Part 18
Beberapa hari kemudian ...Langit sore mulai merona jingga ketika Indah melangkah keluar dari ruang kerjanya. Hari ini cukup padat, tapi ada satu hal yang membuatnya semangat, janji bertemu Farah. Sudah lama mereka tak berbincang lama karena kesibukan masing-masing.Begitu sampai di lobi kantor, Indah langsung melihat sosok yang familiar berdiri dekat pot besar di sudut ruangan.“Faraahh!” serunya sambil melambai ceria.Farah menoleh cepat, senyumnya lebar. Mereka langsung berpelukan hangat, lalu cipika-cipiki penuh antusias.“Astaga, akhirnya kita ketemu juga!” ujar Farah sambil menepuk pelan lengan Indah. “Gila ya, kamu beneran tunangan sekarang? Cepet banget prosesnya!”Indah tersenyum kecil, agak canggung. “Iya … semuanya mendadak banget. Nanti kita ngobrol ya.”Mereka keluar dari gedung itu melangkah perlahan.Belum sempat mereka berbalik menuju kafe di seberang, sebuah mobil hitam berhentiPart 32"Pengiriman ke alamat ini ya. Harus sampai hari Jumat. Jangan sampai telat," ucap Galang pada sang kurir.Tak lama, di ponselnya, ada notif chat dari Indah.[Hari ini sibuk banget ya, Lang? Biasanya jam segini udah kirim stiker monyet tutup mata.]Galang terkekeh pelan, lalu membalas, [Lagi nyiapin sesuatu buat kamu, tapi rahasia.][Eh? Rahasia apa?][Pokoknya jangan kepo. Yang penting kamu bakal senyum pas nerimanya.]Keesokan harinya ...Paket itu datang lebih cepat dari perkiraan. Sore itu, Indah baru saja selesai bekerja saat suara motor berhenti di depan pagar. Ia mengintip dari jendela, melihat kurir mengangkat sebuah kotak sedang yang dibungkus rapi.“Paket buat Mbak Indah,” ujar kurir ramah, menyerahkan kotak tersebut.Indah mengernyit, tak merasa memesan apa-apa. Tapi begitu membaca nama pengirimnya, jantungnya langsung berdebar.Dari: Galang.Dengan
Part 33Indah langsung memelototinya pelan, meski senyumnya susah ditahan. “Gila kamu, Lang. Orang-orang masih pada liatin lho.”Galang pura-pura celingukan ke kanan dan kiri, lalu membisik lagi, “Nggak apa-apa. Biar mereka tahu calon istriku manis banget kalau malu-malu gini.”Indah nyubit lengannya pelan. Tapi Galang malah meringis drama. “Aduh, sakit ...! Udah tunangan malah dicubit, gimana nanti udah sah?”“Ish kamu ini! Emang kamu doyan digituin,” balas Indah cepat.Suasana kembali pecah oleh tawa. MC nggak mau ketinggalan, langsung nyeletuk, “Okeee, calon suami istri ini cocok banget ya! Satu nyindir, satu ngegas, satu lagi ngambek manja.”Galang langsung angkat jempol. “Kami memang duet maut, Bang!”Musik mulai dimainkan lebih riang, para tamu mendekat memberi ucapan selamat sambil tertawa bahagia.Bu Laras menghampiri mereka dengan mata berkaca-kaca. “Selamat, Nak. Ibu doakan kalian bahagia sampai tua na
**Beberapa hari terakhir, Galang terlihat lebih sibuk dari biasanya. Setiap sore, ia tetap datang membawa makanan atau camilan kecil, tapi cepat pamit lagi dengan alasan ada pekerjaan yang harus dibereskan.Indah sempat curiga. “Kamu sibuk banget, Lang. Jangan sampai kecapekan, ya.”Galang hanya tersenyum misterius. “Bentar lagi kamu tahu kenapa aku sibuk banget.”Indah mengerutkan kening. “Emang kenapa?”Galang mengedip cepat. “Rahasia. Yang pasti ... kamu bakal senang.”Sementara tu ...Sore itu, Indah sedang duduk santai di cafe, menikmati es teh manis sambil scroll ponsel. Tiba-tiba, Farah datang dan duduk di depannya dengan ekspresi penuh selidik."Ndah, aku mau nanya deh... tapi jangan kaget ya," ucap Farah sambil menyeruput minumannya.Indah menatapnya bingung. "Apa sih, tumben serius banget?"Farah mendekat, lalu menurunkan suaranya sedikit. "Kamu punya hubungan sama Galang?"
Part 31Setelah menghabiskan waktu ngobrol dengan Pak Sentosa, Galang berdiri sambil tersenyum sopan, membungkukkan badan sedikit sebagai bentuk pamit.“Kalau begitu, saya permisi dulu ya, Pak. Terima kasih sudah menerima saya dengan baik,” ucap Galang dengan nada hangat.Pak Sentosa mengangguk, menepuk bahu Galang pelan. “Hati-hati di jalan. Jangan lupa, kerja keras itu penting.""Siap, Pak, saya akan kerja keras, biar bisa makin diterima di keluarga ini dan bisa jagain Indah."Galang menoleh pada Indah, tersenyum kecil. Indah mencubit pelan lengan Galang begitu mereka sudah berdiri di teras."Berani juga kamu ngomongnua," gumam Indah.Galang mendongak, matanya menatap Indah dengan pandangan hangat yang membuat jantung Indah berdebar lagi."Kalau urusannya tentang kamu, aku harus berani apa aja," bisik Galang ringan.Indah mendengus pelan, berusaha menutupi degup hatinya. "Ih, sok banget."
Pak Sentosa mengangguk pelan. "Iya, itu bener. Anak saya ini memang paling nggak tahan kalau suasana terlalu formal."Galang tersenyum, lalu dengan suara sedikit lebih lembut, ia menambahkan, "Saya juga nggak tahan, Pak, kalau lihat Indah cemberut. Makanya sebisa mungkin saya mau lihat dia tersenyum terus."Indah mengerucutkan bibir, melirik Galang sebal namun tak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya.Pak Sentosa tertawa melihat keduanya. Ia bisa merasakan ketulusan dalam kata-kata Galang, meski dibungkus dengan canda."Lanjut ngobrol lagi, Galang," kata Pak Sentosa. "Saya pengen tahu lebih banyak tentang kamu."Galang mengangguk sopan. "Siap, Pak. Apa saja yang mau Bapak tanyakan, saya jawab."Pak Sentosa mengubah posisi duduknya, lebih santai. Ia menatap Galang dengan penuh perhatian."Kerjaan kamu apa sekarang, Galang?"Galang tersenyum. "Saya pekerja lepas, Pak. Lebih banyak di bidang fotografi, videogr
Part 30Pak Sentosa berdiri dari kursinya, merapikan letak kaca matanya."Besok, ajak dia ke sini. Ayah mau ketemu."Indah merasa terkejut mendengar permintaan ayahnya. "Ada apa, Yah, kok tiba-tiba?""Ayah cuma mau ngobrol saja."Indah hanya mengangguk setuju, meski hatinya sedikit gelisah. Setelah makan malam, Indah duduk di balkon kamarnya sambil memegang ponsel. Matanya tertuju pada layar ponsel.[Galang, besok ada waktu? Bisa datang ke rumah?]Setelah beberapa detik, layar ponsel Indah berkedip dan muncul panggilan video dari Galang. Indah menghela napas, lalu menerima panggilan itu.Galang muncul di layar dengan senyuman santainya. "Halo, Ndah," sapanya.Indah sedikit tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. "Hai, Galang. Maaf ganggu malam-malam," ucapnya sambil memandangi layar.Galang menggeleng. "Nggak ganggu kok, aku malah senang tiba-tiba kamu tanya kayak gitu. Ada apa nih, hmm?"Indah menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata. "Ayah bilang dia mau ketemu k