Share

Bab 6

last update Last Updated: 2023-05-25 13:07:11

"Mas Bos, besok kan pembukaan cabang bakso yang di dekat kampus, apa masih ada lagi yang kurang? biar segera saya kerjakan sekarang" ucap Rudi, salah satu orang kepercayaan Abdul.

"Hmm, bagaimana kalau nanti kita cek lagi saja kesana?" ujar Abdul, yang memang tengah membuka cabang bakso nya yang entah ke berapa, di dekat kampus tempat Fitri akan berkuliah.

"Kita juga butuh tambahan pekerja Mas" ucap Rudi lagi.

"Kamu jangan tambahkan dulu, harus atas seizinku dulu jika ingin merekrut. Biasanya nanti banyak mahasiswa mahasiswi yang ingin kerja part time. Aku ingin memprioritaskan mereka, sambil membantu mereka yang nembutuhkan untuk berkuliah" jelas Abdul, kepada bawahannya itu.

Rudi pun mengangguk-angguk mengerti. Rupanya karena alasan itulah, sehingga Abdul membeli warung makan di lokasi itu, dengan harga yang cukup tinggi. 

"Iya Rud, aku pernah kuliah, jadi tahu, bagaimana para mahasiswa berjuang, kuliah sambil kerja, supaya uang semester tidak terus menunggak.

Walaupun mereka bisa kuliah, tapi tak semuanya, adalah orang yang mampu" jelas Abdul lagi.

"Siap Mas, saya pasti akan selalu laporan dulu sama Mas bos" ucap Rudi, berpose ala ala militer.

******

"Loh kok belum siap berangkat ki, piye to bocah iki??!!" seru bu Retno saat melihat putrinya malah sedang bermalas-malasan di kamarnya, sambil memainkan ponselnya. 

Pak Suryo yang mendengar istrinya mengomel di kamar putrinya, segera menghampiri mereka.

"Ono opo to Bune? isuk-isuk kok wes nyerocos, nyeneni anakku!! (ada apa to Bu, pagi-pagi kok sudah marahin anakku) " seru Pak Suryo, tampak kesal.

"Laa delengen anakmu Pak (Lihat lah anakmu), katanya mau berangkat untuk persiapan kuliah pagi-pagi, kok jam segini masih ndekemm di kamar!!" omel bu Retno, mengadukan tingkah putrinya.

Pak Suryo yang melihat itu, juga tampak heran. 

"Loh, kemarin-kemarin semangat yang mau berangkat, kok sekarang malah males-malesan, iki ono opo meneh??(Ini ada apa lagi)" tanya pria bertubuh tegap itu, membelai pucuk kepala putrinya.

"Mayang sebel sama Fitri Pak!!" seru Mayang, mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Looh, di apain sama Fitri, kok Anak Bapak sampek ra semangat gini??" tanya Pak Suryo lagi, yang belum tahu duduk persoalannya,  karena memang istrinya belum menceritakan tentang Fitri, yang berhasil kuliah di Universitas impian putri mereka.

"Bune!! panggi Fitri kesini, biar aku hajar bocah iku, kok berani-beraninya, gawe anakku nesu(membuat anakku marah)!!" perintah Pak Suryo, pada istrinya.

"Percuma Pak!! Fitri sudah ndak ada disini!!" seru Mayang lagi, kesal.

Pak Suryo menatap wajah sang istri, meminta penjelasan. 

"Itu lo Pak, kemarin Ibu lupa yang mau cerita sama Bapak, Fitri sekarang kuliah, sudah gitu, dia kuliahnya di kampus sing di pengini (yang di idamkan) Mayang, opo wes jenenge, Gajah mungkur ya Nduk??" tanya bu Retno, menatap wajah putrinya.

"Aahh Ibuk iki, Gajah Mada Buk!!" jawab Mayang manyun.

Pak Suryo tampak terkejut mendengar itu.

"Laa wong kere ae, kok sok-sok an kuliah!! arep bayar pake apa si Siti?? nganggo godong ta bayare??( orang miskin kok sok-sok an kuliah, mau bayar pake apa? pake daun??) ujar pak Suryo, terlihat mulai emosi.

Karena dia pun merasa tak rela, jika Fitri yang anak orang miskin itu, bisa melampaui putrinya.

"Kurang ajar, darimana mereka mendapatkan uang untuk kuliah? bukankah biaya kuliah disana sangat mahal?" tanya pak Suryo, tampak geram. 

"Dapet beasiswa kata Siti Pak, jadi ora usah bayar!! gratisss" jawab bu Retno, memerotkan bibirnya.

Mendengar itu, Pak Suryo bertambah kesal. 

"Ya sudah Ndukk! kamu buruan mandi, terus berangkat!  memangnya kamu mau, di kalahkan sama si Fitri itu? Setelah ini, para tetangga pasti pada nanyain kamu, sudah berangkat apa belum!!" seru Pak Suryo, menyuruh putrinya untuk segera bersiap.

"Tapi Mayang jadi gak semangat lagi Pak!!" rengek gadis berwajah cantik itu, malah semakin membenamkan dirinya ke dalam selimutnya. 

"Laa, kalau kamu tidak kuliah, malah hanya akan mempermalukan diri kamu sendiri!! nama Bapak dan Ibumu juga pasti akan ikutan tercoreng.

Kita doakan saja, si Fitri itu gak sampai lulus kayak si Dini itu!!" seru bu Retno tampak berang, saat putrinya malah tidak mau berangkat.

"Iya Nduk, bener kata Ibumu itu, namanya orang miskin, Bapak jamin, gak bakalan sampek lulus dia. Sekali miskin ya tetep miskin!

Lain sama kita, yang memang sudah sugeh dari dalam perut!!" ujar sang Ayah, mencoba membujuk putrinya, agar segera bangun dan berangkat ke kota, untuk persiapan kuliah.

"Tuh, kamu sudah di tungguin sama Rina dan Diva. Mereka sudah siap, tinggal nunggu kamu tok!!" seru ibunya lagi.

Dengan malas, Mayang pun akhirnya menuju kamar mandi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKIRA PEDAGANG BAKSO BIASA, TERNYATA?    Bab 34

    Waktu terus berlalu, Ustadz Ibrahim yang awalnya terus melakukan pendekatan pada Mayang, kini malah sedikit demi sedikit mulai menjauh.Padahal Rudi sudah mulai mengalah, karena ia merasa, mungkin Mayang akan lebih cocok bersama dengan Ustadz Ibrahim, yang alim itu.Semuanya berawal, kala itu ustad Ibrahim secara tidak sengaja, mendengar percakapan Mayang bersama sang ibu.Ustadz Ibrahim, yang ingin menjemput Raya bersekolah seperti biasanya, mendadak membeku di depan pintu rumah Bu Retno, saat dia secara tak sengaja, mendengar percakapan mereka."Aku ini tidak pantas untuk ustad Ibrahim Ibu..apalagi dulu aku pernah hamil di luar nikah dan menggugurkannya, bahkan juga sering berzina" ucap Mayang, saat sang ibu menanyakan tentang ustad Ibrahim, yang sering bertandang ke rumah mereka.Ustadz Ibrahim yang bersiap mengetuk pintu rumah itu, segera menurunkan tangannya, dan berbalik, bergegas pergi dari rumah Mayang.Sepanjang jalan menuju madrasah, pikirannya terus saja berkecamuk, dengan

  • DIKIRA PEDAGANG BAKSO BIASA, TERNYATA?    Bab 33

    "Aku mohon Mayang, kembalilah kepadaku" mohon Mahmudi sore itu, saat Mayang bersiap untuk berangkat menuju kedai bakso, tempat dia bekerja sekarang, setelah tadi pulang sebentar, untuk melihat ibunya, dan menyiapkan peralatan sekolah Raya, untuk belajar mengaji di Madrasah.Raya tampak ketakutan, takut di bawa pergi oleh ayahnya, yang selama ini tak begitu dekat dengan nya."Kenapa Mas? harus berapa kali lagi, kamu menyakiti ku?? aku sudah capek Mas, terus-menerus di khianati, dan di bohongi sama kamu.Aku juga sudah lelah, dengan semua perlakuanmu, yang selalu merendahkan aku" jawab Mayang dengan suara yang bergetar, karena menahan emosi yang selama ini terpendam."Aku pikir, menikah dengan orang yang jauh lebih tua sepertikamu, bisa melindungi dan membuatku nyaman. Tapi nyatanya apa yang aku dapat selama ini??" ujar Mayang lagi, kemudian menyeka air matanya, dari pipi tirusnya. "Aku mohon sayang, kali ini Mas sungguh-sungguh" tahan Mahmudi, mencekal lengan Mayang erat."Lepas Mas!!

  • DIKIRA PEDAGANG BAKSO BIASA, TERNYATA?    Bab 32

    Lima tahun telah berlalu....Desa Mekarsari kini menjadi lebih ramai, apalagi saat Abdul mendirikan sebuah Madrasah, tempat sekolah mengaji setiap sore di desa itu. Hal itu di sambut dengan sangat antusias oleh warga.Dengan menggandeng para pemuda dan tokoh agama, sekolah itu sudah berjalan selama kurang lebih 3 tahun lamanya.Muridnya yang awalnya hanya puluhan orang, kini sudah menjadi ratusan, karena dari desa-desa tetangga, juga banyak yang belajar mengaji di situ.Letaknya yang ada di sebelah rumah bu Siti, menjadikan rumah itu tak pernah sepi setiap harinya. Apalagi Abdul juga membuka cabang baksonya yang entah ke berapa, di dekat Madrasah nya itu.Fitri pun sekarang juga tengah hamil anak yang kedua, setelah Salman putra sulungnya berusia 4 tahun."Sayang, jangan terlalu lelah, ingat kandunganmu" peringat Abdul, saat istrinya itu masih saja membuat adonan kue-kue donat, yang akan ia bagikan untuk anak-anak mengaji nanti, di bantu oleh beberapa tetangga. "Aku kan cuma tunjuk

  • DIKIRA PEDAGANG BAKSO BIASA, TERNYATA?    Bab 31

    "Selamat datang kembali di desa ini bu Siti" ucap para tetangga, sambil memeluk bergantian, berharap juga bisa mendapatkan keberkahan, dari para tamu Allah, yang baru kembali. Cukup lama para warga bercengkerama, mendengarkan cerita bu Siti, selama menjadi tamu Allah, dan berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Semuanya larut dalam ceritanya, bahkan ada yang sampai meneteskan air mata, karena juga ingin, bisa segera mendapat panggilan, supaya bisa segera berangkat ke Baitullah. Di penghujung acara, setelah semua para tamu mendapatkan makan, dan juga mencicipi air Zamzam, walau hanya sedikit, bu Siti meminta Abdul, untuk melantunkan doa, supaya semua yang hadir, juga bisa segera berangkat.Abdul kemudian membacakan doa, yang segera di amini oleh hadirin.Selesai doa, Yu Karsiyem dan kawan-kawan nya, di mintai tolong, untuk membagikan oleh-oleh, yang telah disiapkan, berupa sajadah, tasbih, dan minyak wangi. Dengan cekatan, oleh-oleh yang sudah di siapkan pun di bagikan kepada selur

  • DIKIRA PEDAGANG BAKSO BIASA, TERNYATA?    Bab 30

    Keberangkatan bu Siti dan anak menantunya, juga besannya, di iringi oleh para warga, yang juga hadir, untuk ikut doa bersama. Semua warga, mendoakan yang terbaik. Agar senantiasa selamat sampai tujuan, hingga kembali lagi ke rumah.Sebelum berangkat, tak lupa bu Siti menitipkan rumahnya kepada para tetangganya. Supaya tidak kosong dan sepi.******Dua minggu telah berlalu, pak Suryo dan Juminten, tengah cemas, menunggu pembagian keuntungan, yang telah di janjikan oleh pihak investasi. "Mas, kok belum cair-cair ya" ucap Juminten, sambil terus memeriksa ponselnya.Pak Suryo hanya diam, tak menyahut, karena pikirannya saat ini juga sedang kalut.Bagaimana tidak, uang di tangannya sudah semakin menipis, sawahnya juga sudah habis ia jual, menuruti perkataan Juminten, dan uangnya semua dia investasikan. Juminten tampak resah, sambil terus mengusap perutnya yang sudah membesar, karena sudah memasuki masa melahirkan. Di saat mereka tengah menunggu pembagian hasil itu, bu Retno datang ke r

  • DIKIRA PEDAGANG BAKSO BIASA, TERNYATA?    Bab 29

    Mahmudi meraup wajahnya kasar. Dia benar-benar merasa tertipu oleh Juragan Suryo. Karena waktu itu, katanya masih gadis, nyatanya sudah tak ber segel.Mau di kembalikan, sayang. Untung saja Mayang cantik, andai biasa saja, tentunya ia akan langsung minta ganti rugi, dan mengembalikannya."Ya sudah lah, mau bagaimana lagi, sekarang kamu harus selalu patuh pada perintahku!! supaya tidak rugi, aku sudah membayar maharmu dengan sangat mahal!!" ucap Mahmudi, kemudian melanjutkan aksinya lagi, dengan kasar.Tak di perdulikannya Mayang yang menangis kesakitan, dia benar-benar merasa sangat jengkel, karena sudah di tipu oleh ayah mertuanya. Semalaman Mayang di paksa nya, untuk terus melayaninya, tanpa mengenal belas kasihan, pada istri yang baru ia nikahi itu.***"Mana istrimu Di?? pagi-pagi kok belum keluar dari kamar?!!" decak bu Susan tampak kesal."Masih tidur tuh, di kamar" jawab Mahmudi, sambil membuat kopi di dapur.Bu Susan benar-benar murka melihat ini, sudah bayar mahar mahal, te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status