Bu Sri pun berteriak seperti orang kesetanan hanya karna ku siram cendol ke bajunya.
Mas Ferdi yang melihat juga ikut kaget dan menghampiriku yang memang berjalan kearahnya.Begitupula Ibu-ibu lain yang ada disana. Langsung ikut berlari menghampiri Bu Sri yang terus saja meracau."Bayar cendolnya Pa. Aku males kalau ketemu orang gila itu lagi." Ucapku mendengkus kesal"Iya Ma, sabar ya..."Mas Ferdi pun berjalan kembali ketukang cendol, sedangkan aku menunggu ditempat yang lain.Disitu, ibu-ibu geng nya ikut membantu BuSri membersihkan bajunya. Kulihat mereka juga ikut mencibirku.Aaah masa bodoh, yang penting hatiku puas."Bilangin sama istri kamu. Jadi orang tuh yang punya sopan santun. Jangan kayak orang gak berpendidikan. Nih lihat, baju mahal ku jadi kotor."Saat Mas Ferdi datang membayar cendol ku"Iya saya minta maaf atas kelaluan istri saya Bu.""Emang nya maafmu bisa bersihin bajuku yang kotor ini?""Sudah cukup Bu, anda jangan banyak omong. Bisa-bisa saya beli tuh mulut. Makanya Ibu juga sebagai orang tua juga harusnya bisa jaga mulut, jangan asal nyerocos aja. Untung-untungan istri saya gak sampai meremas mulut Ibu yang nyinyir." Mas Ferdi terlihat juga sangat marah dengan kelakuan Bu SriBagaimana dia tidak marah, karena eeumur-umur dia tidak pernah melihat istrinya direndahkan orang, apa lagi sampai dihina habis-habisan.Bu Sri pun yang nendengar teguran Mas Ferdi hanya diam dan melotot ke arahnya. Mungkin, Bu Sri takut dengan Mas Ferdi."Ibu dengar, sekali lagi saya lihat Ibu menghina istri saya, saya gak bakalan tinggal diam."Mas Ferdi pun langsung berjalan meninggalkan BuSri dan mengajak ku balik.*****"Kita pindah rumah aja Ma. Papa gak tega kalau Mama harus berhadapan sama orang tua gila itu.""Gak papa Pa, biarin aja. Tadi Mama kesulut emosi gara-gara dia menghina Mami dan Papi."Mami dan Papi adalah panggilan untuk kedua orang tuaku. Mas Ferdi pun mengernyitkan dahinya kwrena tak mengerti maksut perkataan ku."Gimana g sebel Pa, masak dia bilang orang tuaku gak bisa ngajari sopan santun sama aku. Padahal jelas-jelas dia sendiri yang salah. Yaidah reflek deh Mama siram tuh cendol ke arah nya.""Pppfttt... Emang rada-rada tu orang Ma."Drrrrt..... Drrrrt.... Drrrrt!!!Dari tadi terdengar bunyi pangilan masuk dari Mas Ferdi. Diapun Segera mengambil dan menerima telepon dari Rudi, kaki tangan Mas Ferdi yang iya tugaskan untuk mengawasi perusahaan selama Mas Ferdi diluar negri atau pun disini bersamaku."Ya Rud, ada apa?""Oh ya? Kapan mereka akan datang kesini?""Oke besok pagi aku terbang kesana, dan tinggal disana selama beberapa hari. Tolong siapkan hotel dan keperluan untuk menjemputku besok dibandara."Kemudiaas Ferdi pun mematikan teleponya."Kenapa Mas?" Tanya ku menghampirinya dan bergelayut manja dipundaknya"Besok aku mau terbang ke riau Ma. Besok investor mau datang kerja sama dengan kita.""Ck, aku ditinggal dong." Ucapku yang pura-pura cemberut"Maaf ya sayang, cuman 3 hari kok. Beosk senin ikut antar Papa ke bandara ya?.""Iya Pa. Jangan lama-lama disana!"Akupun melanjutkan sarapan bersama Mas Ferdi. Hari ini memang sengaja aku tak masak dan memesan makanan dari aplikasi g*jek yang ku pesan saat perjalanan pulang dari taman komplek tadi."Oh ya Ma, kayaknya mending Mam cari Art aja deh. Biar bisa nemenin Mama pas Papa lagi luar kota nanti."Ucap Mas Ferdi disela-sela sarapan kita.Benar sekali ucapan Mas Ferdi, alu sudah mulai merasa pegal-pegal menjalankan rutinitas rumah tangga walau pun baru beberrapa hari ini ku lakoni."Iya Pa kamu bener juga.""Mau dipanggilkan Bik Asih kemari? Biar nanti Mang Asep yang anterin."Mang Asep adalah sopir pribadi ku dan Mas Ferdi dirumah. Tapi selama kami disini, aku menyuruh Mang Asep membantu Bik Asih bekerja dirumah sebagai tukang kebun.Karena disini aku sudah ada sopir pribadi dari perusahaan."Gak usah deh Pa. Nanti sapa yang urus rumah kalau Bik Asih kemari?""Lagian juga Art nya cuman buat beberapa bulan kedepan kan?" Kataku kembali"Terus Mama maunya gimana?"Aku pun berfikir sejenak, hingga terbesit ide gila dipikiran ku. Hehehe"Mama cari baru aja Pa.""Yasudah terserah Mama aja. Habis ini Papa suruh Andin carikan Mama Art baru."Ucapnya yang masih menyuapkan makanan kemulutnya.Andin adalah sekertaris diperusahaan baruku."Gak usah Pa. Gampang, biar Mama yang atur sendiri. Nanti aja kalau memang gak cocok Mama minta bantuan Andin." Kataku pada Mas Ferdi sambil mengerlingkan mata genit padanya.Mas Ferdi yang masih tak paham ucapanku hanya diam.Ku ambil hp yang dari tadi kuletak kan dimeja. Ku buka aplikasi berwarna hijau dan mengetik pesan pada salah satu grup yang ada disana.Ya grup Ibu-Ibu komplek perumahan ini, yang diberi nama Krembangan 9. Yang artinya perumahan Krembangan blok 9.Entah kenapa aku bisa senyum-senyum sendiri saat mulai mengetik pesan tersebut. Karena memang ada suatu maksut tersembunyi didalamnyaSetelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san
"uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam
Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri
Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela
Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang
Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k