"Hahaha. Serius?! Dia nggak kenal kamu?"
Ariana mengangguk, sambil memasang ekspresi kesal. "Aneh, kan? Mana ada orang yang nggak kenal aku? Di susu bayi, di iklan HP, kosmetik, baju, bahkan di samping iklan sedot WC juga ada muka aku, loh! Nggak mungkin kalau dia nggak pernah liat aku, kan?! Situs judi slot online aja kadang ngebajak muka sama video aku. Kurang terkenal apa, coba?!"Shelly, teman baik Ariana yang juga berprofesi sebagai artis, menganggukkan kepalanya, mendukung kata-kata Ariana. "Bahkan muka kamu aja ada di kotak kondom. Kok dia nggak-"PLAK!"Auch! Sakit tau!" protes Shelly, ketika Ariana memukul bahunya."Sembarangan aja mulut kamu!"Shelly mengusap bahunya, sambil memasang wajah kesal. "Tapi bener, kan? Kamu pernah terima tawaran dari kondom."Ariana memutar bola matanya. "Iya, tapi itu kan dulu, Shelly!"Shelly mengangguk. "Iya, deh! Eh! Tapi gimana hubungan kamu sama si Raka?"Ariana bertambah kesal karena pertanyaan Shelly. "Nggak usah nyebut nama laki-laki brengsek itu depan aku! Kesal banget aku dengar nama dia!"Shelly semakin penasaran dengan reaksi yang diberikan oleh Ariana. Menurut Shelly, Raka adalah pria baik dan perhatian. Citranya di masyarakat juga baik. Lantas, mengapa Ariana tiba-tiba menjadi benci kepada Raka?Karena penasaran, Shelly melontarkan pertanyaan pada Ariana. "Emang dia ngapain sampai kamu nampar dia?"Ariana kembali mengingat apa yang terjadi tadi, saat ia dan Raka berada di tangga darurat.Mulanya Ariana dan Raka berada di sana karena ingin berbicara. Tempat itu adalah tempat mereka biasa bertemu, karena Ariana dan Raka belum mau mempublikasikan kepada media tentang hubungan mereka.Yang namanya orang pacaran, pastilah melepas rindu ketika bertemu. Mulanya mereka berbicara seperti biasa. Lalu Raka mulai menggenggam tangan Ariana. Semua itu masih wajar bagi Ariana. Setelah berpegangan tangan, Raka meminta izin Ariana agar ia bisa mencium bibir Ariana.Karena baru satu bulan mereka bersama, Ariana sedikit ragu untuk mengabulkan permintaan Raka. Ia mulanya menolak, tapi Raka mulai mendesak dan menggoda Ariana.Pertahanan Ariana yang semulanya kokoh, mulai runtuh perlahan dengan rayuan Raka. Cukup lama Raka merayu Ariana, hingga Ariana mengiyakan permintaan dari Raka.Ciuman pertama selama satu bulan pacaran, Ariana pikir itu hal yang wajar karena mereka telah dewasa, dan Ariana juga pernah beberapa kali berciuman. Namun Raka yang dibutakan oleh nafsu, mulai menuntut lebih.Dari pegangan tangan, ciuman, lalu...."Hah?! Serius Raka orangnya gitu?!" tanya Shelly, tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, setelah Ariana menceritakan semuanya.Ariana mengangguk. "Makanya aku langsung nampar dia! Masa dia mau remas dada aku, terus pengen gituan di tangga darurat?! Gila, nggak?! Dia pikir aku cewek apaan?!"Shelly langsung mengepalkan tangannya. "Dasar brengsek! Aku pikir dia cowok yang baik! Muka doang yang polos! Kelakuannya kayak iblis!"Ariana mengangguk. "Benar banget! Aku pikir selama ini dia itu tulus sama aku! Ternyata aslinya sama aja kayak cowok lain!""Cowok mana lagi yang bisa kita percaya?" gumam Shelly dengan ekspresi sedih.Ariana mengedikan bahunya. "Ntahlah. Padahal kita udah sering putus nyambung, udah banyak pelajaran yang kita dapat, tapi tetap aja kita nggak bisa nemu cowok yang baik."Shelly merenung beberapa saat. Kata-kata Ariana ada benarnya.Hanya orang bodoh yang jatuh pada lubang yang sama. Pepatah tersebut mengajarkan kita untuk belajar dari kesalahan dan menghindari kesalahan yang sama. Namun, sepertinya pepatah tersebut tidak berlaku dalam dunia percintaan, karena manusia seringkali jatuh dalam lubang yang sama, jika itu sudah menyangkut hati dan perasaan.Sama seperti Shelly dan Ariana, yang lagi-lagi gagal dalam hubungan percintaan karena masalah yang hampir serupa.Walau rata-rata pria yang mereka temui adalah pria brengsek, tapi ada satu pria yang kini menarik perhatian Ariana. Satu-satunya pria yang tidak mengenalnya sama sekali.'Kehidupan seperti apa yang dia jalani, sampai-sampai dia nggak kenal sama aku?' tanya Ariana dalam hati.***"Aries? Coba liat yang ini. Gimana menurut kamu?"Aries mengangkat wajahnya dari buku yang sedang ia baca. Ia melihat sekilas foto yang ibunya tunjukkan. "Hm... cantik," jawab Aries sambil lalu."Bagus kalau kamu bilang cantik. Mama udah atur tempat sama waktu buat kalian ketemu."Aries menganggukkan kepalanya. Ia tidak lagi kaget dengan tindakan ibunya, karena ini bukan yang pertama kali."Malam!"Melani memalingkan wajahnya, menatap anak bungsunya yang baru saja masuk. "Kok baru pulang? Kamu dari mana aja?"Leo tersenyum, lalu mendekati ibunya. "Aku banyak urusan di kantor, Ma." Leo menatap sekeliling, mencari ayahnya. "Papa mana?""Papa kamu lagi di ruang baca," jawab Melani.Leo menganggukkan kepalanya. "Itu foto siapa, Ma?" tanya Leo, yang tidak sengaja melihat foto di tangan ibunya."Ini foto anaknya Jeng Rebecca, teman yoga Mama."Leo melirik Aries yang sedang fokus pada buku tentang strategi marketing. "Mau dijodohin sama Ari lagi?"Melani mengangguk. "Iya. Gimana menurut kamu?"Leo menatap foto tersebut dan langsung dibuat kaget, karena wanita dalam foto itu ialah wanita yang sama, dengan wanita yang ia temui hari ini di Seven Star Agensi."Cantik," ucap Leo, kemudian bertanya pada ibunya. "Dia kerja di mana?""Kamu nggak kenal dia?!"Leo mengerutkan keningnya. Mengapa reaksi ibunya sama seperti wanita di dalam foto tersebut? Mereka sama-sama kaget saat tahu kalau Leo tidak mengenal wanita dalam foto itu."Emang dia siapa?"Melani menggeleng perlahan. "Dia artis paling terkenal di Indonesia sekarang, Leo…. Kamu gimana, sih?! Kamu itu direktur Angkasa Shopping Center, tapi nggak tau artis-artis yang terkenal?"Leo terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku sibuk ngurus yang lain, jadi nggak punya waktu buat cari tau dunia selebriti."Melani mendengus, lalu bertanya pada Leo. "Terus kamu gimana? Kapan kamu bawa pacar kamu ke rumah?"Mendengar pertanyaan ibunya, Aries langsung mengangkat kepala dan menatap Leo."Kapan ya...." Leo pura-pura berpikir, sebelum menjawab pertanyaan ibunya. "Gimana kalau bulan depan? Pacar aku orang sibuk soalnya."Melani mengangguk. "Ya udah. Nanti bilang ke mama, biar mama bisa atur waktu makan malam sama pacar kamu."Leo tersenyum, menanggapi kata-kata ibunya. "Oke, Ma. Kalau gitu aku mau mandi dulu. Udah gerah banget seharian."Walau Leo bertingkah begitu natural saat menjawab pertanyaan ibunya, tapi Aries tahu kalau Leo juga tidak mempunyai pasangan.Leo dan Aries punya satu kesamaan. Mereka tidak tertarik dengan hubungan percintaan, dan lebih memfokuskan diri mereka pada pekerjaan dan karir.Bedanya, Aries selalu blak-blakan pada orang tuanya kalau ia tidak punya pasangan. Sedangkan Leo memilih untuk berbohong, agar orang tuanya tidak menjodohkan dirinya, sama seperti yang terjadi pada Aries.'Dasar tukang bohong,' batin Aries, sambil menggeleng.Sebaik-baiknya Leo berbohong, Aries yakin kalau suatu saat kebohongan Leo pasti akan terbongkar.Aries lalu kembali fokus pada buku di depannya, dan melupakan tentang wanita yang dijodohkan ibunya.Di sisi lain, sesampainya di kamar, Leo langsung melepaskan bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi.Sambil menikmati guyuran air hangat dari shower, ingatan Leo kembali pada waktu di mana dirinya tidak sengaja melihat seseorang, yang selama ini selalu ia hindari.'Sampai kapan aku akan begini terus?' batin Leo, merasa kesal dengan dirinya sendiri.Sudah lewat bertahun-tahun, tapi ia masih belum bisa beranjak dari wanita yang telah menyakiti hatinya itu. Bahkan karena wanita itu, sampai sekarang Leo tidak tertarik untuk menjalin hubungan baru.Setelah mandi, Leo mengeringkan rambutnya, sambil menatap pantulan dirinya pada cermin.Selain wanita dari masa lalunya, ada satu wanita lagi yang sejak tadi mengganggu pikiran Leo. Wanita tersebut adalah wanita yang ia temui di Seven Star Agensi."Dunia emang sempit banget," gumam Leo sambil tersenyum. "Kasian banget dia, harus ketemu sama Ari."Leo berkata seperti itu, karena ia tahu dengan jelas sikap Aries terhadap setiap wanita yang dijodohkan ibu mereka kepadanya.Walau begitu ada sedikit rasa prihatin dalam hati Leo kepada wanita tersebut. Apalagi setelah kejadian di tangga darurat tadi.'Semoga aja dia nolak buat ketemu Ari,' batin Leo, lalu keluar dari kamarnya.Sebelum makan malam, Melani menghampiri suaminya yang sedang membaca. "Mas? Aku pengen jodohin Ari sama anaknya teman aku," ucap Melani, sambil tersenyum.Jordan mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca, menuju istri tercintanya. "Bukannya kamu udah sering jodohin Ari sama anak-anaknya teman kamu?"Melani mengangguk. "Iya, tapi selalu gagal. Mas tau sendiri, gimana sifatnya Ari."Jordan tersenyum, menanggapi kata-kata Melani. "Kamu sendiri tau, Ari itu nggak mempan kalau di jodohin. Kenapa kamu masih terus jodoh-jodohin dia?"Melani yang merasa kesal karena usahanya tidak dihargai, mulai menyampaikan unek-uneknya. "Aku tau, tapi mau gimana lagi, mas? Ari udah nggak muda lagi. Aku juga udah pengen punya cucu. Mas nggak tau, gimana irinya aku kalau dengar teman-teman aku cerita soal cucu mereka. Sedangkan aku? Punya dua anak cowok, tapi dua-duanya nggak punya istri sampai sekarang. Emang mas mau, kita mati tanpa ngerasain rasanya gendong cucu?!"Jordan diam sejenak sambil berpikir
"Ma? Aku udah dewasa, loh. Aku nggak perlu lagi dijodohin sana-sini."Rebecca menatap Ariana dengan pandangan sinis. "Umur kamu udah 26 sekarang! Kamu mau mama tunggu sampai kapan?! Mama sama papa udah pengen punya cucu!"Ariana mendesah panjang. "Ma? Mama nggak liat banyak kasus perceraian sekarang? Mama mau aku sembarangan kenal cowok, nikah, terus cerai? Gitu?""Kalau kamu takut, biar mama yang cariin buat kamu! Anak teman mama itu baik-baik. Kamu tinggal nurut aja sama mama."Ariana kembali mendesah. Selama ini ibunya jarang mencampuri urusan percintaannya, namun kali ini ibunya nampak begitu ngotot untuk menjodohkannya dengan anak dari temannya. Sebenarnya Ariana ingin menolak, apalagi ia baru saja memutuskan hubungannya dengan Raka. Tapi ibunya tetap ngotot agar Ariana bertemu dengan anak dari temannya."Pokoknya kali ini kamu harus temuin dia, karena mama udah janji ke teman mama buat kenalin kalian.""Ma? Emang mama udah tau dia gimana? Orangnya baik atau nggak? Siapa tau dia
Mulut Ariana terbuka lebar, saking terkejutnya mendengar ajakan nikah dari pria di hadapannya. Ini pertama kali Ariana menghadiri kencan buta yang diatur oleh ibunya. Memang terkesan seperti dijodohkan, tapi bukan berarti mereka harus menentukan tanggal pernikahan, ketika mereka baru bertemu satu kali, kan?Ariana bahkan belum mengenal seperti apa pria di depannya. Jangankan karakter pria tersebut. Nama pria yang mengajaknya nikah pun, tidak Ariana tau."Kenapa diam?" Ariana mengedipkan matanya beberapa kali. "Kamu nggak anggap pertemuan kita ini hanya candaan, kan? Kita nggak perlu buang-buang waktu lagi. Kita udah dewasa, jadi langsung a-""Stop!" Ariana mengangkat tangannya, memotong kata-kata pria di depannya. "Ini pertemuan pertama kita, dan kamu udah ngajak nikah?" Pria di depan Ariana mengangguk."Nama kamu aja aku nggak tau, dan kamu ngajak aku nikah?!" ucap Ariana, penuh penekanan."Nama aku Aries Leonidas Angkasa. Aku rasa kamu pasti udah sering dengar Angkasa Group. Aku
Ariana menatap Aries dan Leo secara bergantian. Ia cukup terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari Aries.Tak jauh berbeda dengan Ariana, Leo juga terkejut ketika Aries mengatakan bahwa Ariana adalah calon istrinya.Leo tau kalau ini adalah pertemuan pertama Ariana dan Aries. Apa mungkin mereka langsung jatuh cinta satu sama lain? 'Nggak mungkin,' batin Leo. Ia mengenal Aries dengan sangat baik. Aries tidak akan jatuh cinta semudah itu.Karena kata-kata Aries tak bisa diterima oleh akal Leo, Leo langsung bertanya pada Ariana. "Apa dia ngancam kamu?"Ekspresi wajah Aries menjadi dingin seketika. "Apa maksud kamu?"Tatapan Leo berpindah dari Ariana, menuju Aries. "Sudah jelas, kan? Kamu nggak mungkin jatuh cinta sama dia. Ini pertama kali kalian ketemu. Apa masuk akal kalau kalian langsung mutusin buat nikah?""Memangnya kamu tau apa soal-'"Stop!" Ariana memotong percakapan antara Aries dan Leo yang sudah mulai memanas. Sebelumnya Ariana masih dalam kondisi terkejut karena ham
"Malam." Ariana melepas sepatu high heels yang ia gunakan, lalu berjalan menuju ruang televisi."Loh? Kamu udah pulang?" Rebecca menatap jam yang tergantung di dinding. "Kok cepat banget?"Ariana menaruh handbagnya di atas sofa, lalu duduk di sisi ibunya. "Aku sama dia cuman makan malam aja, ma. Habis itu langsung pulang."Karena penasaran, Rebecca mengecilkan volume televisi, lalu kembali bertanya pada Ariana. "Gimana orangnya? Makan malam kalian lancar-lancar aja, kan?"Ariana mendesah pelan, kemudian membatin, 'lancar apanya? Kalau aku tau orangnya kayak gitu, aku nggak akan mau ketemu dia. Dasar cowok aneh!'"Ariana? Kok malah diam?" Ariana menoleh ke arah ibunya, lalu memaksakan seulas senyuman. "Lancar kok, ma." Ariana terpaksa berbohong, karena ia tidak ingin meladeni pertanyaan ibunya lebih jauh lagi. "Aku ke atas dulu, ma. Aku mau mandi."Baru saja Ariana berdiri, Rebecca sudah mencegatnya dengan cara memegang pergelangan tangan Ariana. "Loh? Kamu mau ke mana? Mama kan belum
"Shell?! Shelly?! Kamu udah baca berita soal Ariana?!"Shelly yang saat ini sedang berada di Seven Star Agensi, menoleh, menatap Bella, salah satu penyanyi yang juga berada di bawah naungan Seven Star Agensi. "Aku-""Shelly?! Benaran Ariana tunangan sama pewaris Angkasa Group?!"Belum sempat Shelly menjawab pertanyaan Bella, Dita, yang juga berprofesi sebagai penyanyi, datang dan mengajukan pertanyaan yang sama.Shelly menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Sejak ia datang, tidak terhitung lagi banyaknya pertanyaan tentang Ariana, yang dilontarkan kepadanya. Shelly sendiri juga bingung harus menjawab apa, karena ia tidak tahu perihal berita ini."Kok malah diam?! Kamu tau, nggak?!" tanya Bella, sedikit mendesak Shelly.Shelly menggelengkan kepalanya. "Jangan tanya aku. Aku nggak tau apa-apa."Dita mengerutkan keningnya. "Masa kamu nggak tau? Kamu kan teman baiknya Ariana."Shelly berusaha tersenyum, walau dalam hati ia sudah kesal setengah mati. "Walaupun aku t
Tok tok tok"Masuk!" Dari arah pintu, seorang wanita cantik rambut sebahu, masuk dan menghampiri Aries. "Ini dokumen yang Bapak minta.""Taruh saja di atas meja," ucap Aries, tanpa mengalihkan wajah dari layar ponselnya."Baik, Pak." Setelah mengikuti perintah Aries, wanita itu pamit keluar dari ruangan Aries.Saat ini Aries sedang sibuk membaca berita, dan memperhatikan pergerakan saham Angkasa Konstruksi. Sejak berita mengenai pertunangan dirinya dan Ariana tersebar, harga saham perusahaannya juga melambung naik. Ini seperti melempar dua burung dengan satu batu. Saat Aries sedang merasa bahagia, ponsel miliknya tiba-tiba bergetar. Tanpa menunggu lama, Aries langsung menjawab panggilan tersebut. "Halo, ma?""Ari?! Kamu udah liat berita hari ini?!"Aries tersenyum tipis, karena suara ibunya yang terdengar sangat antusias di seberang. "Maksud mama soal pertunangan aku sama Ariana?" tanya Aries, pura-pura memancing ibunya."Iya, itu! Berita itu bukan berita hoax, kan?!" tanya Melani,
"Leo?" Netra Shelly bergetar, ketika ia melihat pria yang dulu pernah ia cintai. Mulanya Shelly datang untuk berbicara dengan Aries, karena ia mendengar kalau Aries ada di Seven Star Agensi. Namun kini pikiran Shelly dibuat kacau oleh hadirnya Leo."Kamu Shelly, kan?" tanya Leo, memastikan.Shelly mengangguk perlahan. Sedangkan dari belakang Shelly, Aries diam-diam memperhatikan interaksi antara Leo dan Shelly. Sebenarnya Aries telah lupa, siapa sebenarnya Shelly. Tidak banyak wanita yang bisa bertahan dalam ingatan Aries. Karena itu Aries mulai penasaran, kenapa Shelly dan Leo bertingkah aneh.'Apa mereka saling kenal?' tanya Aries dalam hati."Ka-kamu ngapain di sini?" tanya Leo, sedikit gugup."A-aku kerja di sini," jawab Shelly, yang juga sedikit terguncang.Leo kembali diam. Entah mengapa begitu sulit bagi Leo untuk mencari topik pembicaraan dengan Shelly. Mungkin karena waktu yang telah berlalu, atau kenangan buruk dari masa lalu."Gimana kabar kamu?" Leo berusaha tersenyum,