Share

Pasti Mati

last update Last Updated: 2025-09-08 23:05:29

“Kau tidak salah, Math!” sebagai protes Bruno menyindir.

“Lakukan dengan cepat, aku mau makan malam!” cetus Math tidak tahu malu. Dia duduk di sebelah Hana, gregetan karena melihat bibir Hana, sisa jiplakan susu masih tertinggal disana. Tanpa ragu, Math mengusap bibir Hana dengan tangannya.

Mereka yang melihat Hana melongo. Seumur hidup, Matheo Fernandez hanya dilayani, bukan melayani seseorang. Bahkan itu tergelitik Dengan sikap Math diluar nalar.

“Makan malam, apa ada daging panggang?” tiba-tiba saja Hana menyeletuk. Entah darimana keberanian itu, apa karena perutnya memang sangat kelaparan.

Bruno menatap karena ucapannya. Bahkan tanpa sadar menekan pergelangan tangannya yang masih memar, “Aw!” spontan Hana mendesis dan menarik tangannya.

“Kau mau mati? Apa tidak bisa pelan sedikit!” cetus Matheo terdengar seperti mengada-ada. Kembali Bruno dan Radon saling menatap.

Bruno segera membalut lukanya dengan perban. Dia tidak ingin menjadi tumbal ocehan Matheo.

Hana masih menoleh. Menunggu jawaban. Lalu, Math akan mengangkat tubuhnya.

“Stop! Aku sudah bisa berdiri!” celetuk Hana, dia mengangkat tangan menahan tubuhnya. Math mengerutkan kening.

“Kau?!” deliknya.

“Kita belum kenal, jangan sok akrab!” suara alat yang dibawa Bruno jatuh ke lantai saat Hana mengatakan hal seperti itu.

“Bisa-bisanya wanita itu berbicara padamu seperti itu, Math!” dengus Bruno berkacak pinggang.

“Memangnya aku yang salah. Dia yang membawaku, ops, salah, dia yang menculikku ke sini. Dia sendiri yang salah paham denganku. Aku tidak sengaja menabraknya, aku tadi sedang mengejar suami dan selingkuhan nya,” Hana tidak lagi menjadi wanita penurut seperti biasanya. Hatinya seakan mati. Setelah perlakuan Bima dan Zhifa beberapa jam lalu mengubah seluruh perasaannya.

Hana tidak ingin lagi berharap dan dia juga seperti biasa, ponselnya pun tidak berdering. Bima tidak mencarinya. Dia benar-benar hanya seorang istri yang berstatus sebagai istri, tapi tidak pernah dicintai suaminya.

Bruno dan Radon saling memandang kembali. Mau menyalahkan, tapi seperti ucapannya, mereka memang salah membawa orang.

“Tuan, hidangan sudah tersedia,” Josh datang untuk memberitahu.

“Kau buat daging panggang?” Josh menatap wajah tuannya sesaat, “mmm … akan saya siapkan. Ada lagi yang perlu saya siapkan, Tuan?” Mengingat kembali, Josh tahu, itu bukan salah satu hidangan yang tuannya suka. Dia bisa menebak dengan tuannya yang langsung melirik Hana.

Otak Hana langsung berputar saat mendapati lirikan, “Aku mau sesuatu yang asam dan segar? Apa ada?” Mata Josh, Bruno dan Radon seakan tidak percaya. Mereka ingin melirik tuannya.

“Aku sama sekali belum menyentuhnya!” tegas Math yang merasa menjadi tertuduh.

“Mmm … kalau nggak ada, apapun yang rasanya dingin dan segar, aku mau. Ah … yoghurt dengan perasaan lemon dan madu juga boleh,” tambah Hana.

Dalam pikirannya, ini adalah kesepakatan yang sudah dijanjikan oleh Math.

“Uhm, nggak ada ya? Sudahlah, ternyata mau disini atau disana, sama saja. Aku juga nggak boleh makan,” cetus Hana, wajahnya terlihat sedih.

Math meliriknya sorot mata tajam pada Josh, “Ah tidak, tidak, Nona, ah maaf, Nyonya, akan saya siapkan semuanya,” Josh mengelap keringat yang tidak keluar saking takut dengan tatapan tuannya. Dia segera menghilang dari pandangan.

“Kau? Namamu?” tunjuk Bruno semakin penasaran. Apalagi melihat Math seolah tidak peduli dengan apapun yang dilakukannya.

Tidak pernah ada yang bisa memberikan perintah ataupun perkataan asal-asalan seperti tadi. Ini pertama kalinya Bruno juga Radon melihat.

“Aku? Hana, Hana Hastari,” sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Bruno.

Bruno baru menarik tangannya untuk berkenalan, dia sudah merasakan bulu kuduknya berdiri.

“Robert Bruno, kau bisa memanggil sama seperti dia, Bruno atau mungkin dokter tampan,” Rodan hampir saja tersedak mendengar gombalannya.

“Em, nama yang bagus, senang berkenalan dengan Anda, Dok!” jawab Hana tersenyum dan tiba-tiba saja tangannya ditarik.

“Cepat habiskan makananmu. Aku juga mau makan!” cetus Math, menyeret Hana tanpa sadar bahkan saat ini Hana tidak memakai alas kaki.

“Pelan sedikit, ssh-sakit!” terasa sedikit nyeri.

“Hey, Math, aku belum mengobati luka di wajahnya,” Bruno buru-buru mengejar, dia ingin memberikan salep.

“Letakkan itu dan pergilah!” usir Math, seperti habis manis sepah dibuang.

“Hah?! Kau benar-benar gila, Math. Kau mengusirku?!” protes Bruno.

“Cepatlah!” dia tidak peduli dengan ocehan, Math terlihat tidak sabaran.

Josh sudah menuruti permintaannya. Ada daging panggang, yogurt dengan perasaan lemon dan madu.

“Ehm … ini enak dan segar. Aku benar-benar sudah lama nggak menikmati ini. Hooh, tiga tahunku yang ku buang sia-sia!” seruputan pertama dengan sendok, “ahh … masih ada blueberry juga, ahh enak banget!” tambah Hana, sendok an dan gigitan langsung membuat lidahnya masam hingga memejamkan mata, namun dia tidak berhenti memakannya.

“Dan ini umm … koki disini lebih pintar karena membuatkan aku daging panggang,” Hana sedang menyuapkan garpu ke mulutnya dengan potongan-potongan tipis daging yang sudah dipanggang juga saus yang menggugah selera.

Matheo bergeming. Ekor matanya tidak henti memindai cara bicara juga sikap yang ditunjukkan. Bagi beberapa orang yang melihat itu adalah hal biasa, namun bagi Math, itu sangat luar biasa.

Dia sampai memberikan reaksi dengan bersandar dan melipat kedua tangannya. Seolah Hana sedang mempertontonkan pertunjukan yang seru.

“Tuan, apa saya perlu menyiapkan makanan Anda?” Josh bertanya karena tuannya masih belum memulai makan. Dia tampak serius melihat Hana yang lahap menyantap hidangan seperti orang yang belum makan selama tiga hari.

“Kau? Emm, berikan aku resep daging panggang dan cara membuat yoghurt ini. Aku ingin membuat sendiri nanti di rumah,” mata Hana berbinar saat berbicara dengan Josh dan blak Josh tiba-tiba saja ditendang oleh tuannya hingga dia tersungkur.

Hana kaget dan langsung sadar.

“Ya ampun! Aku salah. Aku kan sudah membuat kesepakatan dengannya. Aku lupa tanya, apa kesepakatan yang dia mau saat melepaskan ku tadi,” suara hati Hana bergema. Dia spontan berdiri.

“Eh eum anu Tuan!” Hana belum selesai bicara, Math bangun dan meja digebrak. Saking kaget, Hana memegangi dadanya.

“Walah walah dia marah. Gimana ini?!” bulu kuduk Hana meremang, sepertinya ada monster yang akan memakannya hidup-hidup.

“Sebentar-sebentar eum jangan salah paham dulu, aku hanya minta to– aghhh!!” jerit Hana.

Tubuhnya tiba-tiba saja pindah, kali ini dia tidak digendong seperti ala pengantin baru. Kali ini Math mengangkat tubuhnya dan meletakkannya di pundak.

“Aku mau makan. Jangan mengganggu!” Math berbalik sekaligus memberikan perintah.

“Heh, Radon, sepertinya wanita itu dimanjakan!” Bruno menyikut lengannya.

“Tidak mungkin, saya berani jamin dan taruhan Tuan Bruno,” Bruno menarik sudut bibirnya.

“Kau bodoh dan buta? Kau tidak melihat sikapnya?” Radon malah geleng-geleng kepala, “anda yang salah menilai, Tuan. Kali ini, saya yakin, wanita itu pasti akan mati!” Bruno membulatkan mata mendengar ucapannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DICERAI SUAMI DINIKAHI BOS KEJAM   Dua Iblis Kejam Mencintaiku

    “Huhuhu, akhirnya kamu bangun juga, aku benar-benar takut sekali, huhuhu!” Lilian langsung memeluknya pelan.“Sudah, sudah, jangan menangis lagi. Aku sudah gak apa-apa,” Lilian segera mengangkat tubuhnya agar tidak membuat Hana sesak.“Tolong bantu, aku!” Hana meminta ranjangnya dinaikkan, dia tidak ingin terus tiduran.Pintu dibuka, Bruno masuk membawa laporan hasil operasi dan seorang suster membawakan obat dan makanan. Suster memeriksa infus lalu keluar setelah Bruno menyuruhnya.Lilian memberikan jarak, dia mundur dan Radon baru saja kembali dengan satu paperbag makanan untuknya.“Kau ini benar-benar luar biasa. Untungnya masih bisa terselamatkan. Lain kali jangan main benda tajam lagi. Lebih baik kau mainkan saja benda tumpul mereka!” Bruno sedang memberitahukan kondisinya juga mengejek dua laki-laki itu. Mereka tidak banyak suara setelah dibuat ultimatum oleh Bruno jangan berisik.Mereka benar-benar menurut.“Mana ada aku main it–,” seketika wajah Hana memerah ketika dia memaham

  • DICERAI SUAMI DINIKAHI BOS KEJAM   Kesempatan Baru

    “Tidaaak, sayanggg!!!” Math dan Zian berlari kearah Hana, wanita itu sudah terkapar di tanah, tubuhnya bersimbah darah.“Habisi wanita itu!” perintah Math dan Zian, Lilian terkejut dan berlari memeluk tubuh Hana yang banjir darah. Kemudian suara peluru tiba-tiba berbunyi, pe-lu-ru-peluru tersebut langsung membuat Zhifa terkapar tidak jauh dari tubuh Hana. Tangannya masih memegang pisau berlumuran darah.Bima membeku. Pertunjukan barusan terjadi di depan matanya. Hana sempat melihatnya, tapi tubuhnya semakin melemas karena kehilangan banyak darah. Matanya perlahan tertutup.“Jangan biarkan dia lolos juga, Radon, Bob!” perintah keduanya, sudah pasti tujuan selanjutnya adalah Bima.“Aghhh!” Bima terkejut karena tiba-tiba tubuhnya dihajar oleh Radon dan Bob dari depan juga belakang, “ag aku tidak bersalah. Dia, bukan disuruh olehku!” suara Bima penuh getaran, dia sudah melihat Zhifa meregang nyawa akibat pe-lu-ru-peluru tadi tidak mungkin dia membayangkan kalau pe-lu-ru-peluru itu juga be

  • DICERAI SUAMI DINIKAHI BOS KEJAM   Persaingan Cinta

    Lilian hampir saja tersedak mendengar ucapan Hana. Dia tidak mengira kalau temannya akan berbicara sebar-bar itu.“Aku lapar! Berhenti saja disitu,” Hana merasa lapar lagi karena dia hanya ingin benar-benar bebas makan tanpa pengawasan dua laki-laki itu.Mereka menghentikan taksi di depan restoran cepat saji.“Aku tunggu disini saja, aku gak bawa uang. Ponselku juga tertinggal di kamar Math!” kata Hana menunjukkan sederet gigi putih. Meminta Lilian yang membeli dan dia memilih menunggu di bangku area taman dekat restoran siap saji tersebut.“Hmm, tunggu saja disana, aku gak akan lama!” Hanya mengangguk dan mereka berpisah. Hana berjalan kearah taman dan Lilian ke restoran siap saji.“Akhirnya aku bisa bernapas sebentar,” kata Hana.Dia tahu, Math dan Zian memantau tidak jauh-jauh. Mobil-mobil mereka mengawasi diseberang jalan.“Kau yakin tidak perlu kesana?” Zian berdiri bersebelahan dengan Math, sama-sama melipat kedua tangannya. Setelah pertemuan di ranjang tadi, hubungan mereka sep

  • DICERAI SUAMI DINIKAHI BOS KEJAM   Shio Anjing

    Hana memilih acak, satu kaos dan celana. Math sudah memenuhi lemari dengan model yang dipilihnya serta ukuran milik Hana. Dibandingkan dengan Bima, perhatian Math jauh lebih nyata. “Rupanya dia sangat memperhatikanku, dia ga pernah bertanya berapa ukuran dan model yang kusukai, tapi pilihannya aku benar-benar menyukainya,” batin Hana berbisik, dia tersenyum puas dengan yang dilihatnya.Hana menghindari dulu pemakaian gaun. Kapok jika tiba-tiba mereka langsung menyerbunya. Lebih baik memilih model lain.Dia ingat ponselnya yang belum diisi daya. Dan menaruhnya di tempat pengisian daya khusus, dia hanya meletakkan ponselnya di lempeng tanpa kabel yang merepotkan.“Sayang!” Math mendekatinya.“Diamlah jangan berisik!” sembari menyalakan ponsel, hitungan beberapa detik ponselnya menyala, beberapa notifikasi panggilan tidak terjawab masuk beserta pesan langsung terlihat di layar.Math sudah mengerutkan kening tidak sukanya. Zian pun perlahan-lahan mendekat dan melirik. Melihat Hana sedan

  • DICERAI SUAMI DINIKAHI BOS KEJAM   Berbagi Istri

    “Ssstt!” kata Math, dia malah membuka bajunya dan merogoh saku kantongnya, menunjukkan kain milik Hana yang tadi disita olehnya. Itu memang disembunyikan oleh Math.Math hanya ingin menyampaikan kalau yang sedang terjadi bukan kesalahannya. Semua yang terjadi sekarang adalah kecerobohan dirinya. Jadi, dia lebih memilih berbagi istri dengan rival terberatnya daripada dia harus ditinggalkan.“Biarkan dia mengurus yang disana, kami akan bergantian, jadi aku harap kau bisa menyiapkan tenagamu,” ucap Math, Hana membulatkan mata, sebelum dia sempat protes, “Ahhh hmmm shh!” Zian sudah menyerang di bawahnya lagi, lalu Zian menyembulkan kepalanya, “seharusnya kau ambil keputusan itu sejak tadi. Benar-benar menyebalkan, aku sampai harus menunggu lama,” dengus Zian. Dia sekarang terang-terangan tidak peduli karena Math juga sudah melepaskan seluruh yang dipakainya.Math naik ke ranjangnya, menarik tubuh Hana dari belakang hingga Zian lebih leluasa melakukan aksinya di bawah sana.“Ma–Matty ahh a

  • DICERAI SUAMI DINIKAHI BOS KEJAM   Seperti Di Labirin

    Math tidak menjawab, dia langsung duduk. Hana berbalik dan, “Agh!” dia terkejut karena tepat sekali Zian ada dibelakangnya.Math menoleh, “Kau!” deliknya.“Bukan salahku, dia yang merobek bajuku tadi,” kata Zian, lagi-lagi menunjukkan sikap yang kasihan.“Matty!” Hana greget sendiri, padahal dia berniat menyuruhnya pergi setelah makan, “emm, kita ganti baju dulu,” kata Hana merasa tidak enak, dia tidak ingin melihat Zian berkeliaran seperti itu. Radon spontan menutup mata Lilian.“Sayang!” protes Math.“Diam, kamu benar-benar gak bisa dipercaya. Kalau seperti ini, aku lebih baik pergi saja!” Hana jadi mengancam, dia ingin masalah cepat selesai, tapi ini sepertinya berada di labirin yang terus berputar-putar.“Ng–nggak sayang, jangan seperti itu. Maafkan aku, sayang! Math langsung bergerak saat Hana membantu memapah Zian ke kamar mereka. Selama dipegang Hana, suhu tangannya saja sudah membuatnya menelan air liur. Zian benar-benar lapar dan haus. Dia ingin sekali menerkam Hana kalau sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status