Share

Sudah Tidak Perawan

Penulis: Norasetyana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-21 19:32:26

"Apa? Mas Bayu akan menikah? Maksud Bu Lisa, Mas Bayu akan menikah dengan wanita lain?" tanyaku terkejut.

"Iya, Na. Apa kamu tidak akan hadir? Kalau aku jadi kamu, aku akan datang dan merusak acaranya," ucap Bu Lisa sambil menyeka keringat yang mengalir di dahinya.

"Kenapa begitu, Bu? Aku tidak akan melakukan itu," ujarku sembari bersiap melajukan motor.

"Hei! Tunggu! Kamu harus tahu apa yang dilakukan keluarga Bayu. Mereka bilang Bayu meninggalkanmu karena kamu sudah tidak perawan. Berita itu sudah tersebar di kampung ini. Apa kamu tetap akan diam saja?" tanya Bu Lisa sambil memicingkan mata.

Hatiku terasa seperti diremas oleh tangan yang keras. Rasanya sakit sekali. Apakah benar keluarga Mas Bayu melakukan itu?

"Apa kamu tahu? Mereka bahkan akan mengadakan resepsi di gedung dan tidak mengundang warga desa ini. Sombong sekali mereka. Aku tahu, pasti pernikahan itu terpaksa dilakukan demi menyelamatkan nama baik mereka di hadapan rekan kerja mereka."

Tiba-tiba suara Bu Lisa menghilang. Aku tidak bisa mendengarnya lagi. Dunia terasa begitu sepi hingga aku hanya bisa mendengar suara hatiku sendiri.

Aku tahu pasti maksud Bu Lisa. Keluarga Mas Bayu memang sudah menyewa sebuah gedung untuk resepsi pernikahan kami setelah acara ngunduh mantu. 

Aku kira resepsi di gedung itu akan dibatalkan. Jadi mereka tetap melangsungkan acara resepsi itu dengan mengganti mempelai wanita? Siapa wanita itu?

Ini sangat keterlakuan sekali. Semudah itu Mas Bayu meninggalkan aku dan semudah itu pula dia akan menikahi wanita lain? Bukannya meminta maaf, mereka malah memfitnahku dengan mengatakan bahwa aku sudah tidak suci lagi sebelum menikah dengan Mas Bayu?

Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mencari tahu kebenaran semua ini. Jika apa yang dikatakan Bu Lisa benar, aku harus melakukan sesuatu.

Lihat saja apa yang besok akan kulakukan pada keluarga itu.

Berani-beraninya Mas Bayu berencana menikahi wanita lain setelah baru beberapa hari menceraikan aku. Bahkan sampai hari ini, lukaku belum kering. Apakah karena dia laki-laki, maka dia bisa berbuat sesuka hati tanpa memikirkan perasaanku? Hati yang sudah susah payah aku tata, kini kembali terasa sesak.

Aku lajukan motor menuju gedung tempat resepsi pernikahan Mas Bayu akan dilangsungkan. Beberapa karyawan wedding organizer sedang melakukan persiapan. Terngiang ucapan Bu Lisa di dalam benakku. Apakah benar yang dikatakan Bu Lisa tadi? Ini kesempatanku, aku akan mengorek informasi dari beberapa karyawan.

Saat aku mulai memasuki gedung, ponselku berdering. Seseorang di seberang berkata, ”Kamu di mana, Naina? Cepat ke sini, ibu sudah selesai” 

Aku baru ingat telah meninggalkan ibu di pasar pagi tadi sebelum pergi ke pusara bapak. Sekarang, aku harus menjemput ibu. Namun, bagaimana dengan rencanaku di gedung ini?

Terpaksa aku berbalik badan, meninggalkan gedung dan kembali ke tempat parkir. Aku harus menjemput ibu dulu.

"Kenapa kamu melamun, Naina? Apa kamu masih memikirkan Bayu?" tanya ibu memecah keheningan saat kami sedang perjalanan pulang.

"Tidak, Bu," jawabku berbohong. Aku tidak ingin membuat ibu semakin khawatir. Untung saja ibu tidak bertanya kepadaku lebih lanjut.

“Naina, kamu yang sabar ya, Nak. Ini semua ujian untukmu. Allah tidak akan memberi ujian dan cobaan kepada seseorang melainkan sesuai dengan kadar kemampuannya,” bujuk ibu seperti mengetahui hatiku sedang tidak baik-baik saja.

Ibu benar, akau harus kuat menghadapi semua ini.

Sore hari, aku berencana kembali ke gedung pernikahan, tapi ibu mengajakku ke rumah Bu Erni untuk membantu persiapan pernikahan anaknya yang akan dilaksanakan esok hari.

"Maaf, Bu Rani tidak usah datang ke sini. Saya tidak ingin ketularan sial," ujar Bu Erni saat kami sudah sampai di rumahnya.

Ada apa ini? Seharusnya Bu Erni menyambut niat baik kami, bukannya malah memperlakukan kami seperti ini.

"Kamu boleh menghinaku, Bu! Hina saja aku, tapi jangan pernah hina ibuku. Apa salah ibuku? Bagaimana ceritanya ibuku bisa menularkan sial?" Aku yang mendengar ucapan Bu Erni tentu saja marah.

"Diam kamu, Naina. Sebagai anak perempuan seharusnya kamu lebih bisa menjaga diri biar tidak malu-maluin keluarga. Sekarang ibumu 'kan yang malu?" 

"Saya tidak malu, Bu. Naina tidak pernah melakukan kesalahan yang membuatku malu.”

"Tidak pernah melakukan kesalahan bagaimana? Bukankah Naina ditinggalkan suaminya karena sudah tidak perawan?"

"Jaga ucapanmu, Bu. Putriku tidak seperti itu. Jika Bu Erni bicara sekali lagi seperti tadi, saya bisa menuntut Bu Erni atas pencemaran nama baik,"

"Tuntut saja, Bu. Aku tidak takut. Semua penduduk desa ini juga sudah tahu kok. Keluarga mantan besan Bu Rani sendiri yang cerita. Apa Bu Rani mau menuntut seluruh penduduk desa ini?"

"Sudah, Bu! Tidak usah dengarkan kata-kata Bu Erni. Ayo kita pulang saja." Aku menarik lengan ibu dan menuntunnya berjalan pulang. Kakiku terasa berat, tapi demi ibu, aku harus kuat.

Saat datang tadi, aku melihat tarup dari janur kuning dan pohon pisang yang berhias bunga warna-warni, begitu indah. Tiba-tiba saat ini semua menjadi berwarna gelap, begitu suram.

Jadi benar yang dikatakan Bu Lisa? Keluarga Mas Bayu telah memfitnahku dan kabar miring tentangku kini sudah tersebar di desa tempat aku tinggal. Rasanya aku ingin membelah bumi dan masuk ke dalamnya untuk bersembunyi.

Karena aku tidak bisa bersembunyi di perut bumi, maka aku putuskan untuk mengembalikan nama baikku. Aku tidak ingin melihat ibu dihina lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu dtngin itu gedung nya kmu gali informasi nya dn pas acara pernikahan nya kmu dtngin dn kmu bw itu sepre noda merah darah kmu dn kmu laporin atas pencemaran nama baik dn laporan pernikahan tanpa ijin istri tua ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   End

    Acara pernikahanku dan Hyuga akan segera dilaksanakan. Pasti saat ini orang-orang sedsng sibuk mendekorasi gedung pernikahan, sementara aku masih berada di rumah bersama beberapa perias. Seorang perias sedang serius merias wajahku, dan beberapa perias lainnya mempersiapkan pakaian untukku. Setelah selesai berhias, aku berdiri di depan kaca rias. Memandang wajah cantik yang terpantul di kaca rias. Aku yakin, wajah ini pasti membuat semua orang pangling. Aku sendiri tidak mengenali wajah ini saat pertama melihatnya di kaca. Sebuah mobil putih berhias pita dan bunga mengantarku ke gedung pernikahan. Aku berangkat bersama ibu, sementara Hyugo sudah menunggu di gedung. Rencananya, akad nikah akan dilaksanakan di gedung pernikahan yang berada di aula masjid besar kota kami. Betapa terkejutnya aku ketika melihat Sinta juga berdandan cantik dengan mengenakan baju pengantin. Dia turun dari mobil yang berhenti tepat di depan gedung pernikahan. "Ibu duluan saja. Aku akan menyusul nanti," uca

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Pecahan Kaca

    Aku mengendap-endap mendekati mobil Sinta. Kubuka pintu mobil yang ternyata tidak terkunci. Dengan cepat aku masuk ke dalam mobil dan bersembunyi di jok kursi belakang. Malam ini, aku harus sampai rumah, karena esok hari adalah acara pernikahanku. Aku tidak ingin pernikahanku dengan Hyuga gagal karena calon pengantin wanita yang menghilang.Aku mengambil ponsel dari tas. Kunyalakan ponsel untuk menghubungi Hyuga. Sialnya, ponselku mati dan aku tidak membawa charger.Kulihat Sinta ke luar dari bangunan. Gegas aku berjongkok di bawah kursi dan merundukkan kepala agar tidak ketahuan oleh Sinta. Jika tertangkap olehnya, aku takut dia tidak akan melepaskanku kali ini."Pernah itu sudah berhasil menyekap Naina, Ma. Rencana kita berhasil. Aku tidak perlu meneror wanita itu lagi. Sekarang kita siapkan rencana selanjutnya." Sinta berbicara ditelepon dengan seseorang.Untung saja, Sinta tidak mengetahui jika aku sudah meninggalkan bangunan kosong itu. Mungkin lelak

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Lepaskan

    "Makanlah, Nona. Aku akan menyuapimu." Lelaki gempal itu kembali masuk ke ruangan dengan sebungkus makanan. Dia membuka bungkusan berisi nasi dengan lauk seadanya dan menyuapkannya kepadaku."Tidak! Lepaskan tanganku. Aku akan makan sendiri," elakku sembari memalingkan muka darinya. Mengacuhkan suapan nasi di depanku."Ayolah cepat makan. Aku tidak ingin kamu mati kelaparan di sini," bujuknya."Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini? Siapa yang memerintahkanmu untuk menculikku?" tanyaku penasaran. Aku menatap tajam pria itu. Menunggu jawaban keluar dari mulutnya."Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu? Cepatlah makan agar tugasku cepat selesai," paksanya."Kenapa memberiku makan? Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati saja di sini?" protesku."Kalau aku mau, aku bisa saja membunuhmu sejak tadi." Lelaki gempal itu mendekatkan wajah dan melotot menakutiku."Bunuh saja. Aku tidak takut." Aku mendongakkan kepala menantangnya.

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Tolong

    "Hallo!" Meski agak kesal, kuberanikan diri menjawab telepon dari nomer yang belakangan ini menerorku. Aku sangat penasaran siapa dia sebenarnya. Namun, lagi-lagi telepon dimatikan."Coba aku lihat nomernya, Na. Mungkin saja aku mengetahui itu nomer siapa," cetus Thalia.Aku memberikan ponselku pada Thalia. Dia bergegas mencari nomer peneror itu di ponselnya. Kosong. Thalia tidak menemukan nomer yang dimaksud di kontak ponselnya."Enggak mungkin juga dia memakai nomer asli, Thalia. Mungkin dia sengaja menyembunyikan identitasnya biar aku tidak mengetahuinya." Aku mengambil ponselku dari Thalia dan memasukkannya ke dalam tas.Saat hari mulai sore, aku berpamitan pada Thalia untuk pulang. Mobil warna hitam berhenti tepat di depan rumah Thalia dan aku segera berlari masuk ke dalam mobil itu.Mobil hitam itu melaju kencang membelah jalanan kota. Aku sengaja memesan mobil itu lewat applikasi online. Namun, entah mengapa aku merasakan gelagat aneh dari d

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Merelakan

    Aku dalam perjalanan untuk menemui Thalia. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberitahuku tempat tinggalnya yang baru. Semalam aku sudah berjanji untuk mengunjunginya sepulang bekerja."Pergi! Jangan pernah datang lagi. Selama ini hubungan kita hanya pura-pura. Jadi jangan pernah kamu bermimpi untuk mendapatkan hatiku!" Aku mendengar suara Thalia berteriak saat aku baru saja turun dari mobil. Hyuga meminjamiku mobil sekaligus sopir pribadinya saat aku berpamitan hendak menemui Thalia. Dia sendiri tidak bisa menemaniku karena masih ada yang harus dikerjakannya di kantor.Aku berjalan cepat memasuki sebuah teras rumah. Kudapati si jabrik ke luar dari rumah disusul dengan suara pintu yang ditutup dengan keras.Aku mengerutkan kening memandang si jabrik. Dia tidak menghiraukan kehadiranku dan langsung berjalan menjauh."Thalia! Apa kamu di dalam?" Segera kuketuk pintu setelah kupastikan si jabrik telah pergi dengan mengendarai motor sport warna merah.

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Gaun Pengantin

    Hari ini aku ada janji untuk pergi bersama Hyuga. Kami akan memilih gaun pengantin. Kami tidak sendiri karena ibuku dan ibu Mas Hyuga juga ikut."Apa kebaya ini tidak terlalu mahal?" tanya ibu setelah seorang penjaga butik menyebutkan harga dari kebaya pengantin yang dipilih oleh Bu Hanin."Apa kita pindah ke butik lain saja? Atau kita bisa membeli kainnya saja biar aku menjahitnya sendiri," kata ibu lagi, ragu-ragu.Bu Hanin tersenyum, membentangkan kebaya brukat lengan panjang yang dia pilih di depanku, lalu berkata, "Kebaya ini sangat cocok dipakai Naina. Soal harga tidak jadi masalah bagi keluarga Al-Barra. Pesta pernikahan Hyuga nanti akan mengundang orang-orang penting. Aku ingin mempelai wanita terlihat paling cantik di sana."Bu Hanin mempersilakan agar aku mencoba kebaya yang dia pilih. Aku mengangguk sambil menerima kebaya itu dan membawanya ke ruang ganti.Kebaya warna merah dengan bawahan yang terjuntai hingga lantai. Seorang wani

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status