudah pulang dari mansion Alexander dua jam lalu.Keduanya menolak saat diminta untuk menginap. Alterio menjawab dengan santai kalau kewajibannya sebagai menantu keluarga Alexander setidaknya sudah dia penuhi.Jadi perkara menginap atau tidak akan diurus lain kali. Nandito tak bisa mencegah Alterio, terlebih pria itu berujar masih punya masalah yang harus diurus.Dari ekspresi Al, Nandito langsung tahu kalau persoalan yang harus dibereskan Al adalah perkara Thalia."Enggak bisa.""Masih mikirin Thalia. Dia sudah mati. Langsung dikubur tadi.""Ngapain mikirin mayat. Serem.""Lalu?" Al sejatinya sangat terganggu dengan tingkah Serena yang mendadak jadi kelinci imut yang menggemaskan.Serena yang biasanya tantrum kalau dia sentuh, kini tiba-tiba jadi pasrah. Diam saja saat pria itu menariknya dalam pelukan."Terima kasih buat dua triliun itu."Akhirnya Serena tahu kalau Al adalah orang yang membantu keuan
Ekspresi Elle berubah tegang. Sama halnya dengan Nandito. Bedanya pria itu dengan cepat bisa mengendalikan diri."Bukan hal besar. Hanya saja dulu ibumu sangat baik pada tantemu. Tapi dia justru berlaku buruk padamu. Om jadi malu."Serena mengulas. Dia sangat senang sikap Nandito tak berubah padanya. Meski di luaran sana banyak orang blak-blakan mencacinya."Kapan kamu datang? Kenapa tidak kasih tahu. Datang sama Lalita atau Sergie? Atau sama suamimu?"Pertanyaan beruntun Nandito berikan. Pria itu aslinya sangat cemas dengan pemberitaan soal Serena. Takut Serena terpengaruh lantas tak mampu bertahan."Aku datang sama Lalita. Sergie lagi ada urusan. Tahu sendirilah."Nandito tersenyum merespon jawaban Serena. Sang keponakan sengaja tak menjawab soalan seputar suaminya."Turunlah makan sebentar lagi. Tante siapkan makan malam." Elle pilih menghindar dari situasi yang menyudutkan dirinya. Serena mengangguk, tidak merespon berlebihan. Setelahnya suasana hening menyelimuti ruangan dengan
Kejadiannya persis seperti Nereida. Serena merekam dengan apik di benaknya. Seperti apa ibunya saat terjatuh dari tangga, lalu berhenti dengan kepala terus mengucurkan darah.Akibatnya, tak lama kemudian Nereida meninggal. Serena mematung di tempatnya berdiri, menyaksikan beberapa orang mulai berdatangan memberi pertolongan pada Thalia.Jiwa Serena serasa terhisap kembali ke masa itu. Saat dia menangis histeris saat Lalita dan Sergie mencoba menyelamatkan ibunya. Namun gagal."Ibu, mereka sudah mendapat balasannya. Ibu bisa tenang di sana.""Dia yang mendorongnya!" Suara itu membuat Serena tersadar. Saat itu Serena merasa ada tangan yang menyentuh bahunya. Lalita ada di sana. Jelas untuk melindunginya."Jangan sembarangan menuduh. Memangnya kamu lihat kejadiannya?" Seru yang lain. Tubuh Thalia sudah diangkut menuju rumah sakit. Yang tersisa di sana tinggal staf umum RD. Kenapa disebut umum, sebab mereka murni karyawan biasa.Kalau mereka merangkap anggota Black Diamond. Mana berani