Aku tetap tak menggubris ucapan Bu Sri dan tetap berjalan masuk kedalam masjid. Percuma juga meladeni orang yang otaknya kurang se-ons.
Lagian tak penting juga tau siapa dia sebenarnya. Toh tetap masih kaya an aku juga. Kulihat bu Rusmi melambaikan tangan saat melihat ku didepan pintu masjid. Segera aku berjalan mendekat kearahnya."Duduk sini aja Bu Din, sebelah saya. Lagian bentar lagi ceramahnya mau dimulai." Ucap Bu Rusmi sambil menunjuk lelaki bersorban putih yang akan menaiki podium"Iya Bu." Aku pun duduk disampingnya.Tapi mataku melirik Bu Rusmi yang juga memakai perhiasan yang tak kalah banyak seperti Bu Sri and the gank. Bedanya Bu Rusmi tak pamer seprerti yang lainya.Aku pun merasa tergelitik melihat tingkah aneh Ibu-Ibu dikomplek ini. Bagaimana tidak, sudah tau jika ini adalah acara pengajian, tapi masih saja tak lupa untuk pamer harta.Tepat pukul setengah sebelas acara pengajian pun selesai. Seperti kebiasaan yang terjadi, Ibu-Ibu saling bersalaman sebelum pulang."Permisi Bu??" Sapa seorang Ibu-Ibu yang nampak cantik walau sedikit tua dan berkharisma"Perkenalkan saya Bu Elis, Ibu Rt dikomplek ini. Ibu warga baru yang sekarang ngontrak dirumah baru itu kan?" Ucap nya memperkenalkan diri dan menjabat tangan ku.Pantas saja beliau tampak sedikit berkharisma ketimbang Ibu-Ibu komplek lainya."Oh iya Bu, itu saya. Perkenalkan juga nama saya Dina Bu. Maaf ya Bu, kemarin gak sempet ikut suami buat ijin kalau sudah tinggal disini." Balasku yang merasa tak enak hati"Hehehe iya gak papa Bu Dina, santai saja.""Gini Bu, dikomplek kita kan punya yang namanya grup WA. Boleh gak kalau saya minta nomer Bu Dina, biar nanti saya masuk kan ke dalam group Ibu-Ibu komplek sini.""Waah boleh banget Bu. Dengan senang hati malahan."Aku pun mengelurkan hp mencatat nomer Bu Elis dan beliau juga mencatat nomer hp ku dihp nya"Makasih ya Bu Dina. Nanti saya masukin ya. Kalau gitu saya pamit dulu Bu Din, Bu Rus!!""Iya hati-hati Bu." Ucap ku kompak bersama Bu Rusmi."Yasudah ya Bu Din, saya tak ke suami saya dulu. Soalnya uda ditungguin.""Oh iya silahkan Bu, saya juga uda ditungguin Mas Ferdi soalnya, hehehe."Dan kita pun kembali jalan bersama menuju ojek kita masing-masing. Eeh maksutnya suami kita masing-masing.*****Klunting!!!Terdengar sebuah notifikasi masuk dalam hp ku. Kulihat sebuah pesan masuk dari Bu Elis< dan segera aku membalas pesanya.[Assalamualaikum Bu Dina, nomer Bu Dina sudah saya masuk kan kedalam grup ya Bu. Jadi kalau Ibu butuh apa-apa, jangan sungkan-sungkan untuk minta tolong.][Waalaikumslama. Oh iya Bu, makasih banyak ya.][Sama-sama]Iseng-iseng ku buka grup WA tersebut. Banyak notifikasi pesan masuk dari grup tersebut. Terutama soal acara pengajian tadi. Aku pun membaca satu persatu pesan itu.Tak lupa seorang Ibu-Ibu membagikan foto dokumentasi acara tersebut kedalam grup."Gimana Ma pengajian tadi? Aman?"Tanya Mas Ferdi saat kita sudah berganti pakaian dan membaringkan tubuh diatas tempat tidurku yang super empuk menul-menul"Hahahhaa ya ampun Pa, Pa."Ucapku tak kuasa menahan tawa dan berhenti memainkan hp saat melihat sesuatu dilayar hp ku."Loh kok malah ketawa sih Ma? Aneh banget kamu tuh.""Ya gimama gak ketawa coba, Nih lihat!" Aku pun mendekatkan layar hp ku ke Mas FerdiTerpampang jelas wajah Bu Sri yang sedang berpose mengahadap kamera dengan tak lupa memperlihatkan semua perhiasan yang dikenakan."Hahaha ya ampun Ma, ni orang norak banget sih. Dia niat ikut pengajian atau mau pamer?" Ucap Mas Ferdi sambil menggelengkan kepalanya. Mungkin dia baru pertama kali ini juga melihat orang aneh bin ajaib seperti Bu Sri."Kamu tau, ya ni orang yang ngejek aku kayak pembantu Pa. Terus tadi aku ketemu lagi sama ni orang, yassalam... Malah gencar banget ngehinanya.""Masa' dia bilang baju Mama beli dipasar dengan harga 200ribuan, terus tas Mama juga dibilang tas kw. Dan yang lebih parahnya, cincin nikah kita dibilang cincin murahan karena bentuk nya yang kecil. Dia gak tahu apa harga berlian itu berapa?""Kok bisa-bisanya ya Ma ada orang kayak gitu? Kayaknya dia benci banget sama Mama?"Akupun mengendik kan bahu menjawab pertanyaan Mas Ferdi."Emang sebelumnya Mama punya salah ya sama tuh Bu Ibu?""Ya enggak mungkin lah Pa, lagian Mama disini kan juga baru seminggu. Orang yang Mama kenal juga baru Bu Rusmi.""Lah terus kamu bisa dapet kontak Wa nya juga gimana ceritanya Ma?""Tadi aku ketemu Bu Rt Pa. Terus beliau minta nomer hp Mama buat dimasukin ke grup Wa Ibu-Ibu komplek sini. Yaudah donk Mama kasih."Mas Ferdi pun manggut-manggut mendengarkan penjelasan ku."Yasudah ayuk istirahat Ma.""Iya Pa."Kutarik selimut kesayanganku dan mencoba menutup mata. Tetapi tangan Mas Ferdi tiba-tiba jail padaku.Ku buka kembali mataku dan menatap mata Mas Ferdi yang sedang meringis kearah ku memperlihatkan giginya yang putih bersih"Penge nih Ma! Yuuuk..."Ucanya yang langsung menyerangkau bagai mangsanya.Aah dasar Mas Ferdi.Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san
"uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam
Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri
Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela
Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang
Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k