Share

02. Tuntutan Orang Tua.

"Hahaha. Serius?! Dia nggak kenal kamu?"

Ariana mengangguk, sambil memasang ekspresi kesal. "Aneh, kan? Mana ada orang yang nggak kenal aku? Di susu bayi, di iklan HP, kosmetik, baju, bahkan di samping iklan sedot WC juga ada muka aku, loh! Nggak mungkin kalau dia nggak pernah liat aku, kan?! Situs judi slot online aja kadang ngebajak muka sama video aku. Kurang terkenal apa, coba?!"

Shelly, teman baik Ariana yang juga berprofesi sebagai artis, menganggukkan kepalanya, mendukung kata-kata Ariana. "Bahkan muka kamu aja ada di kotak kondom. Kok dia nggak-"

PLAK!

"Auch! Sakit tau!" protes Shelly, ketika Ariana memukul bahunya.

"Sembarangan aja mulut kamu!"

Shelly mengusap bahunya, sambil memasang wajah kesal. "Tapi bener, kan? Kamu pernah terima tawaran dari kondom."

Ariana memutar bola matanya. "Iya, tapi itu kan dulu, Shelly!"

Shelly mengangguk. "Iya, deh! Eh! Tapi gimana hubungan kamu sama si Raka?"

Ariana bertambah kesal karena pertanyaan Shelly. "Nggak usah nyebut nama laki-laki brengsek itu depan aku! Kesal banget aku dengar nama dia!"

Shelly semakin penasaran dengan reaksi yang diberikan oleh Ariana. Menurut Shelly, Raka adalah pria baik dan perhatian. Citranya di masyarakat juga baik. Lantas, mengapa Ariana tiba-tiba menjadi benci kepada Raka?

Karena penasaran, Shelly melontarkan pertanyaan pada Ariana. "Emang dia ngapain sampai kamu nampar dia?"

Ariana kembali mengingat apa yang terjadi tadi, saat ia dan Raka berada di tangga darurat.

Mulanya Ariana dan Raka berada di sana karena ingin berbicara. Tempat itu adalah tempat mereka biasa bertemu, karena Ariana dan Raka belum mau mempublikasikan kepada media tentang hubungan mereka.

Yang namanya orang pacaran, pastilah melepas rindu ketika bertemu. Mulanya mereka berbicara seperti biasa. Lalu Raka mulai menggenggam tangan Ariana. Semua itu masih wajar bagi Ariana. Setelah berpegangan tangan, Raka meminta izin Ariana agar ia bisa mencium bibir Ariana.

Karena baru satu bulan mereka bersama, Ariana sedikit ragu untuk mengabulkan permintaan Raka. Ia mulanya menolak, tapi Raka mulai mendesak dan menggoda Ariana.

Pertahanan Ariana yang semulanya kokoh, mulai runtuh perlahan dengan rayuan Raka. Cukup lama Raka merayu Ariana, hingga Ariana mengiyakan permintaan dari Raka.

Ciuman pertama selama satu bulan pacaran, Ariana pikir itu hal yang wajar karena mereka telah dewasa, dan Ariana juga pernah beberapa kali berciuman. Namun Raka yang dibutakan oleh nafsu, mulai menuntut lebih.

Dari pegangan tangan, ciuman, lalu....

"Hah?! Serius Raka orangnya gitu?!" tanya Shelly, tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, setelah Ariana menceritakan semuanya.

Ariana mengangguk. "Makanya aku langsung nampar dia! Masa dia mau remas dada aku, terus pengen gituan di tangga darurat?! Gila, nggak?! Dia pikir aku cewek apaan?!"

Shelly langsung mengepalkan tangannya. "Dasar brengsek! Aku pikir dia cowok yang baik! Muka doang yang polos! Kelakuannya kayak iblis!"

Ariana mengangguk. "Benar banget! Aku pikir selama ini dia itu tulus sama aku! Ternyata aslinya sama aja kayak cowok lain!"

"Cowok mana lagi yang bisa kita percaya?" gumam Shelly dengan ekspresi sedih.

Ariana mengedikan bahunya. "Ntahlah. Padahal kita udah sering putus nyambung, udah banyak pelajaran yang kita dapat, tapi tetap aja kita nggak bisa nemu cowok yang baik."

Shelly merenung beberapa saat. Kata-kata Ariana ada benarnya.

Hanya orang bodoh yang jatuh pada lubang yang sama. Pepatah tersebut mengajarkan kita untuk belajar dari kesalahan dan menghindari kesalahan yang sama. Namun, sepertinya pepatah tersebut tidak berlaku dalam dunia percintaan, karena manusia seringkali jatuh dalam lubang yang sama, jika itu sudah menyangkut hati dan perasaan.

Sama seperti Shelly dan Ariana, yang lagi-lagi gagal dalam hubungan percintaan karena masalah yang hampir serupa.

Walau rata-rata pria yang mereka temui adalah pria brengsek, tapi ada satu pria yang kini menarik perhatian Ariana. Satu-satunya pria yang tidak mengenalnya sama sekali.

'Kehidupan seperti apa yang dia jalani, sampai-sampai dia nggak kenal sama aku?' tanya Ariana dalam hati.

***

"Aries? Coba liat yang ini. Gimana menurut kamu?"

Aries mengangkat wajahnya dari buku yang sedang ia baca. Ia melihat sekilas foto yang ibunya tunjukkan. "Hm... cantik," jawab Aries sambil lalu.

"Bagus kalau kamu bilang cantik. Mama udah atur tempat sama waktu buat kalian ketemu."

Aries menganggukkan kepalanya. Ia tidak lagi kaget dengan tindakan ibunya, karena ini bukan yang pertama kali.

"Malam!"

Melani memalingkan wajahnya, menatap anak bungsunya yang baru saja masuk. "Kok baru pulang? Kamu dari mana aja?"

Leo tersenyum, lalu mendekati ibunya. "Aku banyak urusan di kantor, Ma." Leo menatap sekeliling, mencari ayahnya. "Papa mana?"

"Papa kamu lagi di ruang baca," jawab Melani.

Leo menganggukkan kepalanya. "Itu foto siapa, Ma?" tanya Leo, yang tidak sengaja melihat foto di tangan ibunya.

"Ini foto anaknya Jeng Rebecca, teman yoga Mama."

Leo melirik Aries yang sedang fokus pada buku tentang strategi marketing. "Mau dijodohin sama Ari lagi?"

Melani mengangguk. "Iya. Gimana menurut kamu?"

Leo menatap foto tersebut dan langsung dibuat kaget, karena wanita dalam foto itu ialah wanita yang sama, dengan wanita yang ia temui hari ini di Seven Star Agensi.

"Cantik," ucap Leo, kemudian bertanya pada ibunya. "Dia kerja di mana?"

"Kamu nggak kenal dia?!"

Leo mengerutkan keningnya. Mengapa reaksi ibunya sama seperti wanita di dalam foto tersebut? Mereka sama-sama kaget saat tahu kalau Leo tidak mengenal wanita dalam foto itu.

"Emang dia siapa?"

Melani menggeleng perlahan. "Dia artis paling terkenal di Indonesia sekarang, Leo…. Kamu gimana, sih?! Kamu itu direktur Angkasa Shopping Center, tapi nggak tau artis-artis yang terkenal?"

Leo terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku sibuk ngurus yang lain, jadi nggak punya waktu buat cari tau dunia selebriti."

Melani mendengus, lalu bertanya pada Leo. "Terus kamu gimana? Kapan kamu bawa pacar kamu ke rumah?"

Mendengar pertanyaan ibunya, Aries langsung mengangkat kepala dan menatap Leo.

"Kapan ya...." Leo pura-pura berpikir, sebelum menjawab pertanyaan ibunya. "Gimana kalau bulan depan? Pacar aku orang sibuk soalnya."

Melani mengangguk. "Ya udah. Nanti bilang ke mama, biar mama bisa atur waktu makan malam sama pacar kamu."

Leo tersenyum, menanggapi kata-kata ibunya. "Oke, Ma. Kalau gitu aku mau mandi dulu. Udah gerah banget seharian."

Walau Leo bertingkah begitu natural saat menjawab pertanyaan ibunya, tapi Aries tahu kalau Leo juga tidak mempunyai pasangan.

Leo dan Aries punya satu kesamaan. Mereka tidak tertarik dengan hubungan percintaan, dan lebih memfokuskan diri mereka pada pekerjaan dan karir.

Bedanya, Aries selalu blak-blakan pada orang tuanya kalau ia tidak punya pasangan. Sedangkan Leo memilih untuk berbohong, agar orang tuanya tidak menjodohkan dirinya, sama seperti yang terjadi pada Aries.

'Dasar tukang bohong,' batin Aries, sambil menggeleng.

Sebaik-baiknya Leo berbohong, Aries yakin kalau suatu saat kebohongan Leo pasti akan terbongkar.

Aries lalu kembali fokus pada buku di depannya, dan melupakan tentang wanita yang dijodohkan ibunya.

Di sisi lain, sesampainya di kamar, Leo langsung melepaskan bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Sambil menikmati guyuran air hangat dari shower, ingatan Leo kembali pada waktu di mana dirinya tidak sengaja melihat seseorang, yang selama ini selalu ia hindari.

'Sampai kapan aku akan begini terus?' batin Leo, merasa kesal dengan dirinya sendiri.

Sudah lewat bertahun-tahun, tapi ia masih belum bisa beranjak dari wanita yang telah menyakiti hatinya itu. Bahkan karena wanita itu, sampai sekarang Leo tidak tertarik untuk menjalin hubungan baru.

Setelah mandi, Leo mengeringkan rambutnya, sambil menatap pantulan dirinya pada cermin.

Selain wanita dari masa lalunya, ada satu wanita lagi yang sejak tadi mengganggu pikiran Leo. Wanita tersebut adalah wanita yang ia temui di Seven Star Agensi.

"Dunia emang sempit banget," gumam Leo sambil tersenyum. "Kasian banget dia, harus ketemu sama Ari."

Leo berkata seperti itu, karena ia tahu dengan jelas sikap Aries terhadap setiap wanita yang dijodohkan ibu mereka kepadanya.

Walau begitu ada sedikit rasa prihatin dalam hati Leo kepada wanita tersebut. Apalagi setelah kejadian di tangga darurat tadi.

'Semoga aja dia nolak buat ketemu Ari,' batin Leo, lalu keluar dari kamarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status