Share

2. betis mulus

Jangan lupa like, komen dan subscribe ceritaku ini ya. Dan jangan lupa juga subscribe cerita ku yang lainya

Terimakasih dan happy reading...

****

Aku yang dari awal sudah emosi ditambah makin emosi dengan kejadian memalukan ini. Membuat ku berjalan lebih cepat sambil mengangkat sedikit daster ku, sampai terlihat betisku yang putih, mulus dan kinclong.

Hingga terdengar celetukan dari seorang Ibu dibelakang ku.

"Waduh, betisnya bening amat ya, mulus lagi kayak kaki manekin ditoko-toko baju itu." 

"Halah, palingan itu juga pakai uang bulanan dia kali Bu. Makanya uang nya habis cuman buat perawatan. Sampai-sampai gak bisa beli baju yang bagusan dikit." Samar-samar terdengar suara wanita yang ku kenal

Siapa lagi kalau bukan suara Bu Sri tetangga rumah yang super julid.

"Bisa jadi sih Bu, tapi bisa mulus gitu ya. Gak kayak kaki Bu Sri yang korengan. Eh maaf Bu keceplosan. Hehehe"

Jleb!!!

Terdengar suara tertawa Ibu-Ibu yang lainya. Aku yang mendengar ucapan itu pun rasanya juga ingin tertawa. Tapi harus kutahan demi image baik dimata mereka.

Mungkin jika aku melihat, pasti ekspresi wajah Bu Sri memerah menahan amarah atau bahkan menahan malu karena ditertawakan oleh teman-temanya.

Lagian, jelas saja kaki ku mulus. Orang biaya perawatan ku dari ujung rambut sampai ujung kaki mungkin dua kali lebih mahal dari biaya bulanan dapur mereka.

Secara aku kan orang kaya, hehehe.

Setelah beberapa meter, akupun sampai juga didepan rumah dan berpisah dengan Bu Rusmi.

"Oh ya Bu Din, sampai lupa. Nanti malem jangan lupa ikut pengajian rutin malam minggu dimasjid ya, ajak sekalian Pak Ferdi ikut. Ba'da isyak pengajianya dimulai." Ucap Bu Rusmi mengingatkan ku sebelum membuka pintu pagar rumahnya 

"Makasih ya Bu, uda diberi tau. Insyaallah nanti saya datang sama suami. Kalau gitu saya permisi dulu."

Akupun segera berlalu memasuki rumah dengan wajah masam. Terlihat Mas Ferdi sedang duduk diteras rumah sambil membaca majalah dan minum jus jeruk kesukaanya.

"Tuh muka kenapa masam amat sih Ma? Lagian ngapain juga pakek jinjing-jinjing daster segala?" Tanya suamiku heran

Segera kusambar jus jeruk yang ada diatas meja dan duduk dikursi sebelah Mas ferdi sambil meminum jusnya hingga tersisa sedikit.

Aaah rasanya hatiku sedikit adem

"Hei hei hei, itu haus atau doyan sih? Mana sampek abis lagi." 

"Lagi sebel tau gak Pa. Nih lihat!" Ucapku manyun sambil memperlihatkan daster ku yang sobek.

"Hahahah ya ampun, kok bisa sih Ma?"

"Mana ku tau, lagian nih ya Pa. Gara-gara daster ini, masak Mama disangka pembantu. Asem banget kan? Lagian mana ada pembantu secantik dan seglowing Mama." Ucapku yang masih berapi-api

"Ppfft!! Masak sih Ma." 

"Yee dibilangin malah gak percaya. Mana diketawain pula."

"Ya habis Mama lucu sih, kan tadi Papa uda ingetin Mama buat ganti baju."

"Mama pikir kan cuman bantu-bantu didapur aja Pa, ngapain juga harus pakek baju bagus segala. Eeh malah dikatain pembantu."

"Seumur-umur baru kali ini deh Pa, Mama dihina sama orang. Papa tau, mana yang hina Mama mukanya kayak ondel-ondel lagi. Masih mending ondel-ondel sih kalau kata Mama." 

Akupun jadi merasa tergelitik membayangkan wajah Bu Sri yang memang mirip ondel-ondel karena riasan wajahnya yang berlebihan. Sebenarnya aku memaklumi, karena memang beliau juga sudah berumur. Ditambah kurang tau soal fasion.

"Sabar Ma, sabar..." Kata Mas Ferdi sambil mengelus lembut punggungku.

"Oh ya Ma, emang dirumah Bu Ani gak ada acara resepsian apa ya? Kok sepi banget rumahnya. Biasanya kan kalo ada orang nikahan pasti didepan rumahnya ada tenda pelaminan?"

"Gak paham juga sih Pa, tapi tadi denger-denger katanya cuman nikah sirih aja. Soalnya anaknya cuman jadi istri simpenan."

"Hah! Mama serius."

"Mmm gak tau juga Pa. Tapi tadi Ibu-Ibu bilangnya gitu sih. Tuh buktinya juga gak ada acara apa-apa kan?" Kataku sambil menunjuk rumah Bu Ani dengan dagu.

"Lagian malu juga Pa, uda dinikah siri, jadi istri simpanan pula. Masa iya mau adain resepsian. Yasudah Pa, Mama mau sekalian mandi ganti baju. Lagian uda sore juga. Oh ya nanti malam kita ikut pengajian dimasjid depan komplek ya Pa."

"Boleh Ma, biar sekalian Papa kenalan sama Bapak-bapak yang lainya dikomplek ini."

Akupun mengangguk menjawab ucapan Mas Ferdi. Setelah itu aku berdiri dan melangkahkan kaki masuk kedalam rumah.

*****

Sejak aku membuka cabang baru, Mas Ferdi yang seorang bisnis man, ikut menemaniku . Karena biasanya dia sibuk menjalankan bisnisnya diluar negeri.

Jadi aku jarang sekali bertemu denganya. Mungkin itulah yang membuat aku dan Mas Ferdi belum memiliki keturunan hingga diumur dua tahun pernikahan.

Bukan karena kita bermasalah atau tidak subur, cuman memang karena waktu bertemu yang kurang. Tapi untuk beberapa bulan kedepan, Mas Ferdi menyempatkan untuk menemani dan membantuku mengelola cabang baru perusahaanku.

Sekalian, untuk program memiliki momongan yang sudah lama kita impikan. Maka dari itu, selama Mas Ferdi disini aku tak mencari art. Karena aku ingin sekali melayani Mas Ferdi dengan tanganku sendiri.

Karena memang selama ini, kebutuhan Mas Ferdi selalu disiapkan oleh Bik Asih, art dirumah ku yang megah bak istana.

Sedangkan disini, kita hanya hidup berdua tanpa art. Mungkin, nanti aku akan mencari saat merasa capek dan kuwalahan dengan seabrek pekerjaan rumah yang memang tak pernah sekalipun kulakukan.

Tapi untuk seminggu ini, semua masih berjalan aman tanpa kendala. Kalaupun ada kendala, aku hanya perlu menelpon ajudan ku untuk mencarikan art sementara disini, hehehe.

Semoga saja, allah memberikan kado terindah untuk ku dan Mas Ferdi selama kita disini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status