Share

2. Bari Kritis

 Rumi hanya bisa menangis saat mendapat kabar bahwa Bari—calon suaminya yang tiga hari lagi akan menikah dengannya, tengah kritis di rumah sakit. Kakinya masih terlalu gemetar dengan dadanya bak tertimpa batu karang yang sangat besar. Di depannya ada Angkasa—calon ayah mertuanya yang duduk sambil menunduk dan menyembunyikan air matanya. 

 “Minum dulu, Pak Angkasa,” suara Tiara—kakak dari Rumi meletakkan dua cangkir teh di atas meja. Angkasa hanya bisa tersenyum tipis, sambil mengangguk, tetapi tangannya tidak cukup kuat untuk mengangkat cangkir teh yang dihidangkan di depannya.

 “Pa, saya ingin bertemu Mas Bari. Tolong antarkan saya ke rumah sakit,” ujar Rumi sambil menahan isak tangisnya. 

"Biarkan Pade ikut ya. Pade ingin melihat keadaan Bari," sela seorang lelaki paruh baya, yang tidak lain adalah saudara laki-laki dari almarhum ayah Rumi. Rumah Pade Supri berada persis di samping rumah yang Rumi tinggali saat ini. Angkasa mengangguk pelan.

 “Mbak sangat mengerti permintaan Bari, Mbak harap kamu mau memikirkannya Rumi,” kata Tiara sambil menyentuh pundak adiknya. Rumi masih terisak sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Saya sudah menganggap Papa Angkasa sebagai papa sendiri. Bagaimana bisa tiba-tiba menjadi istri dari calon mertua sendiri? Papa juga akan menikah dengan Tante Lana bulan depan. Tidak, Pa. Mas Bari tidak mungkin melakukan ini pada kita. Saya harus ke rumah sakit sekarang.” Rumi sudah berdiri dengan cepat, lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya. 

 Pade Supri menghela napas berat, sambil berkata, “kenapa menjadi rumit seperti ini?” Angkasa menoleh dengan lemah, lelaki itu pun ikut menggeleng tidak paham.

 “Saya tidak peduli apakah Bapak, atau Bari yang  akan menikahi adik saya. Yang jelas, salah satu di antara kalian berdua harus bertanggung jawab, karena acara pernikahan sebentar lagi akan tiba dan juga adik saya sudah dirusak oleh anak Bapak. Walau mereka melakukannya atas dasar suka sama suka, tetapi saya harap Bapak cukup gentle untuk mempertanggung jawabkan semua ini.”

 Rumi sesekali masih terisak menarik air hidungnya. Sepanjang perjalanan, gadis yang usianya berbeda dua tahun dari Bari itu tidak mengeluarkan suara apapun selain isakan yang terdengar amatlah pedih. Fokus Angkasa pada kemudinya sedikit terganggu karena ia merasa sangat iba dengan Rumi yang sebenarnya juga sudah ia sayangi layaknya anak sendiri. 

Sejak duduk di bangku SMA keduanya sudah menjalin asmara. Bari kakak kelas tiga dan Rumi adik kelas satu. Hubungan keduanya berlanjut hingga Bari kuliah, begitu pun juga dengan Rumi. Tentu saja Angkasa mengenal baik pacar anaknya yang sering berkunjung ke rumah. Sekarang, keduanya dihadapkan pada permintaan Bari yang tidak masuk akal dan sangat berat. 

“Pa, apa Mas Bari tidak bisa disembuhkan?” akhirnya Rumi membuka suara. Angkasa menoleh dengan tatapan hangatnya.

“Umur adalah rahasia Tuhan. Saya sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk Bari. Perawatan juga saya sudah pindahkan demi Bari mendapat dokter terbaik di Jakarta. Semoga saja Tuhan melihat usaha saya yang menginginkan kesembuhan untuk Bari yang ingin melihat kalian menikah. Saya tidak tahu harus berkata apa pada Lana jika—“ Angkasa tak sanggup meneruskan ucapannya. Air matanya kembali tumpah. Keduanya menangis di dalam mobil hingga tiba di parkiran rumah sakit.

“Ya ampun, Pak Angkasa darimana saja? Anaknya kritis, Pak. Cepat!” seru seorang perawat yang menghampiri Angkasa dan Rumi begitu ketiganya keluar dari lift. Perawat mendorong kembali Angkasa ke dalam lift yang diikuti oleh Rumi dan Pade Supri Wajah keduanya tegang dan napas mereka seakan ikut terasa sesak.

“Itu di ruang ICU. Cepat, Pak!” Angkasa dan Rumi berlari masuk ke dalam ruang ICU. Keduanya memakai seragam khusus pengunjung pasien ICu dengan asal. Terlihat seorang dokter tengah memeriksa Bari yang hampir tak sadarkan diri dengan napas yang masih terengah-engah.

“Dok, anak saya ….”

“Bapak berdoa dan kami akan berjuang. Semoga ada mukjizat dari Tuhan,” jawab dokter itu dengan optimis.

“Mas, ya Allah. Mas yang kuat, ada aku di sini, Mas. Mas, jangan tinggalkan aku,” isak Rumi dengan begitu sedihnya. Angkasa pun tidak bisa menahan air matanya untuk tidak tumpah kembali.

“Rumi, menikahlah dengan Papa. Aku mohon.” Rumi menggeleng, tetapi jemari lemah Bari menyentuh tangan wanita yang paling ia cintai.

“K-kalau k-amu mencintaiku, me … menikahlah dengan papa.”

“Pa, di sa … ku baju ini, ada cincin yang kita beli untuk Rumi. Pakailah!” seorang perawaat membantu mengeluarkan cincin sangat cantik dari saku Bari, lalu ia berikan pada Angkasa.

Rumi dan Angkasa tidak punya pilihan lain selain melaksanakan permintaan terakhir Bari. Seorang ustadz masjid terdekat dari rumah sakit dipanggil oleh salah seorang satpam untuk membantu menikahkan Rumi dan Angkasa di rumah sakit. Di depan dokter dan satpam, juga dua orang perawat, serta tubuh lemas Bari yang terbaring dengan banyak alat terpasang di tubuhnya. Pade Supri pun bertindak sebagai wali dari Rumi yang sangat kebetulan sekali ikut hari ini.

“Saya terima nikah dan kawinnya Rumi Syakia binti Hendro Purnomo dengan mas kawin cincin sepulug gram dibayar tunai.”

“Alhamdulillah sah.”

“Dok, pasien!” seru perawat panik dengan keadaan Bari yang semakin terengah-engah. Rumi berteriak histeris melihat keadaan bari yang sangat menyedihkan. Dokter sibuk mengaktifkan kembali alat pacu jantung dan berusaha untuk menyembuhkan pasiennya.

Bugh

Bugh

Bugh 

Suara alat pacu yang menekan dada Bari membuat Rumi menutup telinganya.

“Allahu Akbar, ini mukjizat. Mas Bari sudah lewat masa kritisnya, Pak, Mbak. Alhamdulillah, t-tapi … Bapak dan Nona ini sudah menikah, lalu ….”

Bersambung

Nah loh, gimana itu? Pasti kalian menebak Bari meninggalkan? Itu sudah biasa. Mari kita bikin sedikit berbeda. Setuju?? Jangan lupa tekan bintangnya ya. Terima kasih

Comments (6)
goodnovel comment avatar
rosita sari
wkwkwk di prank sama author nya apa baru hanya sandiwara aja hehe
goodnovel comment avatar
Willny
speechless deh
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
gimana ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status