Share

5. gara-gara es cendol

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-31 10:42:30

Kukuruyuuuuk!!!

Terdengar suara yam jago menyapa alam. Kini aku dan Mas Ferdi sudah bersiap untuk jalan-jalan dengan menakai celana training dan sepatu olahraga.

Karena memang setiap minggu pagi, aku menyempatkan waktu berolahraga bersama Mas Ferdi saat kita berdua bisa bertemu. Ya meskipun kadang hanya berjalan santai mengelilingi komplek rumah ku sendiri.

Atau juga sekedar bersepeda ria dijalan besar dan pulangnya biasa kita andok makanan pecel khas madiun favorit Mas Ferdi.

Tapi kali ini, kita akan berolahraga dan jakan santai ditaman komplek baru ku ini.

"Yuuk Ma..." Ajak Mas Ferdi

"Bentar Mas, aku kunci pintu rumah dulu."

Setelah rumah ku kunci, aku dan Mas Ferdi berjalan keluar rumah menuju taman komplek. Aku lupa membawa sepeda ku ke rumah baru ku ini. Jadi terpaksa kita berjalan kaki.

Itung-itung juga olahraga. Nampak ditaman sudah ramai orang-orang yang ikut senam aerobik yang dipandu oleh pelatih senam berpakaian super ketat tersebut.

Sehingga menampak kan lekuk tubuh yang indah dam atletis.

"Lo Bu Din, gak ikut senam sekalian?"

Aku dan Mas Ferdi refelek menoleh ke arah suara tersebut

Sial sial dan sial

Itulah yang kuucapkan pertama kali dalam hatiku. Kenapa setiap hari harus bertemu wajah Bu Sri and the gank, tetangga yang ku benci. Yang kini berdiri disamping Bu Elis.

"Eeh Bu Elis, enggak Bu disini aja. Gak suka senam juga soalnya. Lagian, sekalian jagain Mas Ferdi biar gak dicuri orang, hehehe." Ucapku sambi tersenyum ramah ke arah Bu Elis

Ingat, hanya untuk Bu Elis ya, bukan untuk yang dibelah Bu Elis.

"Hahahah Bu Dina ini bisa saja bercandanya."

"Lagian siapa juga yang mau gondol lelaki kayak gitu. Meskipun ganteng tapi sayang miskin."

"Huuus, Bu Sri kalau bicara jangan ngawur donk."

Aku melihat ekspresi Mas Ferdi yang melongo mendengar ucapan Bu Sri yang ceplas ceplos. Membuat ku ingin tertawa, tak kuasa melihat dia terpukau oleh pesona mulut Bu Sri

"Lah iya bener toh Bu El, lagian disini juga banyak kok anak-anak tetangga kita yang ganteng-ganteng, tajir lagi." Ucap Bu Sri melengos melihat kearah ku dan Mas Ferdi.

"Sudah, sudah. Kalau gitu saya pamit ikut senam dulu ya Bu Din." Kata Bu Elis smabil mebgibaskan tanganya, menyuruh Bu Sri untuk diam.

"Oh iya Bu Elis, silahkan."

Setelah melihat kepergian mereka, aku oun tertawa sepuas-puasnya. 

"Kok ketawa sih Ma? Emang ada yang lucu ya?"

"Uda biasa aja kali ekspresinya Pa." Kataku sambil menyikut lengan Mas Ferdi.

"Seriusan, baru kali ini Papa kihat orang unik kayak Ibu-Ibu tadi."

"Lah ya itu, Bu Sri. Yang Mama ceritain tadi malam ke Papa." Balasku sambil menunjukNya dengan daguku

Mas Ferdi pun tampak geleng-geleng mendengar ucapanku.

"Uda gak usah digubris Pa. Namaynya juga otak kurang se-ons. Jadinya ya kayak gitu itu."

"Hahaha bisa aja kamu tuh Ma." Ucap Mas Ferdi sambil mengusuk pelan kepalaku yang tebungkus jilbab instan favoritku.

"Yuuk jalan lagi!"

Terdengar alunan musik beat yang mengiringi senam. Terlihat beberapa Ibu-Ibu dan para muda-mudi yang ikut senam sudah nampak berkeringat tapi tetap bersemangat.

Sedangkan aku dan Mas Ferdi lebih memilih jalan santai mengelilingi taman hingga beberapa putaran. Yang disuguhi dengan pemandangan beberapa pedang kecil yang sudah mangkal disini mengaus rejeki sebelum orang-orang datang.

Karena memang khusus hari minggu, para pedagang kecil diperbolehkan memasuki taman komplek menjajakan jualanya. Mulai dari makanan, minuman sampai jualan baju dan tas yang dijajakan dipinggir jalan.

Apalagi, kulihat warga komplek perumahan ini termasuk orang-orang kaya yang konsumtif. Yaa walaupun tak sekaya diriku yang low profile ini. Hihihi

"Pa, beli es cendol dulu yuk. Mana haus nih, lagian tadi lupa gak bawa minum dari rumah."

"Yaudah ayok Ma. Sekalian Papa juga pingin beli pentol."

Kita berdua pun berjalan kearah penjual es cendol. Senam pagi ini selesai, kulihat mereka sedang ngasoh sambil mengelap keringat yang keluar membasahi tubuh.

"Bang, es cendolnya dua ya!"

Ucapku pada tukang cendol yang langsung sigap melayani.

"Papa sekalian beli pentol dulu Ma."

Akupun mengangguk, dan melihat Mas Ferdi melipur kesamping penjual pentol.

"Ini Bu, es cendolnya."

"Makasih ya Bang." Akupun yang sedari duduk langsung berdiri mengambil es cendol dari tangan abangnya.

Tapi belum sempat aku menerima gelas, sesorang menyerobot dan mengambil gelas cendol pesananku.

"Aku dulu Mas, uda haus banget nih gara-gar abis senam tadi."

"Heh Bu Sri, ini pesanan saya. Enak saja asal serobot." Ucapku ketus

"Halah, kamu kan bisa nunggu lagi." Ucapnya tak kalah sewot padaku

"Gak bisa gitu dong. Ya BuSri aja yang nunggu lagi." Segera ku ambil dua gelas es cendol pesananku

"Dasar, gak pernah dididik orang tuanya buat ngalah sama orang tua apa ya. Ya maklum sih, namanya juga orang susah. Mana bisa ndidik anak hingga bener. Wong waktunya aja habis buat kerja tapi hasil seuprit."

Aku yang sedang meminum es cendol merasa meradang mendengarkan ucapanya. Tanpa sadar aku menyiramkan es cendol Mas Ferdi kearah Bu Sri

"Oooi tetangga sialan...." Teriaknya yang kutinggal begitu saja tanpa rasa bersalah

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   63. ending

    Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   62. pindahan

    "uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   61. kena razia di hotel

    Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   60. bahan gosipan

    Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   59. keputusan

    Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   58. akibat kedatangan Bu Sri ke rumah

    Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status