Share

6. pesan group komplek

Bu Sri pun berteriak seperti orang kesetanan hanya karna ku siram cendol ke bajunya.

Mas Ferdi yang melihat juga ikut kaget dan menghampiriku yang memang berjalan kearahnya.

Begitupula Ibu-ibu lain yang ada disana. Langsung ikut berlari menghampiri Bu Sri yang terus saja meracau.

"Bayar cendolnya Pa. Aku males kalau ketemu orang gila itu lagi." Ucapku mendengkus kesal

"Iya Ma, sabar ya..."

Mas Ferdi pun berjalan kembali ketukang cendol, sedangkan aku menunggu ditempat yang lain.

Disitu, ibu-ibu geng nya ikut membantu BuSri membersihkan bajunya. Kulihat mereka juga ikut mencibirku.

Aaah masa bodoh, yang penting hatiku puas.

"Bilangin sama istri kamu. Jadi orang tuh yang punya sopan santun. Jangan kayak orang gak berpendidikan. Nih lihat, baju mahal ku jadi kotor."

Saat Mas Ferdi datang membayar cendol ku

"Iya saya minta maaf atas kelaluan istri saya Bu."

"Emang nya maafmu bisa bersihin bajuku yang kotor ini?"

"Sudah cukup Bu, anda jangan banyak omong. Bisa-bisa saya beli tuh mulut. Makanya Ibu juga sebagai orang tua juga harusnya bisa jaga mulut, jangan asal nyerocos aja. Untung-untungan istri saya gak sampai meremas mulut Ibu yang nyinyir." Mas Ferdi terlihat juga sangat marah dengan kelakuan Bu Sri

Bagaimana dia tidak marah, karena eeumur-umur dia tidak pernah melihat istrinya direndahkan orang, apa lagi sampai dihina habis-habisan.

Bu Sri pun yang nendengar teguran Mas Ferdi hanya diam dan melotot ke arahnya. Mungkin, Bu Sri takut dengan Mas Ferdi.

"Ibu dengar, sekali lagi saya lihat Ibu menghina istri saya, saya gak bakalan tinggal diam."

Mas Ferdi pun langsung berjalan meninggalkan BuSri dan mengajak ku balik.

*****

"Kita pindah rumah aja Ma. Papa gak tega kalau Mama harus berhadapan sama orang tua gila itu."

"Gak papa Pa, biarin aja. Tadi Mama kesulut emosi gara-gara dia menghina Mami dan Papi."

Mami dan Papi adalah panggilan untuk kedua orang tuaku. 

Mas Ferdi pun mengernyitkan dahinya kwrena tak mengerti maksut perkataan ku.

"Gimana g sebel Pa, masak dia bilang orang tuaku gak bisa ngajari sopan santun sama aku. Padahal jelas-jelas dia sendiri yang salah. Yaidah reflek deh Mama siram tuh cendol ke arah nya."

"Pppfttt... Emang rada-rada tu orang Ma."

Drrrrt..... Drrrrt.... Drrrrt!!!

Dari tadi terdengar bunyi pangilan masuk dari Mas Ferdi. Diapun Segera mengambil dan menerima telepon dari Rudi, kaki tangan Mas Ferdi yang iya tugaskan untuk mengawasi perusahaan selama Mas Ferdi diluar negri atau pun disini bersamaku.

"Ya Rud, ada apa?"

"Oh ya? Kapan mereka akan datang kesini?"

"Oke besok pagi aku terbang kesana, dan tinggal disana selama beberapa hari. Tolong siapkan hotel dan keperluan untuk menjemputku besok dibandara."

Kemudiaas Ferdi pun mematikan teleponya.

"Kenapa Mas?" Tanya ku menghampirinya dan bergelayut manja dipundaknya

"Besok aku mau terbang ke riau Ma. Besok investor mau datang kerja sama dengan kita."

"Ck, aku ditinggal dong." Ucapku yang pura-pura cemberut

"Maaf ya sayang, cuman 3 hari kok. Beosk senin ikut antar Papa ke bandara ya?."

"Iya Pa. Jangan lama-lama disana!"

Akupun melanjutkan sarapan bersama Mas Ferdi. Hari ini memang sengaja aku tak masak dan memesan makanan dari aplikasi g*jek yang ku pesan saat perjalanan pulang dari taman komplek tadi.

"Oh ya Ma, kayaknya mending Mam cari Art aja deh. Biar bisa nemenin Mama pas Papa lagi luar kota nanti."

Ucap Mas Ferdi disela-sela sarapan kita.

Benar sekali ucapan Mas Ferdi, alu sudah mulai merasa pegal-pegal menjalankan rutinitas rumah tangga walau pun baru beberrapa hari ini ku lakoni.

"Iya Pa kamu bener juga."

"Mau dipanggilkan Bik Asih kemari? Biar nanti Mang Asep yang anterin."

Mang Asep adalah sopir pribadi ku dan Mas Ferdi dirumah. Tapi  selama kami disini, aku menyuruh Mang Asep membantu Bik Asih bekerja dirumah sebagai tukang kebun.

Karena disini aku sudah ada sopir pribadi dari perusahaan.

"Gak usah deh Pa. Nanti sapa yang urus rumah kalau Bik Asih kemari?"

"Lagian juga Art nya cuman buat beberapa bulan kedepan kan?" Kataku kembali

"Terus Mama maunya gimana?"

Aku pun berfikir sejenak, hingga terbesit ide gila dipikiran ku. Hehehe

"Mama cari baru aja Pa."

"Yasudah terserah Mama aja. Habis ini Papa suruh Andin carikan Mama Art baru."

Ucapnya yang masih menyuapkan makanan kemulutnya.

Andin adalah sekertaris diperusahaan baruku.

"Gak usah Pa. Gampang, biar Mama yang atur sendiri. Nanti aja kalau memang gak cocok Mama minta bantuan Andin." Kataku pada Mas Ferdi  sambil mengerlingkan mata genit padanya.

Mas Ferdi yang masih tak paham ucapanku hanya diam.

Ku ambil hp yang dari tadi kuletak kan dimeja. Ku buka aplikasi berwarna hijau dan mengetik pesan pada salah satu grup yang ada disana.

Ya grup Ibu-Ibu komplek perumahan ini, yang diberi nama Krembangan 9. Yang artinya perumahan Krembangan blok 9.

Entah kenapa aku bisa senyum-senyum sendiri saat mulai mengetik pesan tersebut. Karena memang ada suatu maksut tersembunyi didalamnya 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status