Home / Romansa / DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN / BAB. 4 Melawan Kemacetan Demi Bertemu Gadis Impian

Share

BAB. 4 Melawan Kemacetan Demi Bertemu Gadis Impian

last update Last Updated: 2025-04-09 15:30:07

Di sebuah gedung perkantoran megah dengan dinding kaca yang menjulang tinggi, suasana siang itu tampak sibuk seperti biasa. Para karyawan berlalu-lalang dengan berkas-berkas di tangan mereka, dan beberapa tampak sedang berdiskusi serius di sudut-sudut ruangan.

Sedangkan di lantai paling atas, di dalam sebuah kantor besar yang didominasi oleh perabotan modern dan minimalis, Fritz Eliot Hez, seorang CEO muda yang sangat tampan, tampak berjalan mondar-mandir dengan wajah cemas.

Fritz baru saja menerima pesan penting dari asistennya, Arga. Kiran, gadis yang telah mencuri hatinya sejak lama, sedang berada di sebuah kafe di mall Senayan City. Fritz berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil telepon genggamnya dan mulai menghubungi sahabatnya, Harvey.

Fritz :

“Harvey, kamu di mana sekarang?”

tanya Fritz dengan nada terburu-buru.

Harvey :

“Aku lagi di kantor. Ada apa, Fritz?”

jawab Harvey dari ujung telepon dengan nada penasaran.

Fritz :

“Kamu mungkin nggak akan percaya apa yang akan ku katakan.”

Harvey :

“Ada apa, Bro? Cepat katakan, jangan bikin aku menjadi semakin penasaran,”

tukasnya kepada sang sahabat.

Fritz :

“Aku baru mendapatkan informasi dari Asisten Arga, jika Josie, sekarang lagi di Mall Senayan City, bareng Kiran!” Fritz menjelaskan cepat.

Harvey :

“Apa? Josie ada di sana?” Kita harus ke sana sekarang juga, Bro!”

seru Harvey, terdengar antusias

Fritz :

“Aku sudah siap berangkat. Kamu juga sebaiknya cepat!” serunya sebelum menutup telepon.

Tanpa berpikir panjang, Fritz segera keluar dari kantornya, meninggalkan beberapa staf yang hendak menyampaikan laporan. Dia menganggukkan kepala singkat pada Arga, sang asisten yang baru saja tiba di kantor, yang berdiri di dekat pintu dengan raut wajah mendukung penuh rencana sang atasan saat ini.

“Arga, tolong urus semua yang ada di sini sementara aku pergi,” serunya lantang.

“Siap, Bos Fritz! Semoga berhasil,” jawab Arga dengan senyum kecil, paham betul situasi yang dihadapi bos mudanya ini.

Fritz lalu bergegas menuju lift, menekan tombol lantai dasar dengan perasaan berdebar. Begitu pintu lift terbuka, dia langsung menuju tempat parkir.

Di saat yang hampir bersamaan, di gedung perkantoran lain yang tak kalah megahnya, Harvey juga sedang bersiap meninggalkan kantornya. Dia meletakkan kunci laptopnya di atas meja, bergegas mengambil jasnya, dan memanggil asistennya.

“Anton, tolong handle meeting yang ada setelah jam makan siang. Aku ada urusan mendadak,” ujarnya sambil berjalan cepat.

“Baik, Bos Harvey. Akan saya atur semuanya,” jawab Anton sambil mencatat di tablet yang dibawanya.

Harvey kemudian menuju tempat parkir, mempercepat langkahnya seolah-olah setiap detik begitu berharga. Ketika dia masuk ke dalam mobil sport hitamnya yang mengilap, pria itu segera menyalakan mesin dan menginjak pedal gas.

Di dua tempat berbeda, Fritz dan Harvey sama-sama mulai melajukan mobil mereka menuju Mall Senayan City. Fritz, dengan ekspresi serius di wajahnya, melihat jalanan di depannya yang mulai padat. Dia mengerutkan kening.

"Sial! Jalanan malah macet ," gumamnya pada diri sendiri.

Sementara itu, Harvey yang sudah di tengah perjalanan juga mulai merasakan hal yang sama.

“Kenapa tiba-tiba macet parah begini?” keluhnya sambil menepuk setir mobil dengan kesal. Dia melihat ke depan, deretan mobil yang hampir tak bergerak mengular panjang.

Fritz melihat jam tangannya, kemudian meraih teleponnya lagi dan menghubungi Harvey.

Fritz :

“Harvey, jalanan di sini macet banget. Kalau kamu bagaimana?”

Harvey :

“Aku juga kena macet di sini, Fritz. Kayaknya ada galian pipa optik di beberapa titik jalan,” jawab Harvey, nada frustasi jelas terdengar darinya.

Fritz :

“Gila, ini benar-benar bikin kesal! Aku harap kita bisa sampai tepat waktu. Aku nggak mau kehilangan kesempatan ini untuk ketemu Kiran,”

seru Fritz sambil menepuk setir mobilnya dengan geram.

Harvey :

“Ha-ha-ha! Sama, Bro. Aku juga nggak mau melewatkan kesempatan ketemu Josie. Tapi apa boleh buat, kita cuma bisa berharap kemacetan ini cepat mereda.” Harvey tertawa kecil, meski terdengar kesal.

Keduanya terdiam sejenak, fokus pada jalanan di depan mereka. Fritz mencoba mencari jalan alternatif di GPS-nya, namun jalanan Jakarta tampak macet di mana-mana. Dia menghela napas panjang, merasa sedikit putus asa.

Keduanya masih tersambung dalam panggilan telepon,

Fritz :

“Harv, kayaknya nggak ada jalan lain. Kita benar-benar terjebak di sini,” ucap Fritz lagi.

Harvey :

“Iya, kita cuma bisa sabar sekarang. Semoga asja mereka masih di sana pas kita sampai nanti.” Harvey mengangguk, meskipun Fritz tidak bisa melihatnya.

Fritz :

“Kamu benar, Bro. Kita tunggu aja. Aku yakin ini worth it.”

Fritz menatap lurus ke depan, mencoba menenangkan dirinya

Waktu terus berlalu, dan kemacetan tampak semakin parah. Fritz memandang keluar jendela mobilnya, melihat para pengemudi lain yang tampak sama frustasinya. Beberapa pengemudi bahkan keluar dari mobil mereka untuk melihat apa yang menyebabkan kemacetan.

Di mobilnya, Harvey mencoba menghibur dirinya sendiri dengan memutar musik favoritnya. Namun, pikirannya terus melayang ke Josie. “Kenapa sih aku harus ketemu macet begini? Padahal aku lagi buru-buru,” gumamnya sambil tersenyum miris.

Di sisi lain kota, Fritz memutar kepalanya, mencoba mencari cara untuk melewati kemacetan. Namun, semuanya tampak sia-sia. Dia merasa waktu bergerak begitu lambat, dan pikirannya hanya dipenuhi oleh wajah Kiran.

“Aku nggak akan menyerah gitu aja,” katanya, seolah meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah hampir satu jam terjebak dalam kemacetan, akhirnya jalanan mulai sedikit bergerak. Fritz melihat ini sebagai kesempatan dan segera menginjak pedal gas lebih dalam.

“Akhirnya! Ada sedikit pergerakan,” serunya dengan semangat baru.

Harvey juga melihat perubahan ini dan mempercepat laju mobilnya.

“Yeah, sepertinya aku punya kesempatan! Sebaiknya aku mempercepat laju mobilnya!”

Keduanya pun melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi, mencoba memanfaatkan setiap celah yang ada. Meskipun jalanan masih cukup padat, mereka merasa ada harapan untuk bisa sampai di mall tepat waktu. Di dalam benak mereka, hanya ada satu tujuan bertemu dengan gadis yang mereka sukai.

Setelah beberapa waktu, mereka akhirnya tiba di area parkir Mall Senayan City. Fritz dan Harvey sama-sama keluar dari mobil mereka dengan cepat dan langsung menuju pintu masuk mall.

“Cepat, kita harus ke kafe itu sekarang,” ucap Fritz sambil berlari kecil menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai tempat kafe tersebut berada.

Harvey mengikuti dari belakang.

“Iya, semoga mereka masih di sana. Kita harus lebih cepat.”

Setibanya di lantai kafe, keduanya lalu melihat sekeliling, mencari sosok Josie dan Kiran. Tiba-tiba, mata Fritz menangkap bayangan yang dikenalnya.

“Itu mereka!” seru Fritz sambil menunjuk ke arah sebuah meja di sudut kafe.

Harvey menoleh ke arah yang ditunjuk Fritz dan segera mengenali Josie dan Kiran. Mereka sedang duduk, tertawa bersama, dan tampaknya sedang menikmati momen santainya.

Fritz dan Harvey saling bertukar pandang dan tersenyum. Mereka berjalan mendekati meja tersebut dengan sedikit gugup namun penuh semangat.

“Hey, kalian berdua!” sapa Fritz ketika mereka sudah cukup dekat.

Josie dan Kiran menoleh, tampak terkejut namun segera tersenyum melihat kedatangan Fritz dan Harvey.

“Oh, ya ampun. Kak Fritz, Kak Harvey! Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Kiran dengan mata berbinar.

Harvey tersenyum lebar,

“Kami cuma kebetulan lewat dan melihat kalian ada di sini. Boleh gabung?”

Josie mengangguk,

“Tentu saja boleh, Kak! Kami juga senang kalian datang.”

Dengan perasaan lega dan senang, Fritz dan Harvey duduk bersama Josie dan Kiran, akhirnya bisa menikmati waktu bersama gadis-gadis yang mereka sukai setelah melalui perjalanan yang penuh tantangan. Kemacetan yang tadi keduanya rasakan, kini terasa sepadan dengan momen berharga ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 5 Menuju Puncak Bogor

    Mobil sport berwarna hitam yang dikendarai Isaac melaju dengan kecepatan stabil, melintasi jalanan Kota Jakarta yang semakin ramai dengan lalu lintas pagi. Isaac, seorang CEO muda yang penuh karisma, tampak santai di belakang kemudi. Di sebelahnya, Leticia duduk dengan perasaan campur aduk antara bingung, penasaran, dan sedikit kesal. Isaac baru saja menjemputnya dari kampus dengan cara yang tidak biasa, dia tiba-tiba muncul di depan gerbang kampus dengan mobilnya, mengejutkan Leticia yang baru selesai dengan kelas paginya."Aku masih nggak percaya kamu datang ke kampusku tadi." Leticia membuka percakapan dengan nada setengah mengeluh, namun ada sedikit senyuman di sudut bibirnya. "Kamu bikin heboh satu kampus, tahu!"Isaac tertawa kecil sambil melirik Leticia dengan tatapan nakal. "Aku kan cuma mau bikin kejutan. Lagipula, kapan lagi aku bisa jemput seorang gadis cantik langsung dari kampusnya?"Leticia mendengus, mencoba menahan senyumnya. "Ya, ya, terserah kamu deh. Tapi sekara

    Last Updated : 2025-04-09
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 6 Sehari Bersama Evanora

    Di tempat lain di Kota Jakarta,Jacob, CEO muda yang penuh pesona dengan rambut hitam yang tertata rapi dan setelan kasual yang elegan, tampak sangat antusias hari itu. Dia baru saja menjemput Evanora, sahabat baik sekaligus gadis yang diam-diam dia cintai sejak dulu, dari kampusnya. Meskipun mereka sudah lama bersahabat, perasaannya pada Evanora selalu disembunyikan dengan baik di balik senyum dan candaannya. Hari ini, Jacob berencana memberikan kejutan istimewa untuk Evanora dengan mengajaknya menjelajahi dunia bawah laut di Jakarta Aquarium Safari.Evanora, yang baru saja selesai dengan kelas paginya, tampak terkejut dan senang ketika dengan beraninya Jacob menggandeng tangannya keluar dari kafetaria kampus. "Jacob! Kita mau ke mana ?" tanyanya dengan senyum lebar yang menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi. Mata hitamnya berbinar penuh kegembiraan.Jacob tersenyum dan menjawab dengan nada ceria, "Aku pikir hari ini kita perlu istirahat dari segala rutinitas, jadi aku da

    Last Updated : 2025-04-09
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 7 Kejutan Untuk Josie

    Setelah bertemu di sebuah kafe, di Mall Senayan City, Harvey dan Fritz langsung menyapa Josie dan Kiran. Mereka berempat berbicara sejenak, mengobrol tentang rencana mereka untuk hari itu. Fritz kemudian memutuskan untuk mengajak Kiran ke suatu tempat yang tidak disebutkan, meninggalkan Harvey dan Josie untuk tetap berada di dalam mall.Josie, dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Harvey berdegup lebih cepat, menatapnya dengan penuh semangat. "Kak Harvey, aku ingin ke toko buku. Ada beberapa novel yang ingin aku beli. Kamu mau ikut?"Harvey, seorang pengusaha sukses yang sudah lama menyukai Josie, tentu saja tidak menolak. “Tentu saja, Josie. Aku akan senang menemanimu,” jawabnya dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya. Mereka berdua lalu berjalan berdampingan menuju toko buku, melewati keramaian mall dengan percakapan ringan.Setibanya di toko buku, Josie langsung menuju ke rak novel favoritnya. Dia tampak sangat antusias, matanya berbinar saat melihat der

    Last Updated : 2025-04-09
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 8 Keinginan Terdalam Josie

    Setelah menikmati tantangan adrenalin di sirkuit Sentul yang penuh dengan tikungan tajam dan kecepatan tinggi, Harvey dan Josie meninggalkan lintasan dengan penuh semangat. Keduanya memutuskan untuk melanjutkan sore mereka di Teras Sentul, sebuah kafe yang menawarkan pemandangan pegunungan dan suasana tenang. Cuaca yang teduh dengan angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan mereka.Sepasang muda-mudi itu memilih untuk duduk di sudut kafe yang menghadap langsung ke perbukitan hijau. Harvey lalu memesan dua mocktail jus buah, sementara Josie memilih beberapa camilan khas Indonesia antara lain klepon dengan gula merah yang meleleh di dalamnya, moci yang kenyal, dan beberapa kue tradisional lainnya seperti kue putu dan lemper. Josie tersenyum kepada pria tampan itu sambil menyantap kue klepon, “Kamu tahu, Kak Harvey, hari ini benar-benar sangat menyenangkan! Rasanya sudah lama aku tidak merasa se-excited ini.”Harvey mengangguk sambil tersenyum. “Oh, yeah?” tutur Harvey sambil tersenyum.“

    Last Updated : 2025-04-09
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 9 Sehari Bersama Kiran

    Setelah berpisah dengan Harvey dan Josie di Mall Senayan City, Fritz mengarahkan mobilnya ke area Jakarta Utara. Di sampingnya duduk Kiran, gadis yang selama ini diam-diam disukai olehnya. Saat ini Kiran mengenakan gaun sederhana berwarna pastel yang membuatnya terlihat anggun dan bersahaja. Di dalam mobil, suasana awalnya sedikit canggung. Fritz mencoba mengalihkan perhatiannya dari kecantikan Kiran dengan memusatkan pandangannya ke jalan. “Oh iya, Kiran,” kata Fritz akhirnya, memecah keheningan.“Kamu bilang tadi bawa mobil sendiri bersama Josie, ya?”Kiran menoleh dan tersenyum kecil. “Iya, tadi aku memang bawa mobil sendiri. Tapi sekarang Josie sama Harvey. Jadi mobilku masih di parkiran.”Fritz mengangguk. “Kalau begitu, biar asistennya aku, Arga, yang urus mobilmu. Nanti dia bisa jemput mobil kamu di sana dan bawakan ke rumahmu.”Kiran tampak terkejut tapi senang mendengar tawaran itu. “Wah, terima kasih banyak, Fritz. Kamu benar-benar baik.”“Apa sih yang nggak buat kamu, Ki

    Last Updated : 2025-04-09
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 10 Menikmati Waktu Bersama

    Kembali kepada Isaac dan Leticia,Setelah puas menikmati pemandangan hamparan kebun teh di puncak Bogor, Isaac dan Leticia pun lalu melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pas Cisarua. Mereka menyusuri jalan yang berkelok dengan suasana pegunungan yang sejuk, diselingi dengan percakapan ringan di dalam mobil.“Sampai juga kita di Puncak Pas, Leticia,” ucap Isaac dengan nada semangat setelah mereka memasuki area tersebut.Leticia, yang duduk di sebelahnya, tersenyum tipis. “Iya, akhirnya. Setelah perjalanan panjang, ya,” jawabnya sambil memandang ke luar jendela mobil, melihat pemandangan yang begitu memukau dengan kabut tipis yang mulai turun, menambah suasana sore yang syahdu.Isaac memarkir mobil di sebuah area parkir dekat kafe yang cukup terkenal di kalangan wisatawan. Kafe ini dikenal dengan suasananya yang nyaman dan menyajikan berbagai camilan khas Bogor yang menggugah selera. “Ayo, kita nongkrong sebentar di kafe itu. Aku dengar kafe tersebut menyajikan makanan khas Bogor yang e

    Last Updated : 2025-04-11
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 11 Kemarahan Tuan King

    Di Kediaman Elwood, Suasana terasa tegang. Sore itu, matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menciptakan bayangan panjang di sepanjang teras rumah mewah milik Keluarga Elwood. Tuan King Elwood, seorang pengusaha kaya raya dengan rambut yang mulai memutih di pelipisnya, tampak mondar-mandir dengan penuh kemarahan. Matanya tajam menatap ke arah Asisten Arga, yang berdiri dengan gelisah di pintu depan rumah. Arga, seorang pria muda dengan setelan rapi, tampak canggung dan sedikit gemetar. Dia baru saja mengembalikan mobil Kiran, putri kesayangan Tuan King, setelah mengantarnya pergi bersama Fritz, CEO muda yang ambisius dan penuh percaya diri. “Kenapa kamu yang mengembalikan mobil ini?” tanya Tuan King dengan suara berat dan penuh curiga. “Di mana Kiran? Dan di mana Fritz?” Arga menelan ludah, merasa tekanan semakin besar. “Maaf, Tuan King. Saya hanya diminta oleh Bos Fritz untuk mengembalikan mobil Nona Kiran. Saat ini mereka masih di luar, seperti ada sedikit urusan penting,” ja

    Last Updated : 2025-04-11
  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 12 Jacob Dimarahi

    Matahari sudah hampir tenggelam ketika Jacob dan Evanora, yang akrab dipanggil Eva, akhirnya sampai di kediaman Keluarga Eva setelah hampir seharian berjalan-jalan mengelilingi Kota Jakarta. Hari ini, mereka mengunjungi berbagai tempat menarik, termasuk Aquarium Safari, menikmati pemandangan kota, dan mencicipi kuliner lokal. Bagi Jacob, hari ini adalah kesempatan berharga untuk bisa menghabiskan waktu bersama Eva, sahabat sekaligus gadis yang diam-diam dirinya cintai.Sesampainya di depan rumah, Jacob keluar dari mobil dan bergegas membukakan pintu mobil untuk Eva. "Terima kasih, Jacob. Hari ini benar-benar menyenangkan," ucap Eva sambil tersenyum hangat.Jacob membalas senyuman itu. "Sama-sama, Eva. Aku senang kamu menikmatinya."Ketika mereka berjalan menuju pintu rumah, Nyonya Arlyn, ibunda dari Eva, sudah menunggu di depan dengan senyum lebar. "Oh, kalian akhirnya pulang juga! Bagaimana hari kalian?" tanyanya dengan penuh antusias.Jacob tersenyum sopan. "Kami baru saja pulan

    Last Updated : 2025-04-12

Latest chapter

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 60 Acara Semakin Romantis

    Setelah saling mengucapkan janji suci pernikahan, kedua mempelai yang sedang berbahagia yaitu Fritz dan Kiran yang kini sedang melangkah ke tengah-tengah ballroom dengan senyuman bahagia yang tidak pernah lepas dari wajah mereka. Tepuk tangan meriah dari para tamu menggema di ruangan megah yang telah dihiasi lampu kristal dan bunga-bunga putih serta emas. Di tengah ballroom, berdiri sebuah kue pernikahan lima tingkat yang menjulang tinggi, dihiasi dengan bunga gula dan ornamen emas yang sungguh elegan.Fritz menggenggam tangan Kiran, membimbingnya menuju ke kue pernikahan. Sebuah pisau khusus yang dihiasi pita emas telah disiapkan untuk momen tersebut.“Kiran, apakah kamu siap, Sayang?” tanya Fritz sambil menoleh ke arah istrinya.Kiran tersenyum hangat. “Aku selalu siap jika bersamamu, Fritz.” sahutnya antusias kepada suaminya.Tangan mereka pun bersatu memegang pisau, lalu dengan perlahan memotong kue dari bagian atas menuju ke bawah sambil diiringi tepuk tangan para tamu. Fritz p

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 59 Janji Suci Fritz dan Kiran

    Hari pernikahan Fritz dan Kiran di Ballroom Hotel The Ritz London.Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Ballroom The Ritz London, hotel mewah dengan nuansa klasik dan elegan, telah disulap menjadi tempat yang memukau untuk pernikahan Fritz dan Kiran. Lampu kristal berkilauan menerangi ruangan yang dihiasi dengan rangkaian bunga putih dan emas. Meja-meja bundar dengan taplak sutra, piring porselen, dan gelas kristal menghiasi ruangan, sementara suara lembut orkestra bermain di latar belakang menambah suasana megah.Para tamu telah memenuhi ballroom, termasuk kolega dan rekan bisnis Fritz, yang mengenakan busana formal sesuai dress code. Di barisan depan, duduklah Tuan Rahez dan Nyonya Zemi, kedua orang tua Fritz, yang mengenakan pakaian berwarna emas. Gaun Nyonya Zemi berhiaskan payet berkilau, sementara Tuan Rahez tampak gagah dengan jas emas elegan. Di sebelah mereka, duduk Tuan King dan Nyonya Hera, orang tua Kiran, dengan kebaya tradisional berwarna emas yang memancarkan k

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 58 Pertemuan Para Ibu

    Persiapan para ibu,Di sebuah salon kecantikan mewah di kawasan Jakarta Selatan, suasana pagi terasa nyaman dan elegan. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma lembut lavender, dilengkapi dengan dekorasi modern bernuansa putih gading dan emas. Para pegawai salon dengan seragam rapi melayani beberapa pelanggan sosialita yang datang untuk memanjakan diri.Di salah satu sudut ruangan, dua wanita paruh baya duduk di kursi pijat sambil menjalani perawatan wajah. Mereka adalah Nyonya Zemi, ibunda Fritz, dan Nyonya Hera, ibunda Kiran. Keduanya tampil anggun dengan gaun santai berwarna pastel dan aksesoris mewah yang mempertegas status mereka sebagai wanita sosialita berkelas.Nyonya Zemi menyandarkan kepalanya dengan tenang sementara seorang terapis mengoleskan masker wajah. Di sebelahnya, Nyonya Hera memeriksa kukunya yang tengah dihiasi warna merah muda pucat.Nyonya Hera tersenyum puas sambil melirik Nyonya Zemi, seraya berkata,“Jeng Zemi, akhirnya harapan kita terkabul juga. Fritz melamar Kir

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 57 Pertemuan Para Ayah

    Rencana menuju London,Di sebuah restoran mewah di bilangan Jakarta Selatan, suasana siang itu terasa tenang dan nyaman. Restoran tersebut dihiasi dengan lampu gantung elegan dan interior klasik bergaya Eropa. Lantunan musik jazz lembut menemani para pengunjung yang tengah menikmati hidangan mereka. Di sudut ruangan, dua pria paruh baya duduk di sebuah meja bundar dengan beberapa hidangan tersaji rapi di atasnya.Tuan Rahez, pria berkacamata dengan rambut yang mulai memutih di pelipisnya, duduk santai sambil menyeruput secangkir kopi hitam. Di hadapannya, Tuan King, seorang pria bertubuh tegap dengan kumis tipis, tersenyum sambil memutar-mutar sendok kecil di dalam cangkir tehnya. Mereka adalah dua pengusaha ternama yang sudah bersahabat sejak lama. Hari ini, keduanya bertemu untuk membahas sesuatu yang sangat penting yaitu pernikahan anak-anak mereka, Fritz dan Kiran.Tuan Rahez lalu meletakkan cangkir kopinya ke atas piring kecil.“Wah, rasanya lega sekali akhirnya Fritz dan Kiran

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 56 Melamar Kiran di Bawah Menara Big Ben

    Pagi itu, London menyambut Fritz dan Kiran dengan udara segar dan sinar matahari yang cerah. Fritz sudah menyiapkan rencana untuk menghabiskan hari bersama sang kekasih. Dia ingin menunjukkan kepada kekasihnya sisi romantis Kota London, sambil merencanakan momen besar yang telah dirinya persiapkan jauh-jauh hari."Kiran, hari ini kita akan jalan-jalan keliling Kota London. Ada banyak tempat indah yang ingin aku tunjukkan padamu," ucap Fritz sambil tersenyum ketika mereka sarapan bersama di ruang makan rumah Opa Roland.Kiran memandang Fritz dengan penuh rasa ingin tahu. "Oh, jadi kamu sudah punya rencana? Ada kejutan apa hari ini?"Fritz tertawa pelan. "He-he-he! Tunggu saja. Aku janji, kamu akan menyukainya."“Oma, Opa? Aku mohon izin untuk membawa Kiran keliling Kota London,” seru Fritz antusias kepada kakek dan nenek dari kekasihnya tersebut.“Tentu, Fritz. Opa percaya kamu bisa melindungi dan menjaga Kiran dengan baik,” tutur Opa Roland.Wah … memangnya kalian mau ke mana Fritz?

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 55 Akhirnya Mendapatkan Restu

    Suasana malam yang tenang menyelimuti rumah mewah keluarga Opa Roland yang ada di London. Lampu kristal menggantung di ruang makan besar, memancarkan sinar hangat ke meja makan yang penuh dengan hidangan. Fritz duduk bersama Opa Roland dan Oma Yesi, dua sosok yang sangat dihormatinya. Hatinya berdebar,akan tetapi dia tahu ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan niatnya.Setelah menyelesaikan makanan terakhirnya, Fritz menatap Opa Roland dengan mata penuh tekad. "Opa, Oma," ucapnya memulai pembicaraan, suaranya terdengar jelas namun sedikit bergetar. "Saya ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting."Oma Yesi menatap Fritz dengan penuh perhatian, sementara Opa Roland meletakkan gelasnya di atas meja, memberi isyarat agar pria muda itu melanjutkan perkataannya.“Saya ingin menikah dengan Kiran,” Fritz melanjutkan dengan suara mantap. “Saya mencintainya dan ingin membangun masa depan bersama. Namun .…” Dia terdiam sejenak, menundukkan kepala dengan ekspresi sedih. “Tuan

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 54 Tiba di London

    Kedatangan Fritz dan Kiran di London.Udara Kota London yang sejuk menyambut Fritz dan Kiran begitu mereka keluar dari bandara Heathrow. Keduanya tampak kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang dari Jakarta, namun ada semangat tersirat di wajah mereka. Fritz memesan taksi online, dan beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam datang menghampiri mereka."Ini taksinya," ujar Fritz sambil membantu Kiran memasukkan koper ke bagasi."Terima kasih, Fritz," balas Kiran dengan senyum manis.Perjalanan menuju rumah kakek dan nenek Kiran berlangsung dalam suasana nyaman. Kiran terlihat antusias menjelaskan setiap sudut kota London yang mereka lewati."Itu Big Ben, Fritz. Aku sering bermain di sekitar sini waktu kecil saat berkunjung ke rumah Opa dan Oma," cerita Kiran.Fritz mengangguk sambil tersenyum. "Kamu pasti punya banyak kenangan indah di sini. Aku senang akhirnya bisa melihat langsung tempat yang sering kamu ceritakan."Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah rumah berg

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 53 Tradisi Keluarga Tiano

    Pagi yang Cerah di Kediaman Keluarga Tuan Tiano.Mentari pagi menembus jendela besar di ruang makan keluarga Tuan Tiano, menghadirkan kehangatan di tengah suasana dingin. Aroma kopi yang harum dan roti panggang yang renyah mengisi udara, menemani keluarga itu memulai hari. Di meja makan, Tuan Tiano duduk di ujung meja dengan koran di tangan, sementara Nyonya Arlyn mengatur makanan yang dihidangkan oleh asisten rumah tangga mereka.Eva, putri kedua keluarga Tiano, tampak sibuk menuangkan susu ke dalam gelasnya, sementara Harvey, sang putra sulung, dengan santai mengoleskan selai kacang pada rotinya."Harvey, tambahkan madu di rotimu. Kamu terlalu kurus belakangan ini," ujar Nyonya Arlyn lembut, seraya menyodorkan botol madu kepada putra sulungnya.Harvey tersenyum simpul. "Mami selalu khawatir padaku, padahal berat badan aku stabil kok, Mi."Eva tersenyum melihat interaksi mereka. Namun, dia tahu waktunya membahas sesuatu yang cukup serius. Setelah menarik napas dalam-dalam, Eva pun

  • DIKEJAR CINTA 4 MILIYARDER TAMPAN    BAB. 52 Keinginan Jacob

    Rumah Keluarga Tuan Edward, Setelah acara lamaran Jacob dengan Eva berlangsung dengan lancar dan penuh kebahagiaan, keluarga Tuan Edward kembali ke rumah. Malam itu, suasana di ruang keluarga terasa hangat. Tuan Edward duduk di kursi favoritnya dengan secangkir teh di tangan, sementara Nyonya Agnes bersandar di sofa dengan senyuman yang tak pernah lepas sejak acara siang tadi. Isaac, putra sulung mereka, tengah membaca majalah sambil sesekali ikut dalam percakapan ringan. Jacob, yang terlihat gelisah, akhirnya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan serius.Jacob menarik napasnya dalam-dalam dan mulai berkata dengan nada tegas, "Dad, Mom, aku ingin berbicara tentang langkah selanjutnya setelah lamaran ini."Semua mata langsung tertuju padanya. Nyonya Agnes menoleh dengan penuh perhatian. "Tentu saja, Jacob. Apa yang ingin kamu bicarakan?"Jacob mengangguk sambil mencoba menyusun kata-kata. "Aku tidak ingin menunda terlalu lama. Aku ingin segera menikah dengan Eva. Aku tahu trad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status