Share

DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI
DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI
Author: Putri putri

Bab 1

Author: Putri putri
last update Last Updated: 2022-11-17 15:39:03

“Jadi kalian sudah menikah?” tanyaku dengan suara parau. 

“Iya, Dek. Maafkan aku,” jawab Mas Rizal, calon suamiku. 

Seketika air mata ini luruh seiring pengakuan Mas Rizal. Hati ini menjerit sakit. Sedikit pun tak menyangka dia akan mengkhianati janji yang telah terucap. 

“Kenapa kalian mengkhianatiku? Kenapa?”  lirihku perih.

Jika yang merebut Mas Rizal bukan Ela-adikku, mungkin tak akan sesakit ini. Namun, inilah kenyataannya. Di saat aku merantau mencari uang untuk biaya sekolah Ela, dia justru membalas dengan pengkhianatan. 

“Maaf, Mbak. Ini bukan inginku. Kami terpaksa,” jelas Ela. 

Aku menyeka bulir bening di pipi. Tersenyum kecut menatap adikku yang baru saja lulus sekolah menengah atas. Seperti janjiku dulu, aku baru akan menikah setelah selesai membiayai sekolah Ela. Namun, kenapa dia justru menikungku? 

“Terpaksa kenapa? Apa kamu hamil duluan? Iya?” tuduhku sembari melirik pada perutnya yang masih rata. 

“Enggak, Dek. Kami tidak serendah itu.” Mas Rizal menjeda kalimatnya sejenak. Menarik nafas dalam-dalam sembari memejam, “ tiga hari yang lalu Ibuku meninggal. Sebelum itu, dia ingin melihatku menjadi pengantin. Demi membahagiakan Ibu di saat-saat terakhirnya, kami terpaksa menikah.” 

Sedikit haru mendengar pengakuan Mas Rizal, tapi rasa itu segera kutepis. Sesederhana itukah sampai harus melupakan aku yang telah lima tahun menjadi kekasihnya?

“Kenapa kamu tidak bilang padaku, Mas? Kenapa juga harus Ela yang kamu jadikan istri? Kenapa tidak yang lain?” Aku memberondongnya dengan tiga pertanyaan sekaligus. Sangat mungkin ini hanya alasan untuk menutupi pengkhianatannya. 

“Aku sudah berkali-kali menghubungimu, tapi nomormu tak aktif. Banyak pesan yang aku kirim via WA ataupun F******k, tapi tak satu pun yang kamu balas. Kamu menghilang tanpa kabar,” akunya.

Pesan? Astaga. Aku baru ingat kalau seminggu yang lalu ponselku hilang. Aku pikir seminggu tak ada kabar tak akan jadi masalah, toh akan segera pulang. Namun..., ah! Ini menyakitkan. 

Sesaat hening menyelimuti kami. Semua terpaku oleh kebisuan bahkan Bapak dan Ibu belum berucap sejak aku menanyakan perihal Mas Rizal yang ada di rumah ini. 

Aku pikir kebahagiaan akan menyambut kepulanganku. Faktanya kenyataanlah yang menorehkan luka. Dua bulan tak bertemu keluarga dan kekasih. Menahan rindu yang teramat dalam. Saat kembali bertemu, calon suamiku telah menjadi suami adikku. Sakit bukan?

“Maafkan mereka, Nak. Mereka tak salah. Keadaanlah yang memaksa.” Bapak membuka suara memecah keheningan. 

Terdengar bijak, tapi aku tak terima dikhianati. Seharusnya Ela menolak saja jika memang dia menganggapku ada. Atau mungkin dia sengaja karena sudah tamat sekolah dan tak butuh biaya dariku? 

“Tidak, Pak! Aku tak bisa memaafkan mereka! Mereka harus berpisah dan Mas Rizal menikahiku,” tegasku. 

Mungkin ini egois, tapi aku harus memperjuangkan cinta. Tak sanggup rasanya membayangkan mereka bahagia di atas sakit hatiku. 

“Tidak! Mereka tak boleh bercerai. Apa kamu tega melihat adikmu menjadi janda?” sela Ibu yang sedari tadi diam membisu. 

Tega? Kalau ditilik lebih teliti, justru Ela yang tega terhadapku. Kenapa malah aku yang dibilang seperti itu. 

“Enggak apa-apa, Bu. Aku siap jika harus bercerai. Mas Rizal dan Mbak Vera saling mencinta,” ungkap Ela. 

Kesanggupan Ela sedikit menumbuhkan  harapan untukku kembali memiliki Mas Rizal. Sudah seharusnya adikku seperti itu. 

“Bagaimana kalau nanti kamu hamil, La?” tanya Ibu dengan nada suara  penuh kekhawatiran. 

“Tenang saja, Bu. Kami belum melakukan apa-apa. Jadi tak mungkin hamil.” Ela tersenyum miris. 

Sedikit kaget karena mereka belum memadu kasih meski sudah menikah. Ah! Bukankah ini bagus untukku. Aku bisa mendapat Mas Rizal beserta keperjakaannya? 

“Ayo, Mas! Jatuhkan talakmu untuk Ela,” perintahku. 

“Lakukanlah, Mas. Aku siap.” Suara Ela terdengar bergetar. Dia tertunduk lesu. 

“Maaf, Dek! Aku tak bisa. Aku sudah berjanji pada almarhumah Ibu untuk tetap setia dengan satu pasangan,” tolak Mas Rizal. 

Harapan yang sempat terkembang seketika pupus seiring penolakan Mas Rizal. Bagaimana bisa dia tetap memilih bersama Ela tanpa memedulikan aku? 

Tersenyum miris, Aku menatap kecewa pada Mas Rizal. Dia yang dulu getol membisikkan kata cinta, dia yang dulu membuaiku dengan segudang janji manisnya, kini menyerah pada keadaan. 

“Lalu untuk apa lima tahun kita bersama jika akhirnya seperti ini?” teriakku histeris. 

Air mata kembali luruh dari sudut mata. Terasa sia-sia kesetiaan yang kumiliki. Lima tahun bukan waktu yang singkat. Tetap bertahan meski godaan datang silih berganti. Nyatanya, hari ini aku harus menerima kenyataan pahit ini. 

“Maafkan aku, Dek. Aku tak bermaksud menyakitimu. Keadaanlah yang memaksa,” jawab Mas Rizal, “carilah laki-laki lain. Kamu cantik, pintar. Pasti banyak yang menginginkanmu,” 

“Semudah itukah? Kenapa tidak sejak dulu kau katakan itu, Mas? Sebelum aku terlalu jauh mencintaimu.” Aku merintih perih. 

“Maafkan aku, Dek!” ucap Mas Rizal memelas. 

Aku terdiam dalam bimbang. Dua pilihan saling berebut menguasai pikiran. Satu sisi ingin pasrah menerima kenyataan pahit ini, di sisi lain ingin terus berjuang merebut kembali apa yang seharusnya kumiliki.

“Tidak, Mas! Aku tak akan memaafkanmu sebelum kamu menjadi milikku. Kamu harus menikah denganku!” jawabku tegas. 

Seisi ruangan menatap kaget ke arahku. Mungkin saja mereka menganggap aku gila karena ingin merebut suami adik sendiri. Masa bodo! Aku memang sudah gila. Gila karena cinta yang tiba-tiba hilang dari genggaman. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sekedar Story
thor, aku bc novel d plafon sblh alurnya nyaris sm dgn ksh ini
goodnovel comment avatar
Irma Fauziah
baru baca dah sakit banget
goodnovel comment avatar
Kalila Firman
nyesek ini mah...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   bahagia

    ****Menjelang siang aku dan Mas Farhan bertandang ke rumah Ibu.Sekalian saja menemui Ela sebab beberapa hari ini kami tak bertemu.Kami menghentikan mobil di halaman yang lumayan luas. Rumahdi hadapanku penampakannya masih sama persis dengan saat pertama kali datang.Di sinilah aku mulai tahu sejatinya diriku.Melangkah mendekati pintu, aku berteriak mengucap salam lalumemanggil Ela-adikku. Tak lama, sosok yang kusebut namanya menyembul dari balikpintu, memamerkan senyum khasnya.“Kamu sudah sehat, Mbak? Maaf belum sempat menjenguk,”ucapnya lalu mengajak kami masuk.Enggak apa-apa! Lagian aku juga sudah sehat kok! Buktinyasampai di sini.” Aku membalas dengan senyuman, lalu mengekori langkahnya dankami bertiga duduk di kursi tamu.“Ibu mana, La? Aku ingin ketemu,” tanyaku sesaat kemudian.“Bentar, Mbak!”Perempuan yang perutnya mulai buncit itu melangkah masuk danlekas kembali bersama Ibu. Aku langsung bangkit meraih tangan Ibu dan menciumtakdim.Meski selama ini Ibu sering berlaku tak

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   minta izin

    “Ve, kita balik ke rumah saja yuk! Aku enggak nyaman tinggalserumah sama Hana. Takut kalau dia menghasut lagi,” ajak Mas Farhan saat kamisedang berdua.“Iya juga sih, tapi bagaimana dengan tanggung jawab kitapada Bu Lili? Kalau dia yang ngurus semua usaha, takutnya malah sakit lagi.Kasihan,” sahutku penuh kekhawatiran.“Kita bayar orang saja. Kita hanya sesekali saja mengontrol.Sebulan sekali misal, kita bisa ke sini sekalian jenguk keluarga,” usulnyakemudian.Diam, aku mencoba menimbang usulan Mas Farhan. Sepertinyaini ide bagus. Kami bebas ke mana pun, sedangkan usaha tetap jalan.“Tapi siapa, Mas? Jaman sekarang susah cari orang yangbenar-benar bisa dipercaya,”Kami berdua saling tatap, bingung menentukan siapa yang kamipercaya. Hana jelas tidak mungkin. Meski dia keponakan Tante Lili, tetap sajaaku tak percaya, apalagi Hana sempat ingin menguasai harta Bu Lili.Rizal, lelaki itu juga enggak mungkin. Bisa-bisa tokobangkrut lantaran jarang buka. Lagian, dia selama ini dia juga jaran

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   HANA KEMBALI

    Selagi kami makan, terdengar bunyi pintu yang diketuk diiringi salam, suara lelaki yang sangat kukenal. “Itu suara Mas Farhan, Bu!” ucapku girang. “Kayaknya iya. Coba kamu lihat!” Tanpa menunggu lama, aku bangkit berdiri lalu setengah berlari menuju depan. Gegas kuputar anak kunci dan membuka pintu. Benar. Mas Farhan berdiri mematung persis di depanku. Aku menatap rindu pada lelaki yang sudah tiga hari tak menemani tidurku. “Kamu pucat, Ve ...” Lelaki itu menyentuh pipi lalu berpindah di kening, seolah begitu mengkhawatirkan keadaanku. “Iya!” sahutku lirih. Sebenarnya aku ingin memeluk menuntaskan rindu, tapi terbentur ego yang mendalam. Kecurigaannya yang berlebihan kembali terngiang di kepala. Beberapa saat kami terpaku dalam kebisuan. Sampai akhirnya Mas Farhan meraih jemari lalu bersimpuh di depanku. “Kamu mau maafin aku kan, Ve?” ucapnya penuh harap. Binar ketulusan terlihat jelas dari sorot mata sendunya, hingga mampu meluluhkan hati membunuh ego. “Iya, Mas! Aku sudah

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   NASIHAT

    Tiga hari setelah kembali dari rumah sakit, aku lebih sering menyendiri di kamar ketimbang berkumpul bersama Bu Lili dan Pak Herman. Banyak kuhabiskan waktu untuk merenung, menoleh pada setiap bait kenangan yang tercipta. Dalam sebuah rumah tangga, rasa saling menjadi suatu keharusan. Cemburu dan curiga itu wajar, tapi jika berlebihan, niscaya akan menghancurkan , menghempaskan mimpi yang tengah dibangun. Sampai detik ini Mas Farhan belum juga kembali, padahal aku butuh dia untuk bersandar. Benar, memang aku yang memintanya pergi, tapi hanya sekedar meluapkan emosi agar dia lekas menyadari kesalahan. Bukan untuk selamanya. Lamunan buyar tatkala terdengar derit pintu yang terbuka. Seorang perempuan paruh baya menyembul, lalu berjalan mendekat dam duduk di sebelahku. “Sampai kapan kamu mau seperti ini, Sayang?” Bu Lili melempar senyum, merapikan rambutku yang berantakan. “Entahlah, Bu! Aku benar-benar tak mnduga akan kehilangan bayiku,” sahutku perih. Dia tersenyum. Kembali dibela

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   mengusir benalu

    *** Tak butuh waktu lama, kami telah sampai di rumah. Pak Herman lebih dulu turun lalu membuka pintu samping, membantuku keluar dari mobil. Sepasang suami istri itu mengapit di kanan dan kiriku. Mungkin mereka khawatir aku masih lemas. Langkahku terhenti saat pandanganku menangkap dua sosok makhluk yang berdiri menyambut kami. Keduanya melempar senyum, tapi berupa senyum mengejek. Ya. Hana dan Ibunya berdiri di ambang pintu. Mungkin mereka mendengar deru mesin mobil sampai mereka ke luar. “Maaf, Bu! Aku pilang ke rumah nenek saja!” ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari Hana dan ibunya. “Loh ... kenapa?” Bu Lili mengernyit heran. “Aku tak mau serumah dengan iblis seperti mereka!” ucapku sembari mengacungkan jemari telunjuk lurus ke depan. Bu Lili mengarahkan pandangan mengikuti arah jari telunjukku. Barangkali mereka mendengar ucapanku, makanya mereka menghampiri. “Kalau mau ke rumah nenekmu, kenapa harus ke sini dulu? Apa sudah lupa jalan ke sana? Perlu aku antar?” Hana te

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   Bayiku .... tidak...

    Berkali-kali aku mengerjapkan mata berusaha mengumpulkan kesadaran. Lalu, kuedarkan pandangan ke sekeliling sebab merasa di tempat asing. Semuanya bernuansa putih bersih, jauh berbeda dengan kamarku yang didominasi warna pink. Diam, aku berusaha menajamkan ingatan kenapa sampai ada di sini. Terakhir kuingat pertengkaran dengan Mas Farhan, lalu aku terjatuh bersimbah darah. “Astaga! Bayiku!” Aku menjerit histeris. Belum sempat kukabarkan kehamilan, tapi semua telah terenggut. Padahal, aku ingin memberi kejutan untuk Mas Farhan. “Tenang, Ve!” Kurasakan kedua pundak ada yang memegangi. Pun suara Mas Farhan yang mencoba menenangkan. “Bayiku!” Aku semakin histeris sambil berusaha berontak. Namun, Mas Farhan mendekapku erat sampai aku kesulitan bernafas. Akhirnya kutumpahkan semua air mata di dada bidangnya. “Maafkan aku, Ve!” ucap Mas Farhan setengah berbisik.Suaranya terdengar parau. Seperti sedang merasakan sesal di dalam hati. Diam, aku tak mencoba menyahut kalimat Mas Farhan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status