Aku menyusuri ruang demi ruang yang ada di rumah sakit ini, terlihat sekilas Dio sedang sibuk kesana kemari dan akhirnya masuk kedalam ruang operasi. Terlihat sekali kekhawatiran di raut wajahnya,agaknya sedikit genting. Biarkan saja Nay!ikuti saran terbaik dari Dio! Ikuti semua keinginan suamimu sekarang, pernikahan mu baru beberapa hari, tidak lucu kan kalau sudah ribut-ribut begini. Aku bermonolog dan memberi semangat dalam hati.Tibalah aku di depan ruangan VVIP dimana mertua aku di rawat, terlihat mas Anas sedang duduk di depan kursi tunggu rumah sakit dengan mengepalkan tangan dan wajah mas Anas yang sangat kusut, kucel dan berantakan menurutku. Jauh berbeda dengan mimik wajah ibu mertuaku. Kamu tau wajah peran antagonis di sinetron ikatan cinta? Elsa. Nah seperti itulah kira-kira lirikannya, mimik wajahnya seolah akan menelan hidup-hidup orang yang ada di depannya . Duh aku menelan saliva sambil memegangi leher takut jika tiba-tiba ibu melihatku dan mencekik leher ini. Astaga!
"Mas tolong, Jangan..!"Namun bagai predator yang sedang dikuasai api cemburu, Mas Anas terus melakukan aktifitasnya tanpa jeda sambil melepas satu persatu pakaiannya."Kenapa jangan? bukan kah mas ini suami kamu! yang berhak atas tubuh kamu? atau jangan -jangan kamu habis melakukannya dengan laki-laki itu! mana Nay! Buka bajumu sekarang, mas ingin lihat bekas tanda yang telah di buat oleh laki-laki itu!"Kini mas Anas sudah tidak memakai sehelai kain apapun dan juga sudah mulai melepaskan sabuk celananya."Mas,....! jangan seperti ini! Kamu sedang cemburu! tolong mas! kita bisa bicara baik-baik!" ucapku memohon."Kenapa? kamu takut mas mengetahui semua kebusukanmu? iya!" Dengan tatapan nyalang tajam mas Anas mengangkat tubuhku dan di lemparkannya di atas kasur, aku beringsut mundur namun naas mas Anas sudah menerkam tubuh ini bak binatang buas yang sangat kelaparan."Buka bajumu sekarang, atau mas sobek dengan paksa Nay?"Aku yang masih ketakutan tidak mendengarkan sama sekali, kemud
'' Kenapa cabainya kamu bersihkan semua, Nay! Ibu itu tidak seperti itu, dimarah ibu baru tau rasa kamu!'' ucap Rasya, Kakak Iparku sambil melemparkan cabai itu kelantai''. Lagi- lagi dia marah padaku hanya karena hal sepele setelah ditinggal mas Anas suamiku karena mertua masuk rumah sakit setelah acara resepsi pernikahan kami yang baru berusia beberapa hari. '' Kenapa marah segala sih, mbak? kan bisa bicara baik-baik.''Jawabku sambil menyeka air mata yang tanpa terasa mengalir, lalu ku tinggalkan begitu saja cabai yang berserakan tadi. '' Kamu itu baru disini! Jadi, jangan sok-sok an beresin rumah dan segala macam! Ini rumahku! bukan rumahmu! '' Tapi mbak, Saya itu di sini ikut suami, dan mbak kan sudah punya rumah sendiri! Kenapa mbak tidak beresin saja rumah mbak sendiri, rumah ini biar jadi urusanku!'' Rasya, adalah kakak iparku, kakak perempuan suamiku. Sebenarnya dia sudah punya rumah sendiri, tidak jauh dari tempat tinggal mertuaku yang aku tinggali sekarang. Tapi, Seperti
Belum sempat masuk aku masuk ruangan sudah mendapat sambutan tidak enak dari ibu mertua. Dengan sedikit kecewa akupun masuk dan mengetuk pintu. Sudah kutanamkan dalam hati bahwa tidak akan menginap disini, biarlah aku pulang saja dan mas anas tetap disini.Tok-tok.."Assalamualaikum" , ucapku perlahan takut mengganggu pasien lainnya." Waalaikumsalam", ucap ayah yang kebetulan baru bangun tidur. "Loh nay,? sudah sampai sini? sama siapa? sini sini masuk, antusias ayah melihatku datang." Ayah apa kabar,? Bagaimana kakinya, masih sakit? ucapku mendekat ke ayah dengan cepat mengambil tangan ayah dan segera mencium tangannya dengan takjim. Boleh Nay lihat yah,? Kok seperti ada bau bau ya yah",? Ucapku menggoda ayah sambil menutup hidung sedikit." Iya Nay, luka kaki ayah membusuk,! Lihat saja jempol dan jari jarinya menghitam. Ini sih sudah jauh lebih baik Nay barusan di bersihkan sama perawatnya"." Pantesan yah,! Tapi itu apa yah,? ada cairan yang merembes di kain kasanya, seperti nanah
Pukul delapan malam kami tiba di penginapan. Mas Anas segere ke loket pendaftaran untuk menyewa sebuah kamar, setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit akhirnya office datang dan mengajak kami untuk melihat kamar.Setelah pintu kamar di buka, aku tercengang melihat isi kamarnya. Ya dengan menyewa sekitar delapan puluh ribu sehari kami sudah mendapat kamar yang cukup layak untuk kami istirahat malam ini. Kamar dengan fasilitas cukup lengkap berukuran dua kali tiga cat berwarna hijau ini dengan satu tempat tidur lengkap dengan perlengkapannya satu televisi, lemari dan satu kamar mandi. Aku bersyukur setidaknya tidak pulang malam- malam begini.Setelah kami membersihkan diri dan berganti pakaian ku rebahkan tubuh ini diatas kasur.Masih terdiam diri membayangkan apa yang barusan terjadi mengingat - ingat reaksi dan sikap dari ibu mertuaku. " Kamu kenapa Nay,? Masih memikirkan ucapan ibu tadi?" Tanya mas Anas yang curiga melihatku yang melamun terus."Tidak mas,! Aku cuma tidak habis f
Nafasnya masih memburu terlihat dari dadanya yang naik turun menahan emosi.Perlahan ku dekati dan ku peluk mas Anas, Air mata yang semula kutahan kini tak bisa di bendung lagi. Kamipun berpelukan melepas sesak didada."Mas,! Bagaimana nasib ku kedepan,! Bagaimana nasibku jika harus menjadi satu dengan orang tuamu sedangkan mereka tidak suka denganku,?Tanyaku kemudian." Jangan fikirkan itu dulu ya sayang,! kita fikirkan setelah Ayah pulang,! Sekarang kita fikirkan dimana kita mencari pendonor darah untuk Ayah dengan golongan darah A, sedangkan di PMI setok kosong,! Kamu harus tenang, jangan banyak fikiran mas akan selalu mendampingimu,!"." Baiklah,! Sekarang mas siap-siap dan segera kembali kesana.Jangan biarkan ibu semakin marah padaku karena mas terlalu lama disini,! Berikan kunci kamar dan segeralah meluncur,! Tunaikan baktimu sebagai anak mas,!" Ucapku memberi semangat." Terus kamu bagaimana,! tidak,! Kamu harus ikut dengan mas,! Jika ibu menolak kamu bisa menunggu di luar,!""
Setengah berlari Anas menuju keparkiran dengan membawa surat keterangan, tidak enak jika para bapak-bapak menunggunya terlalu lama. '' Assalamualaikum pak, maaf lama ya?ini saya langsug membawa suratnya supaya kita bisa langsung menuju ke PMI pak. '' Waalaikumsalam mas, ah tidak kami telpon tadi juga baru sampai! ya sudah ayo kita segera ke PMI untuk donor, takut antri dan kesorean juga nanti. Mereka pun dengan segera menuju ke kantor PMI untuk melakukan donor darah, tanpa antri terlebih dahulu karena sudah mendapat telepon terlebih dahulu dari rumah sakit mereka langsung di persilahkan untuk masuk kedalam. '' Bu ini kami dari rumah sakit Chindekia akan donor darah untuk bapak bayu dan ini suratnya. '' Bapak bayu ya pak? iya ini kami barusan mendapat telepon dari rumah sakit bahwa akan ada pendonor untuk bapak bayu,! segera mungkin kami diminta untuk melayani terlebih dahulu karena ini genting. Baik Bapak-bapak silahkan masuk ruangan akan kami cek terlebih dahulu kecocokan dan te
Dari seberang sana terlihat bapak-bapak sedang berbisik-bisik sambil sesekali melirik ke arah kami berdua. aku tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan, mudah-mudahkan tidak sedang membicarakan kami. " Loh loh loh! Istrinya ikut kesini toh mas? Kenapa di ajak? Masnya kan lagi repot! Kalau ngajak istri entar makin repot mas! Sudah mbaknya itu pulang saja! Masnya biar disini ngurus orang tuanya! Ujar pak Edo.Deg. kenapa orang-orang disini suka sekali bicara tanpa menyaring terlebih dahulu kata-katanya, suka sekali seperti ini! oke, Cukup sudah! Niat hati ingin perhatian, sayang, khawatir dengan keadaan orang tua suamiku kini hilang entah kemana rasa itu. Lemah rasa tak bertulang kaki, hati yang ku pertahankan sejak datang kemari kini remuk hanya dengan satu dua orang yang menyalahkanku akan kehadiranku. Air mata yang ku pertahankan agar tak jatuh kembali kini sudah mengalir dengan derasnya. Ya Allah apa salahku! ucapku dalam hati." Hussst! Jangan bicara seperti itu pak Edo! Jaga