Share

IBU SEMAKIN MARAH

Pukul delapan malam kami tiba di penginapan. Mas Anas segere ke loket pendaftaran untuk menyewa sebuah kamar, setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit akhirnya office datang dan mengajak kami untuk melihat kamar.

Setelah pintu kamar di buka, aku tercengang melihat isi kamarnya. Ya dengan menyewa sekitar delapan puluh ribu sehari kami sudah mendapat kamar yang cukup layak untuk kami istirahat malam ini. Kamar dengan fasilitas cukup lengkap berukuran dua kali tiga cat berwarna hijau ini dengan satu tempat tidur lengkap dengan perlengkapannya satu televisi, lemari dan satu kamar mandi. Aku bersyukur setidaknya tidak pulang malam- malam begini.

Setelah kami membersihkan diri dan berganti pakaian ku rebahkan tubuh ini diatas kasur.

Masih terdiam diri membayangkan apa yang barusan terjadi mengingat - ingat reaksi dan sikap dari ibu mertuaku.

" Kamu kenapa Nay,? Masih memikirkan ucapan ibu tadi?" Tanya mas Anas yang curiga melihatku yang melamun terus.

"Tidak mas,! Aku cuma tidak habis fikir dengan sikap ibu tadi,! Kenapa ibu bisa bersikap seperti itu,! Padahal aku hanya ingin menunjukan sikap bakti dan sayangku mas,! Aku ini khawatir mas,! Khawatir dengan keadaan Ayah,! Kamu ngerti kan mas,!".

"Sudahlah sayang,! Jangan di fikirkan,! Sifat ibu memang seperti itu,mas juga kurang mengerti dengan sikap dan maunya apa. 

" Tapi mas,!Aku ini.....!" Belum sempat melanjutkan pembicaraan, tangan mas Anas sudah memintaku untuk diam dan jangan di teruskan dia tidak mau aku terus memikirkannya dan berlarut-larut sedih.

" Sudah, sudah,! Jangankan kamu yang baru,! Mas Beno suami kak Rasya pun sama mendapatkan sikap dan reaksi yang sama seperti ini,! Dan mungkin karena itulah kenapa sikap mas Beno berubah,! Mas juga tidak mengerti Nay,! Maafkan sikap ibu tadi ya Nay. 

" Ngomong-ngomong mas Kangen tau,! Harusnya kita kan lagi kenceng-kencengnya,! Mumpung tidak ada yang mengganggu,!" Hehehe ucap mas Anas merayu.

Benar apakata mas Anas, Kami memang belum sempat melakukannya. Aku hanya bisa tersenyum mendengar perkataannya. Lalu kami berdua larut dalam melepas rindu dan kewajiban yang sempat tertunda.

***

ting,ting,ting,....

Alarm hp pun berbunyi, kubuka slimut dan kuraih gawai itu di atas meja, ku pencet tombol berhenti dan melihat jam sudah menunjukan pukul setengah lima pagi.

Mas Anas masih tertidur dengan pulasnya, mungkin kecapean karena jika dirumah sakit pasti jarang tidur. Dengan perlahan dan hati-hati kubangunkan mas Anas.

"Mas,! Mas,!Mas bangun,!Ayo mandi habis itu sholat subuh berjamaah,!"Bisikku di telinganya, Mas Anas hanya berdehem dan menggeliat pindah posisi tidurnya. Kutarik hidungnya yang mancung, ya hidung mas Anas memang mancung tidak seperti aku yang pesek ini. Aku berharap dengan hidungnya yang mancung bisa memperbaiki calon keturunan kami kelak. ya ampun sudah mengahayal terlalu jauh saja aku ini. 

" Mas ayoo bangun,!" Kubuka selimutnya dan kutarik kakinya seketika mas Anas kedinginan dan langsung membuka mata.

" Kamu ini Nay,! Tidak bisa apa lembut sedikit,! Dibelai-belai gitu,! Ini malah di tarik-tarik begini,!" Sungut mas Anas.

"Hehehe maaf mas,! Habis sudah pakai jurus lemah lembut masih tidak manjur ya terpaksa pakai jurus terakhir ular melilit,!" Ucapku cengengesan.

" Ayoo mandi terus sholat subuh nanti di cari ibu,! Katanya kemarin harus mencari donor darah karena HB Ayah rendah,?".

" Astaghfirullah mas lupa Nay,!". Mas Anas langsung melompat dari kasur dan berlari menuju kamar mandi.

"Nay, ayo kita mandi bersama,!" Teriak mas Anas dan akupun tersenyum kemudian menyusulnya ke kamar mandi.

****

Setelah menunaikan sholat subuh.

Tiba-tiba

Kring-kring-kring

Handpone mas Anas berbunyi, segera ia ambil gawai itu terlihat nama ibu memanggil segera ia tekan tombol hijau yang ada di layar dan terdengar suara ibu dari seberang sana.

"Anas kemana saja kamu,! Ibu cari di depan tapi tidak ada,!Tidak pulang kamu,!" Ucap ibu sambil marah-marah.

" Kenapa sih bu,! Tidak pernah telfon sekali telfon marah-marah,! Masih pagi ini,!" Balas mas Anas dengan nada malasnya.

"Jangan hanya karena perempuan itu kamu jadi mengabaikan kami nas,! Meninggalkan ibu seorang diri untuk menjaga ayah mu,! Mana Nayla, Mau ibu maki-maki dia, sudah di minta untuk pulang segera malah mengajak kamu untuk menginap di tempat lain dan berani -beraninya merubah sikap anak ibu untuk tidak nurut lagi apa kata ibu,!".

" Bu,! Nay itu istri Anas sekarang dan ibu harus sadar itu,!Anas sudah dewasa bu, sudah menikah dan Nay itu menjadi tanggung jawab Anas sepenuhnya,! Ibu tidak bisa mengusir Nay begitu saja dan meminta Nay untuk pulang malam-malam,! Dimana hati nurani ibu,!" Ucap mas Anas penuh emosi.

Dari belakang punggung mas Anas kucoba menangkan walaupun hati terasa perih dan sakit, aku coba menahan agar air mata ini tidak jatuh di depan mas Anas.

" Sudah mas,!Cukup,! Jangan lawan ibumu hanya karena aku,! Ai'm fine mas,!"

" Oke, sudah cukup bu,! Anas akan segera meluncur ke Rumah Sakit sekarang,!"

" Ya bagus,! Cukup sadar tenyata kamu untuk tidak melawan ibu,! Ayahmu butuh segera transfusi darah, dan kamu bukannya segera mencarikan malah asyik-asyikan dengan perempuan itu,!"

"Cepat kembali kesini dan biarkan perempuan itu disana,! Ibu tidak mau melihatnya datang kembali kesini,!

" Baik,! Baik jika itu mau ibu,! Tapi perlu ibu ingat,Anas akan tetap membawa Nay kesana,! Jika Nay tidak boleh masuk maka Anas pun tidak akan masuk,!". Ucap mas Anas kemudian menutup telfon sebelah pihak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status