Share

DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU
DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU
Penulis: Yanikdwilestari

1. Hajatan tetangga

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-31 10:39:07

"Pah, aku pergi dulu ke rumah Bu Ani. Mau bantu-bantu buat persiapan hajatan putrinya."

"Lah kok Mama bisa diundang? Kan kita baru seminggu disini?" Ucap suamiku kebingungan

"Iya Pa,  tadi Bu Rusmi kesini. Memang undangnya via lisan Pa."

"Oh yaudah Ma kalau gitu hati-hati." 

Akupun menyalami tangan suamiku sebelum pergi.

"Ma!" 

Aku terhenti saat suamiku meamanggilku kembali. Dan berbalik arah mengahadapnya.

"Kenapa pakai daster sih? Pakai baju yang lainya aja."

"Gak papa Pa, lagian juga cuman bantu-bantu didapur. Toh ini juga daster mahal. Gak kalah bagus dengan gamis milk ku. Lagian juga sopan Pa." 

Suamiku pun mengangguk tanda setuju. Memang aku berangkat hanya menggunakan daster berlengan panjang, dan memadukan nya dengan kerudung panjang sampai menutup dada.

"Asslamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

Kubuka pintu rumah ku dan berjalan ke rumah Bu Ani. Karena memang jarak rumah ku dengannya hanya berjarak lima rumah saja.

Ditengah jalan, akupun bertemu dengan Bu Rusmi yang juga sedang berjalan kerumah Bu Ani.

Sesampainya dirumah Bu Ani, kita berdua pun dipersilahkan masuk kedalam dapur. Tampak Ibu-Ibu komplek yang lainya sudah datang lebih dulu. 

"Pembantu baru ya Bu..." Tampak Ibu berkerudung kuning ini mengajak ku bicara basa-basi

Degh!!!

Mendengar ucapanya mendadak dada ku bergemuruh hebat. Bagaimana bisa dia mengira aku seorang pembantu?

"Huuus, kalau ngomong diatur toh Bu. Mbak Dina ini warga baru disini. Tuh yang nempatin rumah kosong depan rumah ku, Bu Sri." Jelas Bu Rusmi pada wanita yang bernama Sri itu

"Ooh kirain pembantu. Soalnya baju nya kayak gitu sih, persis gembel. Pfft! Maaf lo Bu." Ucap Bu Sri menghinaku.

Akupun hanya tersenyum kecut membalas ucapanya.

"Oh ya, sudah berapa lama disini?" 

"Iya Bu, baru seminggu disini." Balasku sambil tersenyum

"Ooh tapi kok tak pernah lihat ya."

"Iya Bu, karena saya kerja. Jadi jarang keluar rumah. Pulang-pulang sudah capek mau istirahat."

Entah kenapa kesan pertamaku kenal dengan Bu Sri sangat buruk. Sepertinya beliau tipe orang yang suka merendahkan orang lain.

"Lah suamimu kerja apa? Kok kamu sampai ikut-ikut kerja segala?" Tanya wanita yang juga duduk disamping Bu Sri

"Suami saya cuman pegawai pabrik biasa Bu."

"Pantesan,  wong cuman istri buruh. Ya mana bisa beli baju bagus toh Bu, Bu. Makanya pakaian yang dia punya cuman daster kumal begitu." Ucap Bu Sri sinis tanpa menoleh kearah ku.

Kulihat Ibu itu ikut mengangguk meng-iyakan ucapan Bu Sri.

Aku yang sedari kesal mendengar ucapanya hanya bisa diam. Percuma juga meladeni Emak-Emak kurang kerjaan.

Mungkin jika mereka tau siapa aku sebenarnya, pasti mereka akan jantungan. Tak sanggup menerima kenyataan yang ada bahwa aku seorang direktur perusahaan, walaupun aku seorang perempuan.

Aku pindah kedaerah ini juga karena terpaksa. Sebab, aku harus mengurus dari awal perusahaan ku yang baru aku buka beberapa bulan ini.

Aku memang sengaja memilih rumah ini. Karena rumah ini sangat dekat dengan perusahaan ku. Sehingga aku tak perlu berangkat naik mobil dan bermacet-macet tan dijalan. 

Cukup dengan mengendarai sepeda motor sepuluh menit saja, aku sudah smpai diperusahaan ku.

Apalagi, aku disini hanya beberapa bulan saja. Jadi tak perlu menyewa rumah yang mahal-mahal. Meskipun aku kaya raya, tapi aku tak suka menghamburkan uangku untuk seseuatu yang tak penting.

****

Seusai membantu, aku besarta Ibu-Ibu yang lainya pulang kembali kerumah. Tak lupa Bu Ani memberikan sedikit bingkisan untuk kami dan mengucapkan terimakasih. 

Aku pun berjalan pulang bersama Bu Rusmi lagi. Tapi nasib sial menghampiriku kembali. Baru keluar rumah, tanpa sengaja daster yang ku kenakan mengenai paku yang ada di pagar rumah Bu Ani.

Sruuuuaghh!!!

Sontak saja daster ku langsung sobek dan membuat Ibu-Ibu yang sedang berjalan dibelakang ku tertawa dengan sedikit mencibir 

"Makanya Bu, kalau daster sudah lapuk itu mbok ya jangan dipakai. Uda malu-maluin, eeh malah kecantol paku lagi."

Tanpa melihat kebelakang, akupun teteap berjalan sambil memegangi bagian daster kesayangan ku yang sobek. 

Sesekali terdengar suara tawa dan cibiran dari mulut mereka. Bu Rusmi yang berjalan disampingku, hanya bisa mengelus lembut lenganku agar aku tak terbawa emosi oleh ulah Ibu-Ibu komplek itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aminudin Yuli
kelihatannya cerita menarik
goodnovel comment avatar
Amal Eka
cerita yang menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   63. ending

    Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   62. pindahan

    "uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   61. kena razia di hotel

    Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   60. bahan gosipan

    Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   59. keputusan

    Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   58. akibat kedatangan Bu Sri ke rumah

    Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status