Home / Romansa / DIKIRA AKU MISKIN / Mengingat Kenangan Pahit

Share

Mengingat Kenangan Pahit

last update Last Updated: 2023-11-29 07:53:33

🏵️🏵️🏵️

Terus terang, walaupun ibu mertua sering melukai perasaanku, tetapi aku tidak ingin melihatnya berdebat atau adu mulut dengan Bu Dewi hanya karena hal sepele. Aku pun langsung meraih Bagas lalu memberikan isyarat kepada tetanggaku itu agar menjauh.

Akhirnya, Bu Dewi pun memilih berpamitan kepadaku lalu pulang, begitu juga dengan Mbak Rere dan anaknya. Sementara ibu mertua masih saja menunjukkan kekesalannya. Aku pun memilih memasuki rumah daripada mendengar ocehannya yang tidak tahu ujungnya.

Aku langsung menuju ruang TV untuk menyaksikan siaran yang bisa menghibur hati. Kebetulan juga, bapak mertua sedang tidak di rumah. Biasanya, dia yang menguasai ruangan ini dengan asap rokoknya yang sering membuatku pusing.

Sejak kecil, aku alergi mencium asap rokok. Dampaknya bisa membuatku sesak dan sakit kepala hingga mual. Sepertinya, Allah telah mengatur Mas Bimo untuk berjodoh denganku karena dia bukan pria pada umumnya yang gemar mengonsumsi barang bulat panjang itu.

Mas Bimo persis seperti suami Bu Dewi yang mengaku tidak pernah mengisap rokok dari dulu. Dia pernah berbincang dengan beberapa temannya di depan rumahnya tentang rokok. Dia menganggap orang yang merokok itu sama dengan membakar uang.

“Udah capek-capek kerja, akhirnya hasilnya dibakar juga.”Itu pernyataan yang dia ucapkan.

Aku sering tidak habis pikir, kenapa kebiasaan Mas Bimo justru lebih mirip dengan Pak Dimas daripada bapak mertua. Baik wajah, sikap, atau hal apa pun itu, tidak ada yang Mas Bimo warisi dari bapaknya.

Aku pernah beberapa kali iseng menggoda Mas Bimo. Aku pun bertanya, “Kenapa kamu nggak mirip sedikit pun sama Bapak, Mas?”

“Mungkin karena aku menolak mirip beliau.” Jawaban unik itu yang dia ucapkan. Harusnya bapak mertua menulis novel dengan judul “Anakku Mirip Tetangga”.

“Ngapain senyum-senyum?” Ibu mertua ternyata menyusulku ke ruang TV. “Puas dengan hinaan Bu Dewi terhadap cucu-cucu saya?”

Ternyata wanita itu masih membicarakan ucapan Bu Dewi tadi. Dia tampak sangat marah karena menganggap cucu-cucu dari anak perempuannya dihina. Sikapnya sangat berbeda jika terhadap Bagas. Dia seolah-olah tidak pernah menginginkan cucu dari anak laki-lakinya.

“Siapa yang menghina? Ibu selalu saja berpikiran tidak baik tentang Bu Dewi. Selalu nuduh.” Aku memberikan balasan.

“Kau itu menantu saya, tetapi kenapa selalu bela Bu Dewi?” Dia seperti biasa, selalu menunjukkan tatapan tajamnya.

“Saya tidak bermaksud membela, tapi saya perhatikan dari dulu, Ibu paling nggak terima kalau Bu Dewi nyinggung cucu-cucu Ibu. Sementara sama Bagas, Ibu nggak pernah peduli.” Aku pun melontarkan apa yang mengganjal di hati ini.

“Itu karena dia lahir dari menantu tidak tahu diri sepertimu!” Dia selalu saja menyebutku seperti itu.

“Kenapa Ibu selalu menyebut kata itu? Apa yang udah Ibu berikan pada saya? Jika Ibu pernah berbuat baik pada saya, tapi saya membalasnya dengan kejahatan, itu baru namanya tidak tahu diri.” Aku tidak kuasa lagi untuk tetap sabar menghadapi wanita itu.

“Kau bukan menantu yang saya inginkan. Harusnya Bimo itu dapat istri yang lebih dari dirimu. Dia tampan dan punya penghasilan tetap, harusnya bisa berjodoh dengan wanita yang punya harta dan kekayaan.”

Akhirnya, ibu mertua kembali menunjukkan sifat tamaknya. Dia ingin memiliki menantu kaya supaya bisa mengubah kehidupannya. Dia sering mengucapkan harapannya itu kepada anak-anak perempuannya.

Kenapa dia tidak meminta ketiga putrinya mencari pasangan kaya raya? Kenapa harus Mas Bimo yang dituntut seperti itu? Keluarga ini seolah-olah ingin melimpahkan semua beban hidup kepada suamiku.

🏵️🏵️🏵️

Sore ini, wajah Mas Bimo tampak semringah. Setelah membersihkan tubuh, dia mengajakku ke kamar untuk menyampaikan sesuatu. Aku pun mengikuti langkahnya lalu kami duduk di tempat tidur. Dia meraih Bagas yang sejak tadi dalam gendonganku.

“Ada apa, sih, Mas? Kelihatannya bahagia banget.” Aku masih penasaran melihat lengkungan di bibirnya.

“Coba tebak, deh.” Dia makin membuatku penasaran.

“Malas, ah, nebak-nebak.”

“Sayang, aku dapat bonus lumayan hari ini.” Dia tampak bersemangat.

“Berapa, Mas?”

“Tiga juta.” Dia langsung mengeluarkan jumlah uang yang dia sebutkan dari saku celananya lalu memberikannya kepadaku.

Aku terharu melihat sikap Mas Bimo yang menganggap uang senilai tiga juta itu lumayan. Padahal, saat aku bersama orang tua dulu, nominal itu kadang aku gunakan untuk membeli satu helai atasan saja. Aku merasa tertampar saat ini.

“Setelah magrib, kita ke toko emas, ya, Sayang.” Aku terkejut mendengar niat Mas Bimo.

“Ngapain, Mas?” tanyaku bingung.

“Untuk beli kalung kamu.”

“Nggak usah, Mas. Uangnya kamu simpan aja. Kamu tahu kalau aku punya kalung.” Aku menolak keinginannya.

“Aku ingin menghiasi leher istriku dengan uangku sendiri, ya, walaupun nanti dapatnya sangat kecil. Tapi aku baru punya uang segitu. Nanti kalau aku dapat rezeki lagi, kita beli yang besar, ya, Sayang.” Aku tidak tega melihat pancaran kebahagian dari wajahnya.

“Ya udah … aku mau, Mas.” Akhirnya, aku mengiakan Mas Bimo karena tidak ingin melukai hatinya.

Seandainya dia tahu harga kalung berlian kesayanganku, mungkin dia akan terkejut. Kalung itu Mama pesan khusus hanya untuk kami berdua. Aku tidak menyangka kalau kehidupanku yang dulu dan sekarang benar-benar bagaikan bumi dengan langit.

Cinta telah mengubah segalanya. Aku menolak menikah dengan pewaris perusahaan tambang batubara di Samarinda dan justru memilih menjadi istri seorang sales marketing perumahan di Palembang. Apakah aku menyesal? Tidak sama sekali.

Aku tidak tahu apakah aku akan bahagia jika memenuhi permintaan Papa untuk menikah dengan anak partner kerjanya dulu. Kebahagiaan itu aku temukan hanya bersama Mas Bimo walaupun dia memiliki keluarga yang sering membuatku sakit hati.

Akan tetapi, aku tetap mampu berdiri tegak karena cinta Mas Bimo. Semoga pernikahan kami tetap langgeng hingga ke akhir hayat. Aku juga selalu meminta Mas Bimo agar mampu menjaga hatinya untuk tetap mencintaiku.

Aku sangat membenci perselingkuhan karena Papa dan Mama pernah hampir berpisah karena kehadiran orang ketiga. Papa pernah bermain api dengan sekretarisnya di kantor. Aku tidak tahu sejauh mana hubungan mereka. Satu hal yang pasti, aku sering melihat Mama menangis kala itu.

Oleh karena perbuatan Papa yang aku anggap tidak menghargai pernikahan, aku pun dengan berani menentang niatnya yang ingin menjodohkanku. Aku sempat tidak menghargai Papa karena beliau telah menyakiti wanita yang melahirkanku.

Akan tetapi, aku berusaha yakin bahwa masih banyak laki-laki yang setia hanya mencintai satu wanita. Sejak menikah dengan Mas Bimo, aku tidak pernah merasakan hal-hal yang mencurigakan darinya. Semoga cintanya tidak pernah berubah.

“Bim, Ibu boleh masuk?” Aku dikagetkan suara ibu mertua dari balik pintu kamar.

==========

Nova Irene Saputra

Terima kasih sudah mampir. Semoga sehat selalu dan rezeki makin berlimpah.

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKIRA AKU MISKIN    Bukti Nyata

    🏵️🏵️🏵️ Satu kebenaran lagi yang membuatku terkejut, tetapi juga bahagia. Ternyata suami Bu Dewi adalah adik kandung papi mertua. Pantas saja sifatnya sangat mirip dengan Mas Bimo. Di samping itu, Bu Dewi juga menyayangi Bagas seperti cucu sendiri. Sebenarnya, beberapa petunjuk telah mengungkapkan kebenaran itu, tetapi aku tidak berani menyimpulkan. Bu Dewi sama sekali tidak mengetahui kebenaran tentang Mas Bimo dari awal karena mereka bertetangga sejak suamiku itu telah duduk di bangku SMP. Mungkin jika Bu Dewi bertemu Mas Bimo waktu masih kecil, pasti wanita itu akan mengenali keponakannya sendiri. Aku sangat bahagia karena ternyata Mas Bimo memiliki keluarga yang sifatnya tidak kasar seperti keluarga yang membesarkannya. Ini benar-benar anugerah yang aku harapkan selama ini. Akhirnya, aku berada di tengah-tengah orang-orang yang berhati mulia. 🏵️🏵️🏵️ Aku dan Mas Bimo berhasil mengajak Andrew pulang setelah kami memberikan penjelasan dan pengertian kepadanya. Dia berjanji

  • DIKIRA AKU MISKIN    Balasan Setimpal

    🏵️🏵️🏵️ “Ibu udah nggak ada, Sayang.” Aku tidak mengerti apa maksud Mas Bimo. “Nggak ada? Maksudnya apa?” tanyaku ingin tahu. “Ibu udah pergi untuk selamanya seminggu yang lalu.” “Apa?” Aku sangat terkejut. Walaupun wanita yang aku anggap sebagai ibu mertua selama ini sering menyakitiku, tetapi aku tidak pernah berharap agar dirinya pergi secepat ini. “Walaupun beliau bukan ibu kandungku, tetapi beliau yang telah merawat dan membesarkanku.” Mata Mas Bimo berkaca-kaca. “Ibu sakit apa, Mas?” Mas Bimo akhirnya menceritakan apa yang terjadi terhadap Bu Sukma—wanita yang telah menganggap dirinya sebagai anak selama ini. Bu Sukma disiksa habis-habisan oleh orang-orang suruhan istri laki-laki yang memiliki hubungan terlarang dengannya. Bu Sukma patah tulang dan tiba-tiba lumpuh hingga membuat dirinya tidak dapat bertahan hidup. Di samping itu, wajah wanita itu juga disiram menggunakan air keras. Beliau sempat dirawat beberapa minggu di rumah sakit. “Permintaan terakhirnya, tidak m

  • DIKIRA AKU MISKIN    Pertemuan

    🏵️🏵️🏵️ Hari ini genap sebulan, aku dan Bagas berada di kota ini. Entah kenapa akhir-akhir ini, aku sering merasa pusing dan mual. Padahal, aku harus membantu Mama mempersiapkan acara ulang tahun Bagas. Walaupun hanya mengundang keluarga dan kerabat dekat, tetapi Mama ingin memberikan yang terbaik untuk Bagas. “Ini perayaan ulang tahun Bagas yang pertama kali di rumah ini. Sebelumnya, kamu tidak pernah menghubungi Mama atau Papa jika Bagas ulang tahun.” Aku sedih mendengar ucapan Mama. “Jadi, Mama ingin acaranya tampak meriah. Ini juga Papa yang ngusulin.” Ternyata Papa tetap sangat menyayangi Bagas walaupun pintu hatinya belum terbuka untuk memberikan maaf kepadaku. “Terima kasih, Mah. Maafin Cla.” Aku pun mencium pipi Mama. “Yang lalu biarlah berlalu. Yang penting sekarang kamu udah kembali pulang.” Beliau mengecup puncak kepalaku. Uek! Aku kembali merasakan mual seperti beberapa hari terakhir ini. Ada apa denganku? Apa mungkin … tidak! Aku belum siap hamil dalam status yang

  • DIKIRA AKU MISKIN    Merasa Kasihan

    🏵️🏵️🏵️ Suara telepon masuk mengagetkanku, juga membuyarkan lamunanku tentang Mas Bimo. Aku melihat nama Andrew di layar. Kenapa pria itu meneleponku malam-malam? Apa mungkin ada hal penting yang ingin dia sampaikan? Walaupun aku telah berusaha menghindarinya, tetapi tidak membuat dirinya untuk menjauhiku. Terus terang, aku merasa bersalah dan kasihan melihat pengorbanannya yang tetap setia mencintaiku. Namun, aku tidak memiliki balasan untuk itu. “Halo.” Aku pun mengangkat teleponnya. “Maaf, ganggu kamu malam-malam.” Dia tetap bersikap sopan terhadapku. “Ada apa?” tanyaku singkat. “Mami minta foto suami kamu.” “Untuk apa?” Aku penasaran. “Tadi mereka melihat laki-laki yang mirip denganku. Papi dan Mami udah cerita tentang kemiripan aku dengan suamimu. Pantes aja Bagas cepat dekat denganku. Kenapa kamu nggak ngomong selama ini, Cla?” Ternyata Andrew baru tahu kebenaran tentang kemiripan dirinya dengan Mas Bimo. Dia tidak tahu kalau aku baru menyadarinya setelah kembali berte

  • DIKIRA AKU MISKIN    Mencari Tahu

    🏵️🏵️🏵️ Bukan hanya aku yang merasa heran, tetapi Mama juga. Wanita itu justru berharap kalau anak Om Rio dan Tante Marisa yang hilang saat masih kecil adalah Mas Bimo. Beliau mengaku yakin kalau hal itu memang benar, Papa akan memberikan maaf kepadaku. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa karena Mama tidak tahu pasti permasalahan yang aku hadapi dengan Mas Bimo. Jika laki-laki yang masih berstatus sebagai suamiku itu memang benar anaknya Om Rio dan Tante Marisa, tidak menutup kemungkinan kalau kami akan diminta kembali bersatu. Apakah perbuatan Mas Bimo akan makin nekat jika memiliki banyak uang dan harta? Saat dia masih hidup apa adanya, dirinya berani bermain api dengan wanita lain. Aku tidak sanggup membayangkan hal itu akan terulang kembali. Mungkin aku lebih baik mencoba menerima kenyataan jika kami tidak memiliki hubungan lagi. Jadi, aku tidak akan melarangnya bergaul dengan wanita mana pun jika ikatan kami telah terputus. Aku tidak akan memaksa dirinya untuk tetap me

  • DIKIRA AKU MISKIN    Penuh Teka-teki

    🏵️🏵️🏵️ “Cla! Tante Marisa minta kamu ke sini. Katanya beliau kangen!” Aku mendengar teriakan Mama. “Iya, Mah.” Aku tidak mampu menolak ataupun mengelak. Aku segera berjalan menuju ruang tamu lalu duduk di samping Mama. Sementara Bagas duduk di pangkuan Papa. “Anak kamu, Cla?” tanya Tante Marisa kepadaku sambil menunjuk Bagas. “Iya, Tante.” “Tampan, ya. Tapi, kok, mirip Andrew?” Apa? Apa yang kurasakan dan Bagas, ternyata keluar dari bibir Tante Marisa. Sejak awal melihat Andrew, aku juga merasa kalau dirinya memiliki kemiripan dengan Mas Bimo. Apa mungkin hal ini hanya kebetulan saja? Aku pernah dengar bahwa manusia memiliki tujuh kembaran tidak sedarah. Atau setidaknya mempunyai orang yang benar-benar mirip dengan dirinya. Menurut sains, hal ini memang sangat mungkin terjadi karena kemiripan susunan genetik yang dimiliki tiap manusia. Itu artinya, aku telah menemukan satu orang yang mirip dengan Mas Bimo. Aku tidak tahu apakah itu fakta atau mitos. Namun, waktu masih duduk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status