Share

Bab 6

"Mas Bos, besok kan pembukaan cabang bakso yang di dekat kampus, apa masih ada lagi yang kurang? biar segera saya kerjakan sekarang" ucap Rudi, salah satu orang kepercayaan Abdul.

"Hmm, bagaimana kalau nanti kita cek lagi saja kesana?" ujar Abdul, yang memang tengah membuka cabang bakso nya yang entah ke berapa, di dekat kampus tempat Fitri akan berkuliah.

"Kita juga butuh tambahan pekerja Mas" ucap Rudi lagi.

"Kamu jangan tambahkan dulu, harus atas seizinku dulu jika ingin merekrut. Biasanya nanti banyak mahasiswa mahasiswi yang ingin kerja part time. Aku ingin memprioritaskan mereka, sambil membantu mereka yang nembutuhkan untuk berkuliah" jelas Abdul, kepada bawahannya itu.

Rudi pun mengangguk-angguk mengerti. Rupanya karena alasan itulah, sehingga Abdul membeli warung makan di lokasi itu, dengan harga yang cukup tinggi. 

"Iya Rud, aku pernah kuliah, jadi tahu, bagaimana para mahasiswa berjuang, kuliah sambil kerja, supaya uang semester tidak terus menunggak.

Walaupun mereka bisa kuliah, tapi tak semuanya, adalah orang yang mampu" jelas Abdul lagi.

"Siap Mas, saya pasti akan selalu laporan dulu sama Mas bos" ucap Rudi, berpose ala ala militer.

******

"Loh kok belum siap berangkat ki, piye to bocah iki??!!" seru bu Retno saat melihat putrinya malah sedang bermalas-malasan di kamarnya, sambil memainkan ponselnya. 

Pak Suryo yang mendengar istrinya mengomel di kamar putrinya, segera menghampiri mereka.

"Ono opo to Bune? isuk-isuk kok wes nyerocos, nyeneni anakku!! (ada apa to Bu, pagi-pagi kok sudah marahin anakku) " seru Pak Suryo, tampak kesal.

"Laa delengen anakmu Pak (Lihat lah anakmu), katanya mau berangkat untuk persiapan kuliah pagi-pagi, kok jam segini masih ndekemm di kamar!!" omel bu Retno, mengadukan tingkah putrinya.

Pak Suryo yang melihat itu, juga tampak heran. 

"Loh, kemarin-kemarin semangat yang mau berangkat, kok sekarang malah males-malesan, iki ono opo meneh??(Ini ada apa lagi)" tanya pria bertubuh tegap itu, membelai pucuk kepala putrinya.

"Mayang sebel sama Fitri Pak!!" seru Mayang, mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Looh, di apain sama Fitri, kok Anak Bapak sampek ra semangat gini??" tanya Pak Suryo lagi, yang belum tahu duduk persoalannya,  karena memang istrinya belum menceritakan tentang Fitri, yang berhasil kuliah di Universitas impian putri mereka.

"Bune!! panggi Fitri kesini, biar aku hajar bocah iku, kok berani-beraninya, gawe anakku nesu(membuat anakku marah)!!" perintah Pak Suryo, pada istrinya.

"Percuma Pak!! Fitri sudah ndak ada disini!!" seru Mayang lagi, kesal.

Pak Suryo menatap wajah sang istri, meminta penjelasan. 

"Itu lo Pak, kemarin Ibu lupa yang mau cerita sama Bapak, Fitri sekarang kuliah, sudah gitu, dia kuliahnya di kampus sing di pengini (yang di idamkan) Mayang, opo wes jenenge, Gajah mungkur ya Nduk??" tanya bu Retno, menatap wajah putrinya.

"Aahh Ibuk iki, Gajah Mada Buk!!" jawab Mayang manyun.

Pak Suryo tampak terkejut mendengar itu.

"Laa wong kere ae, kok sok-sok an kuliah!! arep bayar pake apa si Siti?? nganggo godong ta bayare??( orang miskin kok sok-sok an kuliah, mau bayar pake apa? pake daun??) ujar pak Suryo, terlihat mulai emosi.

Karena dia pun merasa tak rela, jika Fitri yang anak orang miskin itu, bisa melampaui putrinya.

"Kurang ajar, darimana mereka mendapatkan uang untuk kuliah? bukankah biaya kuliah disana sangat mahal?" tanya pak Suryo, tampak geram. 

"Dapet beasiswa kata Siti Pak, jadi ora usah bayar!! gratisss" jawab bu Retno, memerotkan bibirnya.

Mendengar itu, Pak Suryo bertambah kesal. 

"Ya sudah Ndukk! kamu buruan mandi, terus berangkat!  memangnya kamu mau, di kalahkan sama si Fitri itu? Setelah ini, para tetangga pasti pada nanyain kamu, sudah berangkat apa belum!!" seru Pak Suryo, menyuruh putrinya untuk segera bersiap.

"Tapi Mayang jadi gak semangat lagi Pak!!" rengek gadis berwajah cantik itu, malah semakin membenamkan dirinya ke dalam selimutnya. 

"Laa, kalau kamu tidak kuliah, malah hanya akan mempermalukan diri kamu sendiri!! nama Bapak dan Ibumu juga pasti akan ikutan tercoreng.

Kita doakan saja, si Fitri itu gak sampai lulus kayak si Dini itu!!" seru bu Retno tampak berang, saat putrinya malah tidak mau berangkat.

"Iya Nduk, bener kata Ibumu itu, namanya orang miskin, Bapak jamin, gak bakalan sampek lulus dia. Sekali miskin ya tetep miskin!

Lain sama kita, yang memang sudah sugeh dari dalam perut!!" ujar sang Ayah, mencoba membujuk putrinya, agar segera bangun dan berangkat ke kota, untuk persiapan kuliah.

"Tuh, kamu sudah di tungguin sama Rina dan Diva. Mereka sudah siap, tinggal nunggu kamu tok!!" seru ibunya lagi.

Dengan malas, Mayang pun akhirnya menuju kamar mandi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status