Share

Mendadak Dilamar

***

"Masuk kuburan aja dianjurkan baca salam, masa masuk rumah orang main nyelonong aja," sindir Diandra. "Lagian kenapa kalau tamuku ini lelaki yang bawa anak? Kamu kalau gak tau apa-apa jangan asal nuduh, Lun. Jangan suka menebar fitnah," ucap Diandra lirih namun penuh penekanan.

"Halah, ngaku aja, Di," sahut Aluna. "Dia suami orang kan?"

Aku mengangguk, "Bisa iya, bisa juga tidak," jawab Diandra asal. "Lalu kenapa?"

Aluna bergidik kemudian menyahut, "Hih, tuh kan ... kamu emang perempuan gak bener. Bibit pelakor tuh udah mulai muncul di diri kamu, Diandra." Aluna menggandeng lengan Bibi Melani dan berkata lagi, "Gagal menikah sama Mas Bara bukannya jadi makin baik, ini malah bawa pulang laki orang."

Aluna menatap takut-takut ke arah Birru, sementara pria yang sedang diperhatikan oleh Ibu dan anak itu justru terlihat begitu tenang, bahkan sesekali dia meneguk minuman yang ada di hadapan.

"Kenapa sih, Di, ada apa?" Bu Anis datang bersama Aleetha. "Loh, Lun ... ngapain?"

Aluna mencebik, "Kok ngapain, ya grebek Diandra lah, Budhe!"

"Memang Dian ngapain sampai di grebek?" tanya Bu Anis tak acuh.

"Budhe, Diandra itu sudah bawa masuk laki-laki beristri ke rumah ini. Budhe tau kan apa sebutan yang cocok buat Dian, hah? Pelakor! Anak Budhe itu pelakor!" tuduh Aluna menggebu-gebu. "Masih baik kalau lakinya single, lah ini udah bawa buntut masih aja mau-maunya ...."

"Pelakor?" Ulang Bu Anis. "Itu kan kamu, Lun."

Diandra hampir menyemburkan tawa mendengar ucapan Ibunya.

"Hati-hati ya Budhe kalau bicara ...."

"Jangan sembarangan ya, Mbak, kalau ngomong!" sergah Bibi Melani sengit.

Bu Anis mengedikkan bahu, wanita paruh baya itu tidak perduli dengan raut muka Aluna dan Ibunya yang berubah masam. "Lagian di rumah ini ada Budhe, Lun. Diandra tidak serta merta berduaan sama pria asing, ngapain coba di grebek? Harusnya yang di grebek itu yang booking hotel terus ...."

"Heh, Mbak!" sela Bibi Melani. "Mulutmu lama-lama pedas juga ya," selorohnya kesal. "Aku sama Aluna itu niatnya baik. Kita berdua gak mau kalau sampai Dian itu dicap buruk sama tetangga. Bukannya makasih malah ngomong yang enggak-enggak!"

Bu Anis mengusap kepala Aleetha dan meminta gadis kecil itu duduk di pangkuan Birru.

"Kalau ada yang harus dicap buruk, itu Aluna, bukan Diandra," kata Bu Anis berbisik. "Tetangga belum pada tau kalau anakmu ini hamil, Mel?"

Wajah Bibi Melani memerah, saat bibirnya terbuka hendak menyangkal, Bu Anis lebih dulu berkata, "Kamu dan anakmu boleh merebut Bara dari Diandra. Tapi cukup, aku tidak akan tinggal diam kalau kamu dan Aluna masih saja merecoki hidup anakku, Melani!'

"Mbak Anis, aku kesini itu dengan niat baik. Diandra itu salah, dia sudah bermain api dengan suami orang ...."

"Saya duda," jawab Birru menyela. "Maaf, tapi tuduhan kalian tentang Diandra, itu tidak benar."

Bu Anis bersedekap dada sementara Aluna dan Bibi Melani saling pandang.

"Bohong," desis Aluna. "Jangan ngaku-ngaku Duda cuma buat belain Diandra ya."

Diandra jengah, apalagi ketika melihat tatap mata Aleetha yang seperti ketakutan dengan keributan yang terjadi, terpaksa wanita berusia dua puluh empat tahun itu menyahut, "Dia memang duda, Lun." Diandra turut membenarkan meskipun sebenarnya dia sedikit kurang yakin dengan ucapannya sendiri.

"Hei, anak kecil ... mana ibumu?" Bibi Melani mendelik menatap Aleetha.

"Di surga," jawab Aleetha polos. "Bunda sudah pergi jauh, tapi sebentar lagi Leetha mau punya Bunda baru. Tante Dian mau kan jadi Bunda Leetha?"

Diandra mati kutu mendengar pertanyaan Aleetha, sementara Aluna dan Bibi Melani mulai merasa resah. Keduanya berdiri dengan kikuk mendengar jawaban gadis berusia lima tahun di depannya itu.

"Meskipun dia bukan suami orang, kamu tetap aja gak cocok sama dia. Terlalu tua!" seloroh Bibi Melani tidak mau kalah.

"Lagian yang bilang kalau kami ini pasangan kekasih siapa sih, Bi?" tanya Diandra mulai kesal. "Mereka ini cuma bertamu, main doang kesini. Bibi datang-datang udah main tuduh, ngomel-ngomel gak jelas, bikin ribut malam-malam di rumah orang, segitu gak punya kerjaan kah Bibi sama Aluna, hah?"

Aluna melengos. Niat hati ingin membuat Diandra malu karena sudah membawa pria berusia matang pulang ke rumah, kini justru ia yang dipermalukan oleh Diandra di depan pria asing.

"Kamu itu gak tau terima kasih ...."

"Apa pernah Aluna berterima kasih setelah aku dengan rela melepas Mas Bara?" sela Diandra dongkol. "Apa pernah anak Bibi itu bilang makasih padahal jelas-jelas calon suamiku dia rebut paksa dengan sengaja menghadirkan benih di rahimnya, pernah dia bilang makasih padaku, Bi?"

Dada Diandra membusung. Napasnya tersengal melihat wajah Aluna dan Bibi Melani yang nampak tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Dia bilang aku wanita gak bener, punya bibit pelakor, harus di grebek, lah aku ngapain emang?" tanya Diandra kemudian terkekeh. "Kamu tuh harusnya ngomong sambil berkaca, Lun. Semua yang kamu tuduhkan ke aku, itu lebih cocok kamu ucapkan ke dirimu sendiri. Minimal tau diri lah, Lun." Diandra menarik ujung bibirnya sinis melihat wajah Aluna yang semakin padam.

"Bu, maaf kalau kedatangan saya dan Aleetha bikin Ibu dan Diandra tidak nyaman. Sungguh, saya bertamu karena keinginan Aleetha." Birru menatap Aleetha sebentar sebelum membuang pandang ke arah Bu Anis. "Saya sangat berterima kasih karena kebaikan hati Diandra, anak saya baik-baik saja saat hilang di Alun-alun. Saya kemari semata-mata hanya ingin berterima kasih juga menjalin silaturahim, hanya itu. Jadi mohon maaf, Bu, maaf jika kedatangan saya dan Aleetha menuai keributan."

"Tidak apa-apa, Nak Birru," sahut Bu Anis ramah. "Hanya orang-orang berhati kotor yang mempermasalahkan kedatangan kamu dan Aleetha. Ibu sangat mengenal Diandra, Nak, jadi Ibu sangat percaya kalau dia tidak mungkin berbuat hal-hal kotor apalagi sampai merebut lelaki orang." Bu Anis melirik Aluna yang sedang cemberut menahan kesal.

"Kalian sudah dengar kan penjelasan Nak Birru?" tanya Bu Anis seraya melayangkan tatapan tajam ke arah Aluna dan Bibi Melani. "Jangan samakan putriku dengan anakmu, Mel. Mereka itu dua kepribadian yang berbeda. Kalau kamu masih ingin melihatku bersikap baik, maka mulai detik ini jangan pernah lagi menyibukkan diri dengan mencampuri urusan Diandra. Mengerti kamu?"

Bibi Melani mencak-mencak sebelum akhirnya menarik lengan Aluna dan membawa anak semata wayangnya itu keluar dari rumah Diandra.

"Mas Bara ....?"

Aluna memekik kaget melihat calon suaminya berdiri di depan rumah Diandra.

"Mau ngapain ke ... sini ...."

Bara menerobos masuk tanpa peduli dengan pertanyaan yang Aluna lontarkan.

"Tante, tadi belum jawab pertanyaan Aleetha. Tante mau kan jadi Bundanya Leetha, mau kan?"

Diandra buru-buru mengangguk, sementara kedua mata Bara melotot tajam dan langkah kakinya terhenti begitu saja.

"Mau dong, Sayang. Siapa sih yang gak mau punya anak secantik Aleetha," jawab Diandra seraya tersenyum. Aleetha berjingkrak girang sementara Birru menatap Diandra dengan segaris senyum tipis.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Winarsih_wina
semangat update kak keren ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status