Share

Part 5. Cari Tahu

Author: TrianaR
last update Huling Na-update: 2025-07-01 15:10:39

Part 5

Rinta masih berdiri di balik jendela, matanya terpaku pada mobil hitam yang baru saja melaju meninggalkan hotel. Ayu, Fina, dan Rina berdiri di sampingnya, sama-sama terdiam.

Fina mengerutkan kening. "Tapi kan… setahu kita dia dulu tinggal di tempat itu, kan? Di rumah petak dekat jembatan? Apa mungkin dia masih tinggal di sana?"

"Mana mungkin!" Rinta menimpali cepat. "Orang yang punya sopir pribadi nggak mungkin tinggal di tempat kumuh begitu."

Ayu menyipitkan mata, berpikir keras. "Jangan-jangan dia cuma sewa mobil sama sopir buat gaya-gayaan? Bisa aja kan? Biar kelihatan tajir di depan kita."

"Atau … dia numpang sama orang kaya?" Rina menambahkan dengan nada penuh dugaan.

Fina menggeleng, masih tidak puas dengan spekulasi mereka. "Kita bisa cari tahu."

Mereka saling pandang, seolah membaca pikiran satu sama lain.

Rinta tersenyum miring. "Aku punya ide."

Malam itu, di dalam kamar hotel, mereka duduk melingkar di atas kasur empuk. Beberapa dari mereka masih memikirkan tentang Indah, sementara yang lain sibuk membicarakan rencana liburan ke luar negeri.

Namun, di tengah obrolan itu, Rinta tiba-tiba berkata, "Eh, aku ingat sesuatu!"

"Apa?" tanya Fina, menoleh dengan antusias.

"Kita bisa cek alamat Indah lewat grup alumni sekolah."

Ayu langsung bersemangat. "Iya!"

Rinta dengan cepat membuka ponselnya dan menggulir percakapan di grup alumni mereka. Beberapa detik kemudian, dia menemukan apa yang dia cari. Link yang berisi alamat-alamat dari tahun ke tahun. "

Nah! Ini dia alamatnya!"

Mereka semua mencondongkan tubuh, membaca pesan deretan huruf yang tertera di layar.

"Masih alamat yang lama, kan?" tanya Fina.

Rinta mengangguk. "Iya, yang di dekat jembatan itu."

Ayu mengangkat alisnya. "Kalau dia masih tinggal di sana, berarti semua ini cuma pencitraan. Sopir pribadi, mobil mewah, baju mahal … bisa aja kan dia cuma pinjem buat gaya-gayaan di depan kita?"

Fina tertawa kecil. "Gimana kalau kita cari tahu?"

Rina menatap mereka dengan antusias. "Maksudnya…?"

"Kita ke sana. Lihat sendiri tempat tinggalnya."

Suasana mendadak hening. Lalu, perlahan, senyum licik muncul di wajah masing-masing.

"Aku suka idemu," kata Ayu sambil terkekeh.

"Lihat aja besok," sahut Rinta. "Kita bakal tahu siapa Indah sebenarnya."

Besoknya …

Sebuah mobil mewah berhenti di pinggir jalan yang sempit. Empat wanita dengan kacamata hitam duduk di dalamnya, mengamati area sekitar.

"Kok sepi, ya?" gumam Fina, merasa ragu.

Ayu mengerutkan dahi. "Apa dia beneran masih tinggal di sini?"

Mereka menatap rumah-rumah petak yang berjejer. Beberapa masih tampak seperti dulu, dindingnya kusam, atapnya bocor, dan lingkungan sekitar masih sama berantakannya.

"Rumah yang dulu dia tempatin mana?" tanya Rina.

Rinta menunjuk ke satu titik yang sekarang kosong. "Harusnya di situ … tapi kok udah nggak ada?"

Mereka semua terdiam, menyadari kenyataan. Rumah yang dulu dihuni Indah sudah lenyap. Yang tersisa hanya tanah kosong dengan sisa-sisa bangunan lama.

"Jadi dia udah nggak tinggal di sini?" Ayu berbisik.

Fina menghela napas, merasa kecewa. "Kayaknya dia udah pindah …"

Rinta menggigit bibirnya, lalu tiba-tiba berkata, "Tapi pindah ke mana?"

Mereka saling pandang, kali ini bukan dengan ekspresi meremehkan, melainkan dengan rasa penasaran yang semakin besar.

"Entahlah."

"Terus, kita gimana nih?"

"Pulang aja deh pulang."

"Jujur sih, gue masih penasaran sama Indah, kerja apa dia sekarang ya! Kok bisa berubah drastis gitu."

Mereka saling mengendikkan bahu. Akhirnya mobil kembali melaju meninggalkan tempat kumuh itu.

***

Malam itu, Rinta tidak bisa berhenti memikirkan Indah. Ia berbaring di tempat tidurnya sambil menggulir layar ponsel, mencari cara untuk mendapatkan informasi lebih banyak.

Setelah beberapa saat, ia teringat sesuatu.

[Rina, lo masih punya kontak temen kita yang kerja di bank, kan?] tanyanya di chat pribadi.

[Gue inget, dia pernah bilang bisa ngecek transaksi rekening orang lain, asal ada alasan kuat.] Rina membalas dengan cepat.

[Wah ide bagus, itu yang gue cari.]

[Ya ampun, Rint, lo serius mau ngepoin rekening Indah?]

[Bukan gitu, gue cuma penasaran. Kita kan harus pastiin dia beneran bisa bayar arisan selanjutnya apa enggak, jangan sampai kita ketipu.]

Rina berpikir sejenak, lalu akhirnya mengirim kontak seseorang.

[Coba hubungi dia. Tapi hati-hati, jangan sampai ketahuan.]

[Thanks, Rin. Nanti gue kasih kabar kalau ada info ye]

Rinta sudah mulai beraksi. Ia membuka percakapan dengan temannya yang bekerja di bank.

[Eh, Lan, gue Rinta. Masih inget gue kan lo?]

[Oh Arinta Shofie, yang dulu pernah ditegur guru BK gara-gara pake behel dan soflens]

[Hahaha, yoiii]

[Woy lah, lo ganti nomor, Rin? Pantes gue hubungi kagak nyambung]

[Iya ganti nomor. Nomor lawas keblokir. Lan, gue butuh bantuan lo nih. Lo bisa gak bantuin kita]

[Ya, ya, gimana, Rin?]

[Lo kan kerja di Bank. Bisa nggak ngecek transaksi seseorang?]

[Buat apa?]

[Gue cuma mau pastiin dia beneran punya duit atau nggak. Takutnya ada yang mau ikut arisan gede tapi ternyata modal nekat. Gawat kan nanti kalau gak bisa setor. Soalnya nih orang pede banget]

Temannya yang dipanggil Lan, membaca pesan itu cukup lama sebelum akhirnya membalas.

[Gila lo. Ini ilegal, tau?]

[Plis, cuma sekali ini doang. Gue nggak akan bilang siapa pun.]

Lan masih ragu, tapi akhirnya mengetik sesuatu.

[Gue lihat-lihat dulu. Nama lengkapnya siapa?]

Rinta tersenyum puas.

[Indah Mutiara]

Namun, beberapa menit kemudian, temannya membalas dengan sesuatu yang tidak terduga.

[Rint … lo yakin ini orangnya?]

[Yakin lah. Emang kenapa?]

[Bukan gue yang harusnya kaget, tapi lo.]

Rinta menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut. Jarinya gemetar saat membaca pesan terakhir dari Lani.

[Maksud lo?]

Cukup lama hening, Lani akhirnya membalas pesan Rinta.

[Gue nggak bisa bocorin data rekening dia, Rint. Itu pelanggaran kode etik perbankan, bisa dipecat gue nanti. Tapi satu hal yang bisa gue kasih tahu …]

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 26B. Aku Pamit

    Indah hanya menatapnya sambil bersandar santai di sofa. “Salah paham? Tentang apa ya? Aku cuma lihat kamu lagi makan, kan wajar.”“Ndah … tolong jangan begini. Aku cuma ketemu dia karena urusan kerjaan lama. Aku takut kamu salah paham. Aku nggak mau ini jadi masalah besar.”“Ayo, Alvin. Duduk dulu,” sahut Bu Laras tiba-tiba, tersenyum manis. “Kamu udah makan malam belum? Sekalian aja makan di sini, tadi ibu masak ayam woku kesukaan Indah.”Indah menoleh, tersenyum tipis ke ibunya. “Iya, duduk dulu dong, Mas. Kenapa tegang gitu sih?"Alvin tersenyum kikuk. "Makasih, Bu."“Ibu ke dapur sebentar ya, Ndah. Alvin, temenin Indah dulu. Jangan kaku gitu, udah kaya lagi diwawancara aja,” selorohnya sembari berlalu.Indah membetulkan letak duduknya. Ia menatap Alvin yang kini ragu mau duduk atau tetap berdiri.“Gimana Mas?” katanya ringan. “Kita bahas apa sekarang? Tentang kerjaan, atau tentang rencana masa depan kita?”"

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 26A. Ketahuan?

    Part 26Handphone di tangan Indah bergetar pelan. Ia mengangkatnya, masih berusaha menjaga suaranya tetap tenang meski dadanya masih berdegup kencang."Halo, Bu?""Nak, Ibu hampir sampai. Tadi sempat mampir sebentar ke toko bahan. Lima menit lagi ya, kamu di depan kafe, kan?""Iya, Bu. Aku tunggu di sini." Indah menutup telepon, lalu menoleh pada Galang yang masih berdiri di sampingnya, memayungi tubuhnya dengan setia.“Aku harus pergi, Lang. Ibu sebentar lagi sampai.”Galang mengangguk pelan, meski raut wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. “Kalau kamu butuh apa-apa … aku ada, Ndah. Jangan tahan semuanya sendiri, ya?”Indah tersenyum kecil, tapi senyuman itu lebih terasa seperti usaha menahan perih. “Terima kasih, Lang. Aku tahu kamu selalu ada. Tapi hari ini aku cuma ingin pulang dan istirahat.”Di saat bersamaan, sebuah mobil hitam berhenti perlahan di tepi trotoar, sopirnya membuka pintu belakang dan turun membukakan pintu untuk Indah.Indah menoleh sekali lagi ke

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 25B

    Ibunya menimpali, “Apa yang kamu rencanakan, Mas?”Ayah Indah menyilangkan tangan. “Mereka pikir bisa mempermainkan keluarga kita, memanfaatkan nama besar kita untuk kepentingan mereka. Kalau begitu, kita akan biarkan mereka menyiapkan semuanya, lalu kita jatuhkan saat semuanya merasa di atas awan.”"Tapi akan ada kerugian secara materil, ayah gak apa-apa?""Tidak masalah, itu namanya resiko. Dari pada kita semua tercebur dalam lumpur hidup," tukas Pak Sentosa.Indah mengangguk. “Aku dan Galang juga punya akses ke media,” kata Indah cepat. “Kita bisa siapkan rilis berita, atau bahkan hadirkan saksi. Dokter kandungan itu, penjaga apartemen, penghulu ... siapa pun yang bisa buka suara.”Ayahnya tersenyum kecil, tapi penuh tekanan. “Bagus. Tapi kita harus pastikan dulu semua datanya terkunci. Kita juga harus cek jalur-jalur keuangan mereka. Aku akan kirim orang untuk investigasi internal. Jika mereka berani bermain api, kita pastik

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 25A. Persiapan Pernikahan

    Part 25Farah meletakkan dokumennya. “Kita bisa kumpulkan semua data ini. Tapi kamu mau gimana, Ndah? Laporkan sekarang atau tunggu mereka?"Indah menyandarkan diri, matanya penuh siasat. “Belum. Aku mau mereka makin yakin pesta itu akan menyelamatkan segalanya. Aku mau mereka berada di titik tertinggi sebelum jatuh.”Galang menatapnya takjub. “Kamu bener-bener berani.”“Aku nggak bisa biarin ayahku ditipu. Dan aku nggak akan jadi istri dari laki-laki yang bahkan berani menyembunyikan anaknya sendiri.”Farah tersenyum kecil. “Kita di belakang kamu. Sekarang saatnya kasih pelajaran.”***Sementara itu, di Rumah Keluarga Alvin, masih sibuk dengan persiapan pernikahan.Alvin duduk di meja makan bersama orang tuanya. Di hadapan mereka, lembaran-lembaran contoh undangan pesta pernikahan tersebar. Ibunya sibuk memberi arahan ke seorang event organizer.“Undangannya harus eksklusif. Pakai kertas emboss emas. Tamu-tamu penting nggak boleh kecewa,” ujar sang ibu dengan tegas.Ayah Alvin menamb

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24B. Kumpulkan Data

    Beberapa hari kemudian, Reza—orang yang disewa Indah untuk mengawasi Alvin—mengirimkan laporan lengkap. Ia mengajak Farah dan Galang bertemu di tempat yang sama, sebelum mereka bertiga menyampaikan semuanya ke Indah.Reza membuka laptopnya, memperlihatkan rekaman CCTV dari parkiran rumah sakit bersalin.“Itu Alvin, dan itu ... wanita yang sama di foto dari Galang. Mereka masuk ke klinik kandungan dan keluar sekitar satu jam kemudian,” ucap Reza pelan. “Saya juga dapat rekaman mereka keluar dari apotek bawa kantong kecil. Mungkin vitamin atau obat hamil.”Farah mengepal tangan. “Berarti benar. Perempuan itu hamil ... dan mungkin Alvin ayahnya.”Galang menyandarkan punggung. “Nggak nyangka secepat ini ketahuan. Tapi bagus juga, sebelum Indah benar-benar menikah sama dia.”Reza melanjutkan, “Saya juga sudah telusuri alamat perempuan itu. Namanya Lusia. Dia tinggal di apartemen Tower 5 lantai 11. Beberapa hari yang lalu, Alvin juga datang ke

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24A. Mulai Terkuak

    Part 24 - Mulai Terkuak Indah menatap layar ponselnya lama, jantungnya berdebar tak karuan. Tangannya gemetar saat mengetik balasan. [Lang, kita harus ketemu. Sekarang.] Baru saja ia mengirim pesan itu, notifikasi lain muncul dari nama sahabatnya. [Ndah ... aku tahu ini waktunya nggak tepat, tapi aku dapet sesuatu.] Indah langsung membalas cepat, [Apa maksudmu, Far?] [Ingat waktu aku bilang mau bantu cari tahu soal Alvin? Aku nemu dia kemarin... di klinik ibu dan anak. Dia nganterin perempuan. Aku ngikutin sampe parkiran dan sempat video dari jauh. Aku nggak yakin mau kasih kamu, tapi ... kamu harus lihat sendiri.] Tak lama kemudian, sebuah video terkirim. Video buram tapi cukup jelas menunjukkan Alvin sedang berdiri di depan klinik, membuka pintu mobil untuk seorang wanita yang tengah memegang perutnya. Mata Indah mulai memanas. Kedua tangannya mencengkeram ponsel

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status