Share

POV AYAH

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-11 16:51:15

Nafasnya masih memburu terlihat dari dadanya yang naik turun menahan emosi.

Perlahan ku dekati dan ku peluk mas Anas, Air mata yang semula kutahan kini tak bisa di bendung lagi. Kamipun berpelukan melepas sesak didada.

"Mas,! Bagaimana nasib ku kedepan,! Bagaimana nasibku jika harus menjadi satu dengan orang tuamu sedangkan mereka tidak suka denganku,?Tanyaku kemudian.

" Jangan fikirkan itu dulu ya sayang,! kita fikirkan setelah Ayah pulang,! Sekarang kita fikirkan dimana kita mencari pendonor darah untuk Ayah dengan golongan darah A, sedangkan di PMI setok kosong,! Kamu harus tenang, jangan banyak fikiran mas akan selalu mendampingimu,!".

" Baiklah,! Sekarang mas siap-siap dan segera kembali kesana.Jangan biarkan ibu semakin marah padaku karena mas terlalu lama disini,! Berikan kunci kamar dan segeralah meluncur,! Tunaikan baktimu sebagai anak mas,!" Ucapku memberi semangat.

" Terus kamu bagaimana,! tidak,! Kamu harus ikut dengan mas,! Jika ibu menolak kamu bisa menunggu di luar,!"

" Tapi mas,! Biarkan aku pulang saja,! Mungkin sementara waktu selama mas di Rumah Sakit aku akan pulang kerumah ayah ibuku, jika pulang kerumah aku takut di marah kak Rasya lagi,! Boleh ya mas! Ucapku memohon.

" Tidak,! Kamu harus pulang dengan mas,! Apa kata ayah ibumu jika kamu pulang sendirian,! Tidak akan tenang juga fikiran mas kalau seperti ini. Sudah Ayo bersiap-siaplah bersihkan tempat tidur dan segera kita cekout dari sini sekalian beli sarapan,! Kamu pasti lapar kan dari semalam belum makan.

Setelah membereskan tempat tidur kamipun langsung menutup pintu lalu memberikan kunci kepada resepsionis hotel.

"Ayo mas, Buruan! nanti keburu ibu tambah marah lo. Rengekku kepada mas Anas meminta agar dia segera mempercepat langkahnya.

" Sabar nay, mas cari dulu kunci motor nya,! mas lupa dimana meletakkannya,!".

" Ya Allah Mas,! kamu letakkan dimana kuncinya, bisa - bisanya hal genting begini kamu lupa kunci motor.

Dengan terburu -buru mas Anas mencari kunci motor, akhirnya ketemu juga. Kami langsung saja menuju ke rumah sakit umum Chindekia Abadi. Setelah memarkirkan motor, kami langsung segera menuju ruang inap Ayah.

Tok...tok...tok...!

Assalamualaikum....

Waalaikumsalam,! Jawab ibu dari dalam.

" Loh Anas,! Kok masih ikut sih si Nay,! Bikin repot saja, kan sudah ibu bilang biar Nay pulang! Kamu tetap di sini! kalau seperti ini bisa-bisa kamu tidak fokus sama Ayahmu!

" Sudah bu! sudah jadi keputusan Anas bahwa Nay akan tetap berada disini,! Terima atau tidak terima Nay akan tetap ada disini,! Nay kesini dengan tujuan baik jadi anas akan menjaganya dengan baik juga! Jawab mas Anas dengan kerasnya.

Hatiku berdebar - debar saat mendengar mereka beradu argument hanya karena aku, ada rasa tidak suka mendengar keributan ini, ada rasa senang ternyata suamiku masih membelaku di depan ibunya.

"Emmmm,! Mas, bu,! Nay tunggu di luar saja ya,? Nay laper belum sarapan,! Mas disini saja urus semuanya, Nanti kalau sudah beres baru hubungi Nay ya,!" Ucapku menengahi keributan ini.

" Mungkin sebaiknya begitu Nay,! kamu tunggu di luar saja ya , nanti mas telpon kalau sudah beres".

****

POV Ayah

"Selamat siang,! Bagimana ibu, apakah sudah dapat pendonor darahnya?Karena stok di PMI kita kosong untuk golongan darah A, Sedangkan Bapak membutuhkan sekitar 5 kantong transfusi darah akibat luka yang ada di kakinya dan sudah banyak komplikasi termasuk anemia juga. Jadi Kami berharap Bapak dan ibu sudah mendapatkan pendonornya,! Karena kami minta segera ya pak,! Ucap dokter umum yang menangani Ayah selama di Rumah Sakit.

"Emmm...! Sebenarnya kami belum dapat dok,! Tapi saudara saya sedang mencari pendonornya di kampung, semoga segera mendapatkan pendonornya,! Nanti jika sudah dapat langsung ke PMI kan dok?".

" Betul bapak,! Kami tunggu kabar baiknya segera ya pak,! Karena Bapaknya menderita Anemia berat dan tidak bisa operasi jika pasien mengalami anemia berat, bisa membahayakan nyawa pasien pak!.

"Baik,! Kami permisi dulu Bapak Ibu,! Masih ada pasien lain, Kami tunggu segera ya pak darahnya! Kata sang dokter.

" Baik dok,! Terima kasih".

Setelah Dokter cantik itu keluar, dengan segera aku mengambil gawai yang ada di saku celana, dengan cepat aku mencari nomor dan menekan layar panggilan yang ada di handphone.

Tut...Tut...Tut....

" Hallo,! Gimana Nas,? Ada apa,! Ada kabar apa,! Ayahmu baik-baik saja kan?," Begitu banyak pertanyaan kakak dari Ayahku ini.

" Hallo pakde,! Alhamdulillah Ayah baik pakde, cuma kami belum mendapatkan pendonornya,! Dan kata dokter Ayah tidak bisa di operasi jika Hb Ayah rendah, bisa membahayakan nyawanya,! Bagaimana pakde? Apa sudah dapat pendonor yang cocok untuk Ayah,?

"Alhamdulillah kabar baik Nas,! pakde sudah mendapatkan pendonornya! mereka akan segera berangkat siang ini juga,! Nanti segala keperluan seluruhnya di sana kamu yang urus ya Nas, untuk amplop biar jadi urusan pakde, Ada 3 orang yang berangkat,! Mudah-mudahan 3 orang cukup.

" Alhamdulillah, Terimakasih pakde! Semoga lancar semuanya! Iya nanti di sini Anas yang urus. Titip rumah pakde, Soalnya Nay sedang ada disini.

" Iya Nas! Semoga lancar semuanya! Terus kabarin pakde tentang perkembangan Ayahmu! pakde tidak akan tenang kalau belum ada kabar.

Ya Allah. Terima kasih untuk kemudahanmu, Terimakasih!Mudah - mudahan lancar semuanya. Aamiin! Doa ku dalam hati. Tapi dimana Nay, Sambil terus berjalan melihat kanan kiri koridor Rumah Sakit masih belum ketemu juga dengan Nay. Ya Allah dimana kamu Nay?

Kring... Kring.. Kring...

" Hallo! Mas Anas! Emmm ini kami mas! Pak Edo, Pak Erwin, dan Pak Aris yang akan mendonorkan darah untuk Pak Bayu! Kami sudah sampai di halaman parkir samping ini mas, Bagaimana ya?Kita harus kemana?.

" Eh iya pak! Maaf! Sudah di parkiran ya? Sebentar saya keluar dulu! Setelah itu kita langsung menuju ke PMI! Tunggu sebentar ya pak!.

" Baik mas! Kami tunggu!"

Tut..Tut..Tut..

Sambungan Telephone terputus. Dengan setengah berlari Anas menuju ruang pendaftaran untuk mengambil surat keterangan Transfusi darah.

" Maaf sus! Saya mau mengambil surat keterangan Transfusi darah nya Bapak Bayu!"

" Bapak Bayu ya pak! Ini pak suratnya! Sudah datang ya pak pendonornya? Jangan lupa langsung ke PMI ya pak supaya cepat di proses".

" Baik sus, Terima kasih!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIHINA KELUARGA SUAMI KARENA MISKIN   TRAUMA

    "Mas tolong, Jangan..!"Namun bagai predator yang sedang dikuasai api cemburu, Mas Anas terus melakukan aktifitasnya tanpa jeda sambil melepas satu persatu pakaiannya."Kenapa jangan? bukan kah mas ini suami kamu! yang berhak atas tubuh kamu? atau jangan -jangan kamu habis melakukannya dengan laki-laki itu! mana Nay! Buka bajumu sekarang, mas ingin lihat bekas tanda yang telah di buat oleh laki-laki itu!"Kini mas Anas sudah tidak memakai sehelai kain apapun dan juga sudah mulai melepaskan sabuk celananya."Mas,....! jangan seperti ini! Kamu sedang cemburu! tolong mas! kita bisa bicara baik-baik!" ucapku memohon."Kenapa? kamu takut mas mengetahui semua kebusukanmu? iya!" Dengan tatapan nyalang tajam mas Anas mengangkat tubuhku dan di lemparkannya di atas kasur, aku beringsut mundur namun naas mas Anas sudah menerkam tubuh ini bak binatang buas yang sangat kelaparan."Buka bajumu sekarang, atau mas sobek dengan paksa Nay?"Aku yang masih ketakutan tidak mendengarkan sama sekali, kemud

  • DIHINA KELUARGA SUAMI KARENA MISKIN   AROGAN

    Aku menyusuri ruang demi ruang yang ada di rumah sakit ini, terlihat sekilas Dio sedang sibuk kesana kemari dan akhirnya masuk kedalam ruang operasi. Terlihat sekali kekhawatiran di raut wajahnya,agaknya sedikit genting. Biarkan saja Nay!ikuti saran terbaik dari Dio! Ikuti semua keinginan suamimu sekarang, pernikahan mu baru beberapa hari, tidak lucu kan kalau sudah ribut-ribut begini. Aku bermonolog dan memberi semangat dalam hati.Tibalah aku di depan ruangan VVIP dimana mertua aku di rawat, terlihat mas Anas sedang duduk di depan kursi tunggu rumah sakit dengan mengepalkan tangan dan wajah mas Anas yang sangat kusut, kucel dan berantakan menurutku. Jauh berbeda dengan mimik wajah ibu mertuaku. Kamu tau wajah peran antagonis di sinetron ikatan cinta? Elsa. Nah seperti itulah kira-kira lirikannya, mimik wajahnya seolah akan menelan hidup-hidup orang yang ada di depannya . Duh aku menelan saliva sambil memegangi leher takut jika tiba-tiba ibu melihatku dan mencekik leher ini. Astaga!

  • DIHINA KELUARGA SUAMI KARENA MISKIN   POV ARDIO

    Dan nayla pun mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi beberapa bulan yang lalu.aku yang sudah mulai putus asa karena beberapa bulan ini hilang kontak atau Ldr kelamaan dengan mu, mulai berfikir jika dio yang sedang menempuh pendidikan spesialisnya itu tidak akan tetap setia, pasalnya menempuh pendidikan spesialis itu lama butuh kurang lebih 3 tahun, dan selama 3 tahun itu kami Ldr kembali. Memikirkan jika pasti dio sudah mempunyai pasangan penggantinya, maka aku yang sudah berusia 30 tahun mulai membuka hati untuk orang lain masuk. Mendapat kenalan dari teman waktu SMA,akhirnya kami pendekatan. Aku yang memang sudah tidak Pd karena banyak tetangga yang mengatakan aku ini perawan tua kebanyakan mimpi menunggu seorang calon dokter yang hilang kontak pun mulai berfikir. Salahku memang aku tidak pernah main kerumah mas anas, tidak tau watak dan respon keluarganya. Dalam waktu kurang lebih 1 tahun pendekatan yang memang mulus seperti jalan tol mas anas melamarku, jarak dari lamar

  • DIHINA KELUARGA SUAMI KARENA MISKIN   SARAN DIO

    Masih dalam diam aku sempat putus asa, apa yang harus aku lakukan sekarang. Apakah masih berani aku untuk mendekat lagi kepada mereka, apa yang akan ibu mertuaku itu lakukan terhadapku setelah mas anas menceritakan semua kesalahpahaman ini. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Dio langkah apa yang harus aku lakukan sekarang. Ya dio pasti akan memberikan saran terbaiknya untukku seperti selama 8 tahun kami menjalin hubungan. "Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang Dio?" tatapku dengan nanar air mata yang terus mengalir. Masih diam. Dio masih dalam mode diamnya, seperti biasa jika ada masalah Dio akan menjadi lebih diam dari biasanya. Dio akan berfikir lebih logis lagi, tidak akan mengambil tindakan tanpa berfikir apalagi main kekerasan. Dio memang tidak pernah berubah masih seperti Dio ku yang dahulu, aku tersadar dengan fikiranku sendiri. Duh apaan sih Nay, ingat nay kamu sudah punya suami. Buang jauh-jauh fikiran gila mu itu nay!Aku bermonolog dalam hati. "Dio..

  • DIHINA KELUARGA SUAMI KARENA MISKIN   POV NAYLA

    Dengan sedikit paksaan akhirnya Dio pun mau mengantarkan aku untuk kembali ke suamiku, biarlah aku pasrah dengan apapun yang akan terjadi kedepannya. Setibanya kami di Rumah sakit aku melihat mas Anas sedang serius membicarakan sesuatu, terlihat dari mimik wajah yang serius sekaligus tegang seperti sedang menahan amarah, begitu pun dengan ibu mertuaku. Dengan sedikit kekuatan dan dorongan dari Dio agar aku segera mendekat kearah mereka, aku pun dengan perlahan menuju kearah mereka."Apa...!"Kamu ini! dari dulu tidak pernah percaya dan tidak pernah mau mendengarkan apa perkataan ibuk! Bukan tanpa alasan ibuk tidak menyukai Nayla itu Nas! begini kan akhirnya, apa yang ibu duga selama ini akhirnya terjadi juga! ucap ibu dengan penuh amarah."Bu...! bentak mas anas. Tenang bu, ini rumah sakit! Malu."Apa! masih mau menyangkal apalagi kamu, hah! Dari awal pernikahan kalian itu ibu sebenarnya sudah tidak setuju, sudah tidak suka sama Nayla itu! Apa sebenarnya yang kamu banggain?sudah dari

  • DIHINA KELUARGA SUAMI KARENA MISKIN   PERTOLONGAN DIO

    Para pedagang di sekitaran taman pun datang untuk mengetahui ada apa sebenarnya. Riuh ramai kali ini, benar saja seperti apa yang aku fikirkan bahwa mas anas akan melakukan hal memalukan seperti ini, bahkan banyak di antara mereka yang melempari kami dengan bahan-bahan dagangan mereka. Malu, jelas malu, sakit jelas sakit, entah setan apa yang merasuki jiwa mas anas sehingga dia bisa melakukan hal tadi. Mas anas yang masih dalam mode diamnya itu terus mengepalkan kedua tangannya sehingga ujung kukunya memutih,terlihat sekali sedang menahan amarahnya. Aku yang sedang duduk di hadapannya bergidik ngeri takut dia akan melakukan hal-hal di luar nalar, dengan cepat aku langsung meminta maaf kepada para pedangang itu dan segera memberi uang pengganti kerugiannya."Maaf pak, maaf bu! Maafkan atas kekacaun yang terjadi, kami memang sedang ada sedikit kesalahpahaman. Ucapku sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada tanda permintaan maaf. Mas anas melirik menatapku dengan tajam tanda tidak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status