Share

Mendadak Dilamar

last update Last Updated: 2023-11-08 16:19:21

***

"Masuk kuburan aja dianjurkan baca salam, masa masuk rumah orang main nyelonong aja," sindir Diandra. "Lagian kenapa kalau tamuku ini lelaki yang bawa anak? Kamu kalau gak tau apa-apa jangan asal nuduh, Lun. Jangan suka menebar fitnah," ucap Diandra lirih namun penuh penekanan.

"Halah, ngaku aja, Di," sahut Aluna. "Dia suami orang kan?"

Aku mengangguk, "Bisa iya, bisa juga tidak," jawab Diandra asal. "Lalu kenapa?"

Aluna bergidik kemudian menyahut, "Hih, tuh kan ... kamu emang perempuan gak bener. Bibit pelakor tuh udah mulai muncul di diri kamu, Diandra." Aluna menggandeng lengan Bibi Melani dan berkata lagi, "Gagal menikah sama Mas Bara bukannya jadi makin baik, ini malah bawa pulang laki orang."

Aluna menatap takut-takut ke arah Birru, sementara pria yang sedang diperhatikan oleh Ibu dan anak itu justru terlihat begitu tenang, bahkan sesekali dia meneguk minuman yang ada di hadapan.

"Kenapa sih, Di, ada apa?" Bu Anis datang bersama Aleetha. "Loh, Lun ... ngapain?"

Aluna mencebik, "Kok ngapain, ya grebek Diandra lah, Budhe!"

"Memang Dian ngapain sampai di grebek?" tanya Bu Anis tak acuh.

"Budhe, Diandra itu sudah bawa masuk laki-laki beristri ke rumah ini. Budhe tau kan apa sebutan yang cocok buat Dian, hah? Pelakor! Anak Budhe itu pelakor!" tuduh Aluna menggebu-gebu. "Masih baik kalau lakinya single, lah ini udah bawa buntut masih aja mau-maunya ...."

"Pelakor?" Ulang Bu Anis. "Itu kan kamu, Lun."

Diandra hampir menyemburkan tawa mendengar ucapan Ibunya.

"Hati-hati ya Budhe kalau bicara ...."

"Jangan sembarangan ya, Mbak, kalau ngomong!" sergah Bibi Melani sengit.

Bu Anis mengedikkan bahu, wanita paruh baya itu tidak perduli dengan raut muka Aluna dan Ibunya yang berubah masam. "Lagian di rumah ini ada Budhe, Lun. Diandra tidak serta merta berduaan sama pria asing, ngapain coba di grebek? Harusnya yang di grebek itu yang booking hotel terus ...."

"Heh, Mbak!" sela Bibi Melani. "Mulutmu lama-lama pedas juga ya," selorohnya kesal. "Aku sama Aluna itu niatnya baik. Kita berdua gak mau kalau sampai Dian itu dicap buruk sama tetangga. Bukannya makasih malah ngomong yang enggak-enggak!"

Bu Anis mengusap kepala Aleetha dan meminta gadis kecil itu duduk di pangkuan Birru.

"Kalau ada yang harus dicap buruk, itu Aluna, bukan Diandra," kata Bu Anis berbisik. "Tetangga belum pada tau kalau anakmu ini hamil, Mel?"

Wajah Bibi Melani memerah, saat bibirnya terbuka hendak menyangkal, Bu Anis lebih dulu berkata, "Kamu dan anakmu boleh merebut Bara dari Diandra. Tapi cukup, aku tidak akan tinggal diam kalau kamu dan Aluna masih saja merecoki hidup anakku, Melani!'

"Mbak Anis, aku kesini itu dengan niat baik. Diandra itu salah, dia sudah bermain api dengan suami orang ...."

"Saya duda," jawab Birru menyela. "Maaf, tapi tuduhan kalian tentang Diandra, itu tidak benar."

Bu Anis bersedekap dada sementara Aluna dan Bibi Melani saling pandang.

"Bohong," desis Aluna. "Jangan ngaku-ngaku Duda cuma buat belain Diandra ya."

Diandra jengah, apalagi ketika melihat tatap mata Aleetha yang seperti ketakutan dengan keributan yang terjadi, terpaksa wanita berusia dua puluh empat tahun itu menyahut, "Dia memang duda, Lun." Diandra turut membenarkan meskipun sebenarnya dia sedikit kurang yakin dengan ucapannya sendiri.

"Hei, anak kecil ... mana ibumu?" Bibi Melani mendelik menatap Aleetha.

"Di surga," jawab Aleetha polos. "Bunda sudah pergi jauh, tapi sebentar lagi Leetha mau punya Bunda baru. Tante Dian mau kan jadi Bunda Leetha?"

Diandra mati kutu mendengar pertanyaan Aleetha, sementara Aluna dan Bibi Melani mulai merasa resah. Keduanya berdiri dengan kikuk mendengar jawaban gadis berusia lima tahun di depannya itu.

"Meskipun dia bukan suami orang, kamu tetap aja gak cocok sama dia. Terlalu tua!" seloroh Bibi Melani tidak mau kalah.

"Lagian yang bilang kalau kami ini pasangan kekasih siapa sih, Bi?" tanya Diandra mulai kesal. "Mereka ini cuma bertamu, main doang kesini. Bibi datang-datang udah main tuduh, ngomel-ngomel gak jelas, bikin ribut malam-malam di rumah orang, segitu gak punya kerjaan kah Bibi sama Aluna, hah?"

Aluna melengos. Niat hati ingin membuat Diandra malu karena sudah membawa pria berusia matang pulang ke rumah, kini justru ia yang dipermalukan oleh Diandra di depan pria asing.

"Kamu itu gak tau terima kasih ...."

"Apa pernah Aluna berterima kasih setelah aku dengan rela melepas Mas Bara?" sela Diandra dongkol. "Apa pernah anak Bibi itu bilang makasih padahal jelas-jelas calon suamiku dia rebut paksa dengan sengaja menghadirkan benih di rahimnya, pernah dia bilang makasih padaku, Bi?"

Dada Diandra membusung. Napasnya tersengal melihat wajah Aluna dan Bibi Melani yang nampak tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Dia bilang aku wanita gak bener, punya bibit pelakor, harus di grebek, lah aku ngapain emang?" tanya Diandra kemudian terkekeh. "Kamu tuh harusnya ngomong sambil berkaca, Lun. Semua yang kamu tuduhkan ke aku, itu lebih cocok kamu ucapkan ke dirimu sendiri. Minimal tau diri lah, Lun." Diandra menarik ujung bibirnya sinis melihat wajah Aluna yang semakin padam.

"Bu, maaf kalau kedatangan saya dan Aleetha bikin Ibu dan Diandra tidak nyaman. Sungguh, saya bertamu karena keinginan Aleetha." Birru menatap Aleetha sebentar sebelum membuang pandang ke arah Bu Anis. "Saya sangat berterima kasih karena kebaikan hati Diandra, anak saya baik-baik saja saat hilang di Alun-alun. Saya kemari semata-mata hanya ingin berterima kasih juga menjalin silaturahim, hanya itu. Jadi mohon maaf, Bu, maaf jika kedatangan saya dan Aleetha menuai keributan."

"Tidak apa-apa, Nak Birru," sahut Bu Anis ramah. "Hanya orang-orang berhati kotor yang mempermasalahkan kedatangan kamu dan Aleetha. Ibu sangat mengenal Diandra, Nak, jadi Ibu sangat percaya kalau dia tidak mungkin berbuat hal-hal kotor apalagi sampai merebut lelaki orang." Bu Anis melirik Aluna yang sedang cemberut menahan kesal.

"Kalian sudah dengar kan penjelasan Nak Birru?" tanya Bu Anis seraya melayangkan tatapan tajam ke arah Aluna dan Bibi Melani. "Jangan samakan putriku dengan anakmu, Mel. Mereka itu dua kepribadian yang berbeda. Kalau kamu masih ingin melihatku bersikap baik, maka mulai detik ini jangan pernah lagi menyibukkan diri dengan mencampuri urusan Diandra. Mengerti kamu?"

Bibi Melani mencak-mencak sebelum akhirnya menarik lengan Aluna dan membawa anak semata wayangnya itu keluar dari rumah Diandra.

"Mas Bara ....?"

Aluna memekik kaget melihat calon suaminya berdiri di depan rumah Diandra.

"Mau ngapain ke ... sini ...."

Bara menerobos masuk tanpa peduli dengan pertanyaan yang Aluna lontarkan.

"Tante, tadi belum jawab pertanyaan Aleetha. Tante mau kan jadi Bundanya Leetha, mau kan?"

Diandra buru-buru mengangguk, sementara kedua mata Bara melotot tajam dan langkah kakinya terhenti begitu saja.

"Mau dong, Sayang. Siapa sih yang gak mau punya anak secantik Aleetha," jawab Diandra seraya tersenyum. Aleetha berjingkrak girang sementara Birru menatap Diandra dengan segaris senyum tipis.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Winarsih_wina
semangat update kak keren ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Digerebek warga

    ***"Ini gapapa kalau Pak ... eh, Mas Birru menginap di rumah, Bu?" Ragu Diandra bertanya pada Bu Anis yang duduk di sebelahnya. "Apa kata tetangga ....""Memang apa kata tetangga, Dian?" sahut Pak Basuki seraya menahan tawa. "La wong kalian saja sudah menikah, bapak yang jadi walinya, kalian menikah juga dinikahkan penghulu, memangnya nanti apa kata tetangga?"Diandra menggaruk alisnya yang tidal gatal. "Entahlah, Pak," jawabnya asal. Birru melirik Diandra lalu menyahut, "Atau saya pulang saja, besok pagi saya jemput ....""Tidak perlu, Le," sela Bu Anis. "Menginap saja, apa yang kamu takutkan, Nak?"Birru mengangguk patuh. Pria berwajah tegas nan tampan itu terlihat begitu tenang, namun siapa yang tahu dalamnya hati seseorang? Perlahan, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. ***"P-- Pak Birru mau ngapain?" Diandra yang bersiap tidur tiba-tiba terduduk dengan sorot mata ketakutan. Birru melongo, namun beberapa detik kemudian pria bertubuh tinggi itu terkekeh lirih. "Saya s

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Mari kondangan

    ***"Saya ....""Kamu mulai ragu karena kedatangan Khansa, Diandra?" tanya Birru menyelidik. "Kenapa, apa karena dia adik Hana? Kamu tidak percaya kalau saya ingin memulai kehidupan dengan orang yang baru? Denganmu?"Diandra menggeleng lemah. Pikirannya berkecamuk bukan karena ragu pada perasaan Birru, hanya saja ... ada sedikit rasa takut mengingat tatapan mata mengerikan yang Khansa lemparkan padanya. Tatapan mata tajam yang seolah-olah berkata, ‘Aku akan menyingkirkan kamu secepatnya.’Dengan berkata ‘setuju’ itu artinya dia harus siap melindungi Aleetha, juga Birru dalam hidupnya. "Saya tidak menaruh hati pada Khansa, Dian," ucap Birru meyakinkan. "Tidak sedikitpun.""Saya percaya, Pak," jawab Diandra nyaris tidak bersuara. "Tapi ...."Birru mengernyit menatap Diandra yang masih saja menggantung pembicaraan. ***Plak ....!Bibi Melani merasakan telapak tangannya panas setelah melayangkan tamparan keras di pipi Bara, calon menantunya. Sementara Aluna, perempuan yang mengenakan dr

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Permintaan Aleetha

    ***"Lun, bagaimana kalau kita menikah setelah kamu melahirkan?"Aluna yang sedang menyeruput minuman dingin di depannya seketika tersedak. "Uhuk ... apa, Mas?" tanya Aluna. "Bisa kamu katakan sekali lagi?"Bara menggaruk rambutnya dengan gusar, "Begini, Lun ....""Kamu mau menikahiku setelah aku melahirkan, begitu?"Bara mengangguk ragu, "Lun, menikah butuh biaya besar, keluargaku dan keluargamu sama-sama ingin pesta meriah untuk pernikahan kita, jadi apa salahnya kita menabung lebih dulu supaya ....""Supaya kamu bisa kembali pada Diandra setelah aku melahirkan, begitu? Supaya kamu tidak perlu repot-repot menikahiku karena sudah tidak ada janin di perutku, iya, Mas?" Aluna mendelik, dadanya naik turun meluapkan emosi. "Pintar ya kamu!" sindir Aluna kemudian tertawa sumbang. "Bukan seperti itu, Lun ....""Lalu seperti apa?" bentak Aluna menyela. "Kamu mau aku menanggung malu ini seorang diri, hah?" Air mata Aluna berkejaran luruh membasahi pipi. "Aku hamil anak kamu, Mas, tega seka

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Saingan Baru

    ***"Pikirkan baik-baik perkataan Ibu, Birru." Bu Mirna berbicara sambil melirik sinis ke arah Diandra. "Kamu boleh menikahi wanita lain, tapi jangan harap Aleetha akan hidup bersamamu."Birru membuang muka seraya menghela napas kasar. "Kita bahas ini setelah Aleetha sembuh total ya, Bu," ucapnya jengah. "Tidak bisa," sahut Bu Mirna. "Ibu butuh kepastian. Sekarang katakan di depan kami semua, kamu lebih memilih perempuan ini atau memilih Aleetha.""Bu, ini keterlaluan ....""Keterlaluan?" Ulang Bu Mirna. "Ibu hanya ingin memastikan keadaan Aleetha baik-baik saja. Ibu tidak mau tidak punya Mama tiri yang tidak jelas asal-usulnya.""Diandra punya orang tua," sergah Birru sambil menahan geram. "Dia perempuan baik, santun, dan bahkan Aleetha sendiri lah yang memintanya untuk menjadi Ibu sambung. Ini semua kemauan Aleetha, Bu!""Cukup, Birru!" bentak Bu Mirna. "Jangan mengkambinghitamkan cucuku!"Deru napas Birru memburu. Emosinya hampir tidak bisa dikendalikan mendengar penolakan Bu Mirn

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Ancaman

    ***"Ibu datang hanya untuk membahas masalah ini?" tanya Birru dengan kening mengernyit. "Aleetha terbaring tidak berdaya di dalam, dan Ibu datang hanya untuk mencaci keputusan yang saya buat?"Bu Mirna gelagapan, wanita paruh baya itu sempat membuang muka kemudian menatap kedua mata Birru yang masih menyisakan basah. "Ibu-- Ibu hanya terbawa emosi, Birru. Kamu bahkan memutuskan ini semua tanpa persetujuan Ibu," elak Bu Marni parau. "Meskipun Hana sudah tiada, tapi ada Aleetha diantara kalian, Ibu gak bisa membayangkan bagaimana hancurnya dia jika nanti diasuh oleh wanita asing."Birru menelisik wajah Diandra yang semakin tenggelam menatap lantai Rumah Sakit. Sepuluh jemari perempuannya itu saling bertaut. Birru bisa melihat dengan jelas jika Diandra sedang gemetar hebat saat ini."Kamu sudah berjanji tidak akan menikahi siapapun setelah kepergian Hana, Nak. Tapi apa yang Ibu dengar, hah? Ini kabar buruk, Ibu mendengar kabar yang teramat menyakitkan bagi Ibu, dan kamu tau ... Hana pas

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Rintangan lain

    ***"Nih, lihat, Lun!"Diandra yang hendak memasuki mobil seketika menoleh. "Ada apa, Bi?" tanyanya kebingungan. Aluna geleng-geleng melihat Diandra, kemudian bertanya, "Dia calon mertua kamu?"Melihat ada hal yang kurang beres, Pak Ranajaya keluar dan mendekati Diandra yang nampak jengah. "Saya Ranajaya, calon mertua Diandra." Pria paruh baya itu mengulurkan tangan dan disambut kikuk oleh Aluna juga Bibi Melani. "Emang ada calon mertua dan calon menantu sedekat ini?" sindir Aluna. "Jangan-jangan kamu main-main sama keduanya ....""Aku bukan kamu, Lun," sela Diandra sengit. "Halah, ngaku aja! Aku sama Papanya Mas Bara aja gak sedekat ini loh, kita masih ada jarak," sahut Aluna membanggakan diri. "Jaman sekarang main sama anak dan Bapaknya itu udah lumrah, udahlah, ngaku aja!""Astaghfirullah, Aluna!" teriak Bu Anis dari ambang pintu. "Apa sih, Budhe, teriak-teriak, aku gak budek!" gerutu Aluna kesal. "Kamu jangan keterlaluan ya, Lun ...." Bu Anis menuding wajah Aluna dengan telu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status