Share

Begal Cantik

Author: Thietha
last update Last Updated: 2021-04-15 12:41:06

Jenia mengandalkan segala kepandaiannya kali ini. Ia tidak bisa terus berlari sedangkan para pengawal itu terus saja mengejarnya, lagi pula, Jenia tidak tahu jalan mana yang harus ia telusuri agar terbebas dari tempat gelap dan dipenuhi pepohonan itu.

Di hadapan Jenia ada sebuah pohon yang menjulang tinggi dan begitu banyak dahan di pohon yang bisa Jenia andalkan kali ini.

Jenia tersenyum senang, seakan kepintarannya memberikan keberuntungan padanya. Ia tidak peduli dengan kemungkinan-kemungkinan binatang yang ada di atas pohon itu.

Jenia berusaha untuk memanjat pohon itu setingginya, hingga para pengawal yang terus saja mengejarnya tidak dapat menemukan keberadaannya.

Dari atas pohon, Jenia bisa mendengarkan suara para pengawal yang masih mengejarnya dan mencari-cari keberadaannya.

Ia meneguk salivanya ketika seokor ular putih berada di dekatnya. Ia berusaha untuk tetap diam dan tenang, saat ular pohon menjulur melewati tubuhnya.

Rasa takut, sudah pasti ada sejak Jenia hendak naik ke atas pohon itu, tetapi apa yang bisa Jenia lakukan jika ia tidak naik ke atas pohon, mungkin saja para pengawal itu sudah menangkapnya karena lelah berlari.

“Ya, Tuhan, selamatkan aku kali ini, aku mohon!” pinta Jenia dalam hati.

Para pengawal itu mendengarkan suara gemersik dedaunan yang bergoyang di tempat lain.

“Sepertinya dia lari ke sana, mungkin saja dia berlari memasuki hutan untuk menuju rumah warga!” ucap salah seorang pengawal yang berada tepat di bawah pohon tempat Jenia berada saat ini.

Setelah meyakinkan mereka semua sudah berada jauh darinya, Jenia kembali turun dari pohon yang Jenia sendiri tidak tahu pohon apa yang telah ia panjat. Jenia terus berlari menelusuri jalan setapak yang cukup terang karena cahaya bulan.

“Aku harus mencari tumpangan atau tempat untukku bersembunyi dari mereka,” gumamnya.

“Mereka mungkin saja masih akan mengejarku sampai ke sini!” gumam Jenia terus berusaha untuk berlari sekuat tenaganya, meskipun kakinya saat ini sudah dipenuhi dengan luka akibat ranting dan bebatuan yang ia pijak.

Jenia tidak sempat untuk mengenakan sandal maupun sepatu, kali ini ia benar-benar dalam kondisi yang berantakan.

“Tuhan, berikan aku secercah harapan untuk kembali pulang!” harap Jenia saat Jenia mulai merasa lelah untuk berlari.

Mata Jenia terasa silau ketika sebuah mobil dari arah berlawanan melintas di sana. Jenia merentangkan dan melambaikan tangannya berharap si pemilik mobil itu berhenti dan memberikan tumpangan kepadanya.

“Stop! Berhenti … Berhenti!” pekik Jenia.

Pemilik mobil sport hitam itu berhenti tepat di hadapannya. Jenia tidak peduli siapa orang yang ada di dalam mobil itu, ia hanya ingin bisa keluar dari tempat yang ia anggap itu adalah tempat terkutuk baginya.

Jenia segera berlari dan membuka pintu belakang mobil itu saat si pemilik mobil keluar untuk menghampirinya.

“Masuk!” titah Jenia.

Pria itu menuruti perintah Jenia dan masuk ke dalam mobilnya, lalu ia duduk di bagian supir.

“Jalan!” Jenia mengacungkan pecahan kaca yang ada di tangannya ke arah pria itu berupaya untuk mengancam agar ia bersedia untuk mengantar Jenia.

Namun, pria itu masih terdiam dan tidak melajukan kendaraannya sama sekali. Ia hanya mematut wajah Jenia dari balik kaca spion.

“Putar balik! Cepat!” titah Jenia lagi.

“Heh, kamu mau membegalku?” tanya pria itu.

“Sekarang juga kamu putar balikkan mobil ini dan ikuti perintahku, jika tidak, aku bisa saja membunuhmu dengan beling ini!” perintah Jenia lagi.

Pria itu terus memandang Jenia dari kaca spionnya. Ia tersenyum, kemudian mengikuti perintah Jenia dan memutar balikkan mobilnya lalu melaju meninggalkan tempat itu.

Setelah cukup jauh dari tempat semula, pria itu menghentikan mobilnya. Jenia mulai merasa was-was, kenapa pria itu menghentikan mobilnya di tempat yang  sepi? Apakah Jenia salah masuk mobil kali ini? Apakah pria itu sama sekali tidak takut dengan ancaman Jenia kali ini?

Ya, Jenia memang tidak berbakat dalam hal mengancam orang lain.

Jenia meneguk salivanya, ia merasa takut jika pria itu lebih berbahaya dari para pengawal yang mengejarnya.

“Apa setelah aku keluar dari mulut singa, kini aku berada di mulut buaya?” pikiran buruk Jenia mulai bergerilya menyelimutinya.

“Aku harus menelpon seseorang, karena seharusnya aku menghadiri rapat penting, tetapi aku rasa membantumu lebih penting!” ucap pria itu mengeluarkan ponselnya.

“Kamu pasti hendak menelpon polisi, ‘kan?” tanya Jenia peuh curiga.

“Tidak! Aku tidak akan menelpon polisi, aku janji. Aku hanya perlu mengabari adikku karena aku tidak ingin membuatnya khawatir.”

“Baiklah! Tidak lebih dari dua menit!” tegas Jenia.

Pria itu menekan nomer di layar ponselnya lalu menempelkan ponsel itu di telinganya, setelah telpon terangkat, tanpa basa-basi ia berkata pada si penelpon, “Sepertinya aku tidak bisa datang malam ini karena aku merasa kurang enak badan, kamu berikan saja laporannya setelah selesai nanti,”

Tanpa banyak kata lagi, pria itu segera menutup ponselnya karena baterai ponsel itupun habis.

“Hehe, kamu lihat sendiri bukan, aku menelpon tidak sampai satu detik. Sepertinya hidupku akan berakhir di tanganmu kali ini!” kekehnya.

“Jangan terkekeh! Lajukan kembali mobilnya!” titah Jenia.

“Baiklah!” pria itu tersenyum kemudian melajukan kembali mobilnya.

“Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu malah bersikap seperti ini?” tanya pria itu berusaha untuk mencairkan suasana yang tampak tegang karena Jenia bersikap layaknya seorang ratu yang memerintah.

“Jangan banyak tanya, ikuti saja perintahku!” tegas Jenia.

“Baiklah, apa perintahmu padaku kali ini, Nona?”

“Antarkan aku ke Jakarta, aku akan membayar sewa mobilmu ini setelah aku tiba di sana!”

Jonathan membulalangkan matanya. Gadis di belakangnya saat ini tidak terlihat seperti seorang begal, ia lebih terlihat begitu malang. Membuat Jonathan merasa simpati karenanya.

“Baiklah!”

Kali ini mereka sudah tidak berada di jalan yang gelap dan setapak itu lagi. Mereka sudah berada cukup jauh dari vila yang menyeramkan bagi Jenia.

Jenia merasa cacing-cacing di dalam perutnya mulai berkeroncong. Sedari kemarin ia tidak menyantap makanan yang mampu mengenyangkan perutnya.

“Carikan aku makanan!” perintah Jenia lagi dengan nada yang merendah.

“Bisakah kamu menurunkan kaca yang ada di tanganmu ini? Aku merasa melayang ditodong wanita sepertimu!”

Pria itu menepikan mobilnya di pinggir jalan, di luar sana begitu banyak orang yang menjual makanan. Jenia tidak tahu pasti di daerah mana ia berada saat ini.

Pria itu menoleh ke arah Jenia. Dengan sigap ia mengambil pecahan kaca yang ada di tangan Jenia ketika Jenia mulai lengah menatap ke arah luar, lalu membuang kaca itu.

“Hey!” pekik Jenia.

Jenia merasa kaget. Sepertinya ia pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya.

“Bukankah kamu pria yang tempo hari hampir saja menabrakku dan memberikan kartu namamu kepadaku?” Jenia berusaha mengingat sosok yang ada di hadapannya saat ini.

“Hah?” Pria itu menatap Jenia dengan seksama.

Gadis yang duduk di belakangnya kali ini sungguh berbeda dari tempo hari pertama mereka bertemu. Pakaian Jenia tampak berantakan, bahkan rambut Jenia yang panjang sepinggang pun tampak berantakan dalam ikatannya.

Pipi Jenia yang berisi tampak kotor, bahkan hidung mancung Jenia juga kotor. Pria bernama Jonathan itu lebih terkejut saat melihat ada noda darah yang keluar dari leher Jenia.

“Kamu tidak apa-apa? Apa yang terjadi padamu sehingga kamu terlihat berantakan seperti ini?” tanya Jonathan bertubi-tubi.

“Aku tidak apa-apa, aku benar-benar tidak tahu bahwa pemilik mobil ini adalah kamu,” tutur Jenia.

“Iya, aku juga tidak dapat melihatmu dengan jelas tadi. Oh ya, kamu tunggulah dulu di sini, aku akan membelikan makanan dan obat untukmu.” Jonathan turun dari mobil dan meminta Jenia untuk tetap tinggal karena kondisinya yang begitu berantakan.

Jenia kembali merapikan rambutnya sembari menunggu Jonathan yang meninggalkannya. Jenia merasa beruntung karena masih ada orang baik yang bersedia membantunya keluar dari sangkar Mr. M yang Jenia sendiri tidak tahu seperti apa rupanya.

Lima belas menit berlalu, pria itu membawa cukup banyak bingkisan di tangannya. Lalu menaruh di dekat Jenia.

“Sebaiknya kamu bersihkan wajahmu dengan tisu basah ini!” Jonathan memberikan tisu basah kepada Jenia.

Jenia menuruti perintah pria yang telah menyelamatkannya kali ini. setelah membersihkan wajahnya, ia menyantap makanan yang diberikan Jonathan kepadanya.

“Kamu sudah menyelamatkan hidupku, aku tidak tahu bagaimana bisa aku membalasmu.” Jenia merasa sungkan.

Jonathan hanya diam dan tersenyum dengan sangat manis, membuat wanita yang melihatnya pasti akan tergila-gila, tetapi tidak dengan Jenia, ia membutuhkan jawaban dari pria itu.

“Setibanya di Jakarta nanti, aku akan membayarmu,” ucap Jenia lagi.

“Tidak perlu!” tutur Jonathan.

“Kamu bisa membayarnya dengan tubuhmu,” goda Jonathan.

Jenia membulalangkan matanya pada Jonathan. Benarkah kali ini ia sudah berada di sarang buaya setelah keluar dari sarang singa bernama Mr.M?

*** Bersambung ***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Jujurlah Padaku

    Jenia menyentak tubuh Jonathan ke dinding. Jonathan terpaku dengan sikap yang ditunjukkan Jenia kepadanya. Ia tidak menyangka gadis itu begitu kuat dan terpancar aura kemarahan darinya“Apa rahasia yang kamu ketahui tentang Cherry?” tanya Jenia lagi dengan nada memaksa.“Rahasia apa? Aku tidak tahu apa-apa,” sahut Jonathan kaget dengan sikap Jenia yang tiba-tiba bersikeras ingin mengetahui sesuatu darinya.“Ah, aku benar-benar merasa gila sekarang. Bagaimana mungkin aku berada di sini, sedangkan aku tidak tahu di mana keberadaan Cherry saat ini,” keluh Jenia.“Je, aku benar-benar bingung, sebenarnya apa hubunganmu dengan Cherry? Maksudku, saat itu kamu enggan untuk menjawab pertanyaanku yang menanyakan hubungan antara kamu dengan Cherry, tetapi sekarang kamu yang ingin membahas ini,”sahut Jonathan.Jenia membuka matanya dengan lebar. Apa yang dikatakan Jonathan memang benar. Selama ini Jenia ber

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Rahasia yang disembunyikan

    Pintu terbuka lebar, begitupun dengan netra hitam pekat yang berdiri di hadapan Jenia saat ini. Matanya tidak berkedip sedetikpun melihat keberadaan Jenia di hadapannya saat ini.“Siapa ya?” tanya Jenia lagi.“Kamu kenapa bisa ada di sini?” tanya pria itu segera masuk ke dalam rumah meskipun Jenia belum memberikan ia aba-aba untuk masuk.“Tunggu dulu, kamu siapa?” tanya Jenia kemudian ia menutup pintu.“Kamu pasti sudah lupa padaku, tetapi aku masih ingat dengan jelas siapa kamu,” ujarnya duduk di atas sofa dengan kaki bersilang.“Hmm ….” Jenia berusaha mengingat kembali sosok yang ada di hadapannya saat ini. Ingatan Jenia sangatlah buruk, ia tidak bisa mengingat sosok yang baru sekali ia temui.“Hai, Dave!” sapa Jonathan yang baru saja keluar dari dapur dengan apron yang masih melekat di tubuhnya.“Hai, Jo. Aku tidak sedang mengganggu kalian berdua k

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Pertemuan Tidak Diinginkan

    Jenia berusaha untuk menghindari sosok pria yang terus melangkah mendekatinya. Semakin dekat, membuat Jenia dapat melihat dengan jelas sosok pria bertopeng di hadapannya saat ini. Dua bulan sudah berlalu. Namun, dalam tempo yang singkat itu masih belum bisa membuat Jenia lupa pada sosok pria bertopeng di hadapannya saat ini. Pria angkuh yang selalu memperlakukannya secara kasar selama dua hari berada di sebuah Vila yang Jenia sendiri tidak ingat dengan pasti di mana Vila itu berada. Pria yang selalu menyodorkan surat kontrak agar Jenia bersedia hamil dan melahirkan anak untuknya, tetapi Jenia tidak memiliki hak atas anak yang dikandungnya, dialah pria itu. “Mr.M!” risik Jenia terus berjalan mundur sedangkan pria itu semakin melangkah cepat mendekati Jenia. “Kamu masih ingat padaku gadis nakal?” suara itu menggelegar di telinga Jenia, membuat bulu remang Jenia bergidik merinding mendengarkannya. Suara itu begitu menakutkan di telinga Jen

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Naluri Wanita

    saJenia menyeka air matanya. Penuturan sang kakak membuat dirinya terasa semakin lemah. Hati siapa yang tidak merasa sedih dengan pertanyaan yang ia sodorkan? Jenia beranjak, membelakangi Erlina yang masih duduk menantikan jawabannya. Ia berniat untuk meninggalkan Erlina tanpa memberikan jawaban, tetapi Jenia mengurungkan niatnya. Jenia kembali duduk, menghadap pada kakak yang selama ini selalu ia anggap baik, tetapi sejak saat ini, Jenia merasa ragu dengan sikap yang ia tunjukkan saat ini. “Kak, apa kakak bukan seorang wanita? Kenapa kakak mempertanyakan hal ini kepadaku?” tanya Jenia. Kali ini, gentian Erlina yang terdiam mendengarkan pertanyaan Jenia. Tidak ada kegentaran sama sekali di wajah Jenia. “Bukankah kakak sendiri tahu apa yang benar dan apa yang salah di dunia ini? Selama ini aku selalu kagum pada kakak yang rajin mengikuti kegiatan keagamaan, bahkan dari yang aku lihat, setiap malam kakak selalu membaca kitab,” tutur Jenia.

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Pertemuan dengan Erlina

    Jenia kembali mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pergi meninggalkan tempatnya saat ini. Jonathan hanya bisa memandang tanpa bisa berkata apa-apa lagi.Bukan karena Jonathan tidak berusaha untuk menahan Jenia untuk tetap berada di tempatnya sementara waktu, tetapi Jenia terus bersikeras untuk mencari tempat tinggal lain.“Je, jika kamu bersedia, kamu bisa tinggal di sini,” ucap Jonathan mengulang ucapan yang sudah pernah ia katakan sebelumnya.“Jonathan, bagaimana bisa seorang wanita dan pria yang belum menikah tinggal bersama? Kita ini berada di sebuah Negara yang taat akan hokum,” Jenia beralasan.“Ya, aku tahu, tetapi jika kamu mau untuk tinggal di sini, aku bisa tinggal di tempat yang lain,” ucap Jonathan berusaha untuk membuat Jenia mengerti.“Bagaimana bisa aku tinggal di rumah ini, sedangkan pemiliknya harus terusir karena aku?” tutur Jenia lagi.Bagaimanapun Jonathan sudah

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Terusir

    “Apa kita harus ke rumah sakit?” tanya Jonathan bersiap untuk melajukan kendaraannya.“Seharusnya aku yang mengatakan hal itu kepadamu, kamu terluka dan wajahmu juga memar!” ucap Jenia menunduk merasa bersalah karena telah menjadi penyebab luka di wajah Jonathan.“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, karena aku begitu khawatir melihat kamu jatuh tersungkur karena pria banci itu,” geram Jonathan mengingat kejadian beberapa menit lalu.“Aku tidak apa-apa, hanya merasa sakit sedikit saja! Sebaiknya kita ke rumah sakit untuk mengobati lukamu ini,” ucap Jenia.“Tidak, aku tidak akan ke rumah sakit hanya karena luka kecil ini.” Jonathan bersikeras untuk tidak ke rumah sakit, “lama sekali temanmu datang membawakan barang-barangmu,”sambung Jonathan.Jenia hanya diam tidak menjawab, karena Jenia sendiri tidak tahu kenapa Dion begitu lama membawakan koper miliknya. Tidak lama mereka men

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Sang Pecundang

    Seperti biasanya, di dapur toko kue itu, Jenia selalu disandingkan dengan Dion dalam bekerja karena mereka sama-sama juru masak di sana.Dion selalu memberikan cerita-cerita kocak di sela kerjanya karena ia menganggap hal lucu akan membuat pekerjaan terasa ringan dan lebih santai, karena setiap harinya mereka selalu berkelibut dengan tepung dan adonan kue, sehingga akan sangat jarang berjumpa dengan orang lain selama mereka berada di dapur.“Je, kamu tahu, ternyata aku salah, aku pikir dia adalah seorang wanita karena memiliki rambut yang panjang dan indah, tetapi ternyata dia adalah seorang pria,” kekeh Dion sejadinya mengingat ceritanya yang sempat terjeda.Selama Dion menceritakan kisah-kisah kocaknya, Jenia hanya tersenyum simpul dan tidak ikut tertawa. Jenia tidak ingin Lila kembali salah paham jika melihatnya tertawa bersama dengan Dion, pria yang disukai Lila.“Dion, sudahlah jangan bercerita lagi, aku takut jika Bos Justin datang

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Salah Paham

    Mata Jenia seakan sulit untuk berkedip, ia merasa lebih nyaman memandang sesuatu dengan focus, meskipun Dion, rekan satu kerja dengannya tahu bahwa saat ini Jenia tidak hanya sekadar memandang ke arah langit yang indah akan bintang-bintang berkilauan di angkasa, tetapi Jenia sedang melamun.“Je, ada apa denganmu? Sedari tadi kamu hanya melamun saja, bahkan kamu tidak menyantap makan malammu ini.” Kehadiran Dion mengejutkan Jenia yang melamun.“Eh, Dion, kamu bilang apa tadi? Aku tidak mendengarkannya, maafkan aku!” pinta Jenia.“Je, ada apa? Sejak kamu datang, aku perhatikan kamu seperti bukan dirimu saja. Ragamu memang berada di sini, tetapi pikiran dan hatimu seperti berada di tempat lain. Apa kamu sedang patah hati?” terka Dion.“Tidak, Dion, Aku tidak apa-apa. Aku juga sedang tidak patah hati, toh selama ini juga aku tidak pernah jatuh cinta,” sahut Jenia berusaha untuk menunjukkan senyuman terbaiknya.

  • DICINTAI LELAKI KAYA   Kabar kehamilan Jenia

    Marvin masih sibuk memutar-mutar pena yang ada di tangannya. Ia masih menunggu kabar dari anak buah yang ia kerahkan untuk mencari keberadaan Jenia. Sudah dua bulan, Marvin tidak lagi mendengarkan kabar tentang Jenia, bahkan ia juga sudah meminta Ferdinand menghubungi Cherry.“Mereka berdua pasti sudah bersekongkol untuk mengelabui kita,” ucap Marvin kepada Ferdinand yang masih duduk kaku di atas sofa di dalam ruangan kerja itu.“Aku tidak yakin jika mereka berdua bersekongkol untuk mengelabui kita, karena Cherry sangat membenci gadis itu,”“Apa kamu yakin? Para wanita itu sangat mudah untuk membohongi orang lain dengan mimic wajah mereka,” ucap Marvin.“Ya, aku sangat yakin. Aku rasa, gadis itu masih berada di Bandung, Vin!”“Aku merasa yakin bahwa dia kembali ke Jakarta dan kembali pulang ke keluarganya,” ucap Marvin merasa yakin dengan apa yang terpikir di otaknya.“Itu dia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status