Home / Romansa / DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN / BAB. 3 Tinggal Ada Kiran dan Josie

Share

BAB. 3 Tinggal Ada Kiran dan Josie

last update Last Updated: 2025-04-09 15:29:28

Setelah menyelesaikan konsultasi skripsi dengan dosen pembimbing mereka, Josie dan Kiran berjalan beriringan di sepanjang koridor kampus, menuju kafetaria. Matahari Kota Jakarta yang terik tampak menyorot dari celah-celah pepohonan rindang, membuat bayangan bergerak mengikuti langkah mereka.

Josie menghela napas lega, "Akhirnya, bimbingan skripsi selesai juga hari ini. Rasanya seperti beban berat terangkat."

Kiran mengangguk setuju sambil merapikan rambutnya yang tertiup angin.

"Iya, setidaknya kita sudah dapat panduan untuk revisi selanjutnya. Gimana kalau kita temui Eva di kafetaria dulu? Siapa tahu dia masih di sana."

Josie mengeluarkan ponselnya dan memeriksa pesan yang baru saja masuk. Wajahnya seketika berubah saat membaca pesan itu.

"Tunggu sebentar, Kiran. Eva bilang dia lagi sama Kak Jacob di suatu tempat. Katanya mau menghabiskan waktu sama Jacob yang super sibuk."

Kiran tersenyum kecil,

"Ah, Kal Jacob lagi. Mereka memang nggak bisa dipisahkan ya. Ya sudah, berarti kita berdua aja yang jalan-jalan."

Josie mengangguk, memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. "Setuju. Daripada kita balik ke rumah, nggak seru banget jadinya. Oh ya, bagaimana kalau kita ke Mall Senayan City? Katanya di sana lagi ada diskon besar-besaran."

Mata Kiran berbinar,

"Wah, boleh banget tuh! Sudah lama juga aku nggak belanja. Yuk, langsung berangkat saja."

Tanpa banyak basa-basi, mereka menuju tempat parkir kampus. Kiran mengeluarkan kunci mobilnya dan menekan tombol pembuka. Suara klik terdengar saat pintu mobil terbuka. Keduanya pun masuk ke dalam mobil, Kiran di kursi pengemudi dan Josie di sebelahnya.

"Jalanan lagi lengang nih, semoga kita cepat sampai," ucap Kiran sembari menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas.

Josie mengangguk sambil mengenakan sabuk pengaman. "Iya, Jakarta lagi nggak macet. Ajaib juga, biasanya jam segini ramai."

“Sungguh keajaiban yang sangat langka!” celetuk Kiran.

“Ha-ha-ha!” Tawa keduanya seketika membahana.

Mobil Kiran pun mulai melaju dengan mulus melalui jalan-jalan utama Jakarta yang, secara mengejutkan, terlihat lebih sepi dari biasanya. Gedung-gedung tinggi menjulang di kiri dan kanan jalan, sementara langit siang yang cerah memberikan kesan tenang di tengah kota yang biasanya sibuk. Dalam waktu singkat, mereka sudah tiba di Mall Senayan City.

"Wow, cepat juga kita sampai," ujar Josie saat mereka turun dari mobil.

Kiran mengangguk setuju sambil mengunci mobil.

"Iya, untung jalanan lancar. Yuk, kita lihat-lihat ada diskon apa aja."

Mereka pun berjalan memasuki mall yang megah itu. Suara langkah kaki keduanya terdengar bergema di lantai marmer yang mengkilap. Mall Senayan City, seperti biasa, dipenuhi oleh pengunjung yang sibuk mencari barang-barang diskon. Josie dan Kiran segera merasakan atmosfer kesibukan ini.

Josie melihat beberapa toko pakaian memajang tanda "SALE" besar-besaran di depan beberapa toko pakaian bermerek.

"Lihat, Kiran! Diskonnya sampai 70%! Kayaknya kita harus masuk sini dulu deh."

Kiran tertawa kecil. "

Okay, ayo! Tapi jangan kalap ya, budget kita terbatas."

Mereka pun masuk ke dalam toko dan mulai melihat-lihat pakaian yang sedang diskon. Josie memegang sebuah gaun berwarna merah muda yang cantik.

"Ini lucu banget, Kiran. Bagaimana menurut kamu?"

Kiran melirik gaun itu sejenak. "Hmm, warnanya cocok buat kamu. Coba aja dulu."

Josie pun masuk ke ruang ganti dan mencoba gaun tersebut. Beberapa menit kemudian, dia keluar dengan wajah penuh senyum.

"Bagaimana? Bagus nggak?"

Kiran mengangguk sambil tersenyum.

"Bagus banget! Kamu kelihatan cantik, Josie."

Josie tersipu dan kembali ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Sementara itu, Kiran melihat-lihat beberapa kemeja pria yang juga sedang diskon.

Beberapa saat kemudian, Josie keluar dengan pakaian awalnya dan memegang gaun itu. "Kayaknya aku ambil deh. Lumayan, lagi diskon."

Kiran mengangguk setuju. "Ambil aja, mumpung lagi ada diskon. Aku juga mau coba beberapa kemeja ini."

Mereka menghabiskan waktu di toko itu selama hampir satu jam, memilih dan mencoba berbagai pakaian. Setelah merasa puas, keduanya pun menuju kasir untuk membayar.

Josie melihat kerumunan di luar toko dan bertanya,

"Ada apa ya di sana? Kok ramai banget?"

Kiran mengintip ke luar toko, "Sepertinya ada pertunjukan musik deh di atrium. Mau lihat?"

Josie mengangguk antusias. "Ayo! Lumayan kan, bisa santai sejenak sambil nonton pertunjukan."

Mereka berdua lalu berjalan menuju atrium mall, di mana sebuah panggung besar telah didirikan. Beberapa musisi lokal sedang tampil, menghibur pengunjung mall dengan lagu-lagu akustik. Suasana di atrium sangat meriah, dengan lampu-lampu berkilauan dan suara musik yang menggema.

"Bagus banget ya penampilannya," ujar Josie sambil menikmati musik.

Kiran setuju,

"Iya, mereka berbakat banget. Senang juga bisa nonton gratis kayak gini."

Setelah beberapa lagu, Josie dan Kiran memutuskan untuk mencari tempat duduk di sekitar atrium untuk beristirahat sejenak. Mereka memilih duduk di sebuah kafe yang menghadap langsung ke panggung.

"Ngopi dulu yuk, Kir. Aku traktir kali ini," tawar Josie sambil membuka menu kafe.

Kiran tersenyum.

"Wah, boleh juga. Aku pesan cappuccino aja deh."

Josie memanggil pelayan dan memesan dua minuman. Tak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan mereka. Sambil menyeruput kopi, Josie dan Kiran berbincang tentang rencana mereka ke depan.

"Kamu sudah punya rencana buat skripsi kita yang berikutnya?" tanya Kiran, mencoba memulai percakapan serius di tengah suasana santai itu.

Josie mengangguk,

"Aku mau fokus ke bagian analisis data sih. Kita kan sudah dapat banyak masukan tadi dari dosen. Kamu sendiri?"

Kiran berpikir sejenak sebelum menjawab,

"Aku mungkin lebih fokus ke literatur review dulu. Mau tambah referensi yang lebih relevan biar argumen kita lebih kuat."

Mereka melanjutkan obrolan ringan, dari topik skripsi hingga rencana akhir pekan, sambil menikmati kopi dan suasana mall yang sibuk namun menyenangkan. Setelah merasa cukup beristirahat, Josie dan Kiran memutuskan untuk melanjutkan eksplorasi mereka di mall.

"Ke mana lagi nih?" tanya Josie sambil berdiri.

Kiran melihat ke arah papan informasi mall,

"Kita belum ke bagian elektronik. Katanya ada gadget baru yang lagi diskon juga. Mau lihat?"

Josie setuju,

"Ayo, siapa tahu ada yang menarik."

Mereka pun berjalan menuju lantai elektronik, melewati berbagai toko yang menampilkan barang-barang elektronik terkini. Di sebuah toko gadget, mereka berhenti dan melihat-lihat beberapa smartphone dan aksesori yang sedang diskon.

Kiran mengambil sebuah earphone dan berkata,

"Aku lagi butuh earphone baru nih. Yang ini diskon 50%. Lumayan juga."

Josie melihat-lihat dan menemukan sebuah power bank yang menarik perhatiannya.

"Power bank ini juga lagi diskon besar. Aku ambil ini deh."

Setelah puas berbelanja di bagian elektronik, mereka memutuskan untuk mengakhiri perjalanan mereka di mall dengan makan siang di food court.

"Aku sdah laper banget, nih!" ucap Josie sambil mengusap perutnya.

Kiran tertawa,

"He-he-he. Iya, kita sibuk keliling-keliling dari tadi. Yuk, makan dulu."

Kedua gadis cantik itu pun memilih sebuah gerai makanan yang menawarkan masakan Indonesia dan memesan beberapa hidangan. Setelah makanan mereka tiba, keduanya mulai makan sambil terus mengobrol tentang berbagai hal.

"Aku senang kita bisa jalan-jalan hari ini, meskipun Eva dan Leticia nggak bisa ikut," ujar Josie sambil tersenyum.

Kiran mengangguk setuju,

"Iya, kita tetap bisa bersenang-senang. Lagipula, mungkin Eva lagi butuh waktu sama Jacob dan Kak Isaac bersama Leticia."

Josie tertawa kecil.

"He-he-he. Benar juga. Semoga mereka juga sedang bersenang-senang sekarang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 100 Akhir Bahagia

    Beberapa tahun kemudian,Mentari pagi menyinari pantai putih di resort mewah kawasan Nusa Dua, Bali. Suara debur ombak dan angin sepoi-sepoi menyambut hari yang istimewa. Di sebuah vila privat dengan kolam renang menghadap laut, tampak para sahabat lama yang kini sukses berkumpul bersama keluarga mereka dalam sebuah acara reuni keluarga yang telah lama direncanakan.Isaac dan Leticia, pasangan enerjik yang kini memiliki perusahaan ritel berkelas internasional, datang bersama dua anak mereka, Shem, remaja lelaki berusia 12 tahun yang cerdas dan atletis, serta Latisha, gadis berusia 10 tahun yang pandai melukis dan bercita-cita jadi arsitek.Fritz dan Kiran, pasangan bijak nan hangat, hadir dengan dua anak mereka yaitu Daren yang berusia 12 tahun, yang hobi teknologi dan sudah menciptakan aplikasi pertamanya, dan Nava, 10 tahun, yang gemar musik dan selalu membawa ukulelenya ke mana pun.Jacob dan Evanora, pasangan romantis yang dulu berbulan madu keliling Korea Selatan, kini datang ber

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 99 Bulan Madu Yang Sungguh Berkesan

    Mereka lalu membeli tiket dan menaiki Wolmido Ferris Wheel. Dari atas, terlihat laut biru yang luas, kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan, serta kerlip lampu-lampu kota yang mulai menyala.“Pemandangan dari sini luar biasa,” seru Eva dengan suara pelan.Jacob memandang wajah istrinya yang terkena cahaya senja. “Tapi tetap tidak seindah kamu, Sayangku.”Eva tertawa sambil memukul pelan lengan Jacob. “Ha-ha-ha. Gombal. Tapi aku suka.”Setelah turun, mereka berjalan menyusuri Wolmido Street, jalanan pantai yang dipenuhi toko souvenir, warung makanan laut, dan pertunjukan jalanan. Seorang musisi tua memainkan saksofon, sementara anak-anak berlari mengejar gelembung sabun.Eva dan Jacob duduk di bangku pinggir pantai sambil menikmati odeng panas dan tteokbokki pedas yang baru saja dibeli dari warung kecil.“Tempat ini, rasanya seperti cerita musim panas dalam drama Korea,” gumam Eva sambil memandang laut.Jacob menatap laut juga. “Mungkin karena kita sedang menulis cerita kita sendiri

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 98 Perjalanan Bulan Madu Yang Semakin Seru

    Setelah menikmati hiruk-pikuk Seoul dan damainya Pulau Jeju, Jacob dan Evanora melanjutkan perjalanan bulan madu mereka ke Gyeongju, kota yang dikenal sebagai Museum Tanpa Dinding. Kota ini kaya akan sejarah dan budaya, bekas ibu kota Kerajaan Silla yang berjaya selama hampir seribu tahun. Keduanya tiba di pagi hari, udara musim semi terasa sejuk dengan langit cerah tanpa awan.Mobil sewaan mereka berhenti di depan Bulguksa Temple, kuil Buddha megah yang merupakan warisan dunia UNESCO.“Wow … tempat ini luar biasa keren,” gumam Evanora sambil menatap tangga batu yang mengarah ke pintu gerbang utama kuil. “Arsitekturnya benar-benar anggun dan damai.”Jacob menggenggam tangan istrinya. “Aku suka ekspresimu setiap kali lihat tempat bersejarah, Sayang. Matamu selalu bersinar.”“Ayo kita eksplor tempat ini,” ucap Evanora tak sabar.Mereka lalu menaiki tangga perlahan, menikmati keheningan dan kesakralan tempat itu. Aroma kayu tua dan dupa menenangkan jiwa. Patung-patung Buddha berdiri t

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 97 Eksplor Busan dan Jeju

    Destinasi wisata bulan madu Jacob dan Evanora berikutnya yaitu ke Busan dan Jeju.Pagi itu, udara Busan terasa segar dengan semilir angin laut yang menyapu lembut wajah Jacob dan Evanora. Mereka baru saja tiba di kota ini setelah perjalanan singkat dari Seoul. Dengan penuh semangat, keduanya langsung menuju destinasi pertama yaitu ke Haeundae Beach.Saat tiba di pantai, mata Evanora berbinar melihat pasir putih yang lembut membentang luas. Deburan ombak berirama, sementara para wisatawan menikmati suasana dengan bermain air, berjemur, atau sekadar berjalan di tepi pantai."Jacob, lihat itu! Pasirnya benar-benar putih dan lembut!" seru Evanora sambil melepas sandalnya dan berjalan di atas pasir.Jacob tersenyum, ikut melepas sandalnya. "Iya, ini jauh lebih indah daripada yang aku bayangkan. Udara lautnya juga menyegarkan."Mereka lalu berjalan menyusuri pantai, menikmati pemandangan dan sesekali berhenti untuk mengambil foto. Di kejauhan, terlihat beberapa orang bermain voli pantai."

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 96 Jalan-jalan Keliling Seoul

    Pagi pertama bulan madu Jacob dan Evanora di Korea Selatan dimulai dengan suasana yang romantis di kamar mandi hotel mewah tempat mereka menginap. Cahaya matahari pagi yang menerobos masuk melalui tirai jendela menambah kehangatan di antara mereka.Jacob sudah lebih dulu mengisi bathtub dengan air hangat yang beraroma bunga-bunga indah. Evanora yang masih mengenakan jubah mandi tersenyum melihat suaminya yang tengah menunggu di dalam bathtub."Ayo masuk, Sayang," Jacob menepuk permukaan air, mengundang Evanora untuk bergabung.Evanora tersipu, tapi tanpa ragu dia pun melangkah masuk. Air hangat langsung menyelimuti tubuhnya, memberikan sensasi relaksasi yang luar biasa. Jacob merangkulnya dari belakang, mengecup lembut bahunya."Hari pertama bulan madu kita. Aku ingin kita menikmati setiap momen bersama," bisik Jacob.Evanora tersenyum, membalikkan tubuhnya sedikit agar bisa menatap wajah suaminya. "Aku juga, Sayang. Aku sungguh tidak sabar menjelajahi Seoul bersamamu."Keduanya meng

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 95 Malam Hangat Penuh Cinta

    Kamar hotel suite tempat Jacob dan Evanora menginap di Seoul tampak hangat dengan pencahayaan temaram. Jendela besar di sisi kamar memperlihatkan pemandangan kota yang gemerlap, sementara tirai tipis yang tertiup angin menambah suasana romantis malam itu. Tempat tidur king-size dengan seprai putih bersih terasa begitu nyaman di bawah tubuh mereka berdua.Jacob berbaring di samping Evanora, menatap wajah istrinya yang tampak cantik meski tanpa riasan. Evanora juga menoleh ke arah suaminya, tersenyum lembut. Mereka baru saja selesai menikmati makan malam di kamar, dan kini mereka akhirnya beristirahat di kamar setelah menempuh perjalanan yang panjang dari Jakarta ke Seoul.“Rasanya masih seperti mimpi,” ujar Evanora pelan, jemarinya menggenggam tangan sang suami erat-erat.Jacob tersenyum. “Aku juga merasa begitu. Aku masih ingat pertama kali bertemu denganmu. Aku tidak pernah menyangka kalau kita akan sejauh ini.”Evanora tertawa pelan. “He-he-he. Dulu kamu terlihat begitu serius da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status