Share

AKU MERASA BINGUNG

Author: Mata coklat
last update Huling Na-update: 2024-02-05 15:45:43

"Zahra, bangun, Nak!" Suara Bunda membangunkanku yang terlelap di atas sajadah.

"Bentar lagi subuh, kamu mandi! Kita solat berjamaah!" lanjut Bunda mengusap lembut kepalaku.

Kami pun sholat, seperti biasanya semenjak dua tahun lalu Ayah meninggal dunia, Bunda yang menjadi imam. Kami memang hanya tinggal berdua karena aku anak semata wayang.

"Bun, apa Bunda menginginkan aku menikah dengan Kak Alvin?" lirihku setelah usai berdoa dan sungkem.

"Bunda hanya ingin kamu bahagia," jawab bunda menatap mataku yang setengah menunduk.

"Apa bunda bahagia?" tanya aku lagi.

"Bunda sudah bahagia memiliki kamu, Zahra. Apalagi setelah kamu memutuskan berhijrah. Bunda merasa Bidadari syurga ada di samping, bunda. Ada bekal kelak untuk bunda, saat Allah datang menjemput."

"Bun..." Kupeluk tubuh Bunda dengan begitu erat.

Hangat dan menenangkan. Tidak, ketika tangan kekar kak Alvin memelukku saat aku berusaha mendorong tubuhnya yang dengan lahap memangsaku. Menciumi setiap jengkal raga yang rapuh ini.

"Bunda yakin apapun keputusanmu adalah yang terbaik buatmu. ."

Kalau dengan mendapat musibah sepahit ini, Allah memberiku kesempatan berhijrah. Lalu kenapa Allah mempertemukanku dengan pemerkosa itu lagi? Sebagai calon suami. Sesulit inikah ujian hijrah ku ya Allah

"Jalan Hijrah memang tidak mudah, Nak"

"Sesulit inikah ujian hijrah ku ya Allah"

"Namun, kalau kamu mengikuti skenario Allah, pasti akan indah diwaktu yang tepat, karena sejatinya Allah lebih tahu apa yang hambanya butuhkan bukan yang kita inginkan."

****

Selesai membersihkan rumah dan membantu Bunda memasak. Aku pergi ke tempatku mengajar, kegiatanku saat ini memang menjadi guru PAUD.

Mengajak bermain sambil belajar anak-anak lugu tak berdosa membuatku melupakan kenangan pahit itu, walau sesekali terlintas ketika kak Alvin memainkan tubuhku seperti boneka yang dengan bebas digerakan sesukanya, terlentang, tengkurap bahkan menyilangkan tanganku di antara ranting semak berduri lembut, namun tajam bila tertusuk.

Setelah selesai mengerjakan tugasku sebagai seorang pengajar. Aku pun pulang. Membantu Bunda menyetrika jahitan baju pesanan pelanggannya.

Waktu berjalan begitu singkat, ba'da Ashar telah berlalu, kak Alvin datang tapi kali ini bersama seorang perempuan paruh baya, karena sebelumnya Ustadz Danu memberi tahu kalau beliau tidak bisa datang.

"Ini Bi Sari, asisten rumah tangga dirumahku. Namun, semenjak kedua orang tuaku meninggal, beliau sudah seperti ibu buatku," tutur kak Alvin memperkenalkan Bi Sari padaku.

Aku mengajaknya bersalaman mencium punggung tangan bi Sari.

"Zahra, Aku mau memberikan ini." Ditaruhnya sebuah gelang bermanik bintang milikku yang hilang malam itu. Malam kesucianku terenggut.

Aku yang setengah sadar berusaha menarik sweeter milik pemerkosa itu untuk terhindar dari cumbuannya, tangan lemah ini berhasil menggapai ujung kantung dari sweeter. Namun, sekali lagi aku terkulai lemas karena tenaga telah habis setelah darah keperawananku mulai keluar meninggal kan rasa sakit hingga menembus palung hati.

"Permisi!" Aku berdiri meninggalkan kak Alvin dan Bi Sari, karena Bunda memang tidak ada bersama kami, beliau sedang membeli gula yang kebetulan habis.

Aku berlari kecil menuju kamar, duduk didepan meja rias. Menatap pantulan wajahku dicermin yang mulai meneteskan airmata. Kubuka laci dan kuambil amplop berwarna coklat yang sudah tersimpan sejak 5 tahun lalu.

Ku usap semua airmata yang menempel di pipiku hingga setengah kering. Dengan kaki sedikit gemetar, aku kembali ke ruang tamu.

"Ini, Kak!" Aku memberikan amplop itu pada kak Alvin. Ia pun membuka amplop itu, terlihat wajahnya terkejut melihat isi di dalamnya.

"Satu juta limaratus ribu. Masih uang yang sama," lirihku sedikit menundukan pandangan.

Berusaha menahan agar airmata ini tidak jatuh lagi.

Malam itu aku sudah menjatuhkan airmata terlalu banyak, aku harus bisa melewati jalan yang Allah berikan padaku. Tidak mau terlihat lemah di depan kak Alvin.

"Zahra, malam itu aku gak bermaksud menghinamu. A-aku.... "

"Assalamu'alaikum, Zahra!" terdengar dari balik pintu seseorang memanggilku, kak Alvin tidak sempat melanjutkan ucapannya.

Ternyata Pak RT yang datang, beliau membawa kabar kalau Bunda tergeletak lemas hampir pingsan didepan warung Bu Marni. Aku pun panik, berlari keluar. Kak Alvin juga Bi Sari mengikutiku.

Kami langsung membawa Bunda ke rumah sakit, setelah diperiksa asam lambung Bunda kambuh, kebetulan hari ini Bunda sedang berpuasa di bulan muharam.

Dokter memintaku untuk menebus obat di apotek, kak Alvin dan Bi Sari yang masih berada disana menawarkan diri menjaga Bunda sementara aku pergi.

Andai tawaran ini berlaku lima tahun lalu, kak Alvin menjaga kesucianku mungkin mata para tetangga tidak memandang hina keluarga kami.

Setelah menebus obat aku berjalan kembali menuju ruangan Bunda, Namun ku lihat Bi Sari keluar sendirian dari ruangan itu.

"Mau kemana, Bi?" tanyaku saat berpapasan dengannya.

"Den Alvin menyuruh bibi membeli makanan, Nak!" jawab Bi Sari.

Begitu peduli kah kamu terhadap keluargaku, Kak !. Saat dulu kamu tanpa memikirkan keburukan apa setelah perbuatan keji mu kepadaku. Ya Allah, mampukah aku menepis trauma dalam diri ini?

Adzan magrib sudah mulai berkumandang, aku percepat langkahku karena Bunda pasti ingin menunaikan sholat. Namun, betapa terkejutnya aku, melihat Bunda sedang sholat di atas ranjangnya dengan di imami seorang Alvin.

Perlahan Aku masuk dan menaruh obat Bunda dinakas samping ranjang.

"Kamu sholat dulu, Nak!" ucap Bunda, selesai membuka mukenahnya.

Kak Alvin meminta izin menunggu diluar.

"Sehabis sholat kamu harus memenuhi janjimu, Zahra!"

"Janji apa, Bun?" tanyaku sembari menerima mukenah yang diulurkan Bunda.

"Janji memberi jawaban tentang kelanjutan ta'aruf ini pada Alvin"

Aku tertunduk.

"Sebagai seorang muslim, kamu harus menepati janjimu, Nak! nanti sekalian kamu suruh pulang saja, kasihan kalau harus menunggu Bunda disini"

Aku hanya menjawab dengan mengangguk.

"Yakinkan hatimu, Nak! Bunda tidak memintamu menerima Alvin, tapi Bunda juga tidak mengharapkan kamu menolaknya. Semua keputusan ada ditanganmu."

Aku pun melanjutkan sholat. Begitu khusyuk sampai di ujung doa airmata ini menetes begitu saja.

"Ya Rabb, jika aku harus menerima jalan takdirku yang ternyata calon suamiku adalah kenangan pahitku. Lumpuhkan lah ingatan akan malam itu, biarkan aku menerimanya dengan ikhlas sebagai suamiku. Namun, apabila aku menolaknya, yakin kan hati ini, kalau penolakan ini bukan dendam, karena aku sudah berusaha memaafkannya.Bismillah...."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    PARFUM WANITA DI KEMEJA KAK ALVIN

    Kesibukan kak Alvin membuat jarak di antara kami. Dengan susah payah aku menepis jarak ini agar bisa melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru dengan kak Alvin. Namun, sudah hampir dua bulan kak Alvin selalu di sibukkan dengan pekerjaannya.Ponselnya selalu berdering hampir setiap saat.Berangkat pagi dan pulang malam, malah kadang sampai dini hari. Mungkin karena dia belum dapat asisten pribadi yang baru. Semua pekerjaan dia yang pegang.Malam ini kak Alvin terlihat sangat letih. ia membuka kemejanya dan langsung merebahkan dirinya di atas ranjang." Udah sholat?"tanyaku, menghampiri."Sudah" jawabnya singkat. Ia memaksakan tubuhnya yang letih untuk menuju ke kamar mandi." Aku mandi dulu yah" ucap kak Alvin meninggalkanku.Sementara kak Alvin mandi, aku memunguti kemejanya yang berserakan. Namun, hidungku seakan mencium bau parfum wanita. Aku pun memastikan sekali lagi dengan mendekatkan hidungku di kemeja kak Alvin.Memang b

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    KESIBUKAN KAK ALVIN

    "Sayang bangun" bisik kak Alvin terdengar di telingaku.Aku mengedipkan mata beberapa kali, rasanya enggan terbuka. Tubuhku masih terasa lemas akibat pertarungan semalam. Bukan pertarungan mencari siapa yang menang atau yang kalah, melainkan awal dari pembuahan cinta kami."Hari ini kita akan datang ke pemakaman Beni" lirihnya, masi berada di atas wajahku. Hembusan nafasnya tercium menyegarkan dengan aroma mint." Bagaimana aku akan bangun, kalau kakak terus berada di atas ku" ucapku tersipu." Maaf!" kak Alvin salah tingkah dan langsung menggeser tubuhnya. Ia pun berdiri kemudian duduk di sofa mengambil Al-Qur'an kecil.Menunggu untuk sholat subuh berjamaah. Sementara itu, aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Waktu subuh sudah mau habis, sepertinya matahari tidak sabar menunjukkan Kilauan cahayanya.Sholat subuh selesai, sarapan pun sudah di habiskan. Kami bergegas menuju tempat Beni di kebumikan.

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ASISTEN ALVIN YANG MENGALAMI KECELAKAAN

    Aku menguatkan hati dan tubuh ini, mengajak Lina mengantarku menuju rumah sakit yang di beritakan di tv, aku ingin memastikan kalau berita itu salah.Berulang kali aku menghubungi ponsel kak Alvin, namun selalu berada di luar jangkauan. Di balik kegelisahan ini, tak henti aku memainkan jemariku memutar tasbih menyebut asmaNYA.Sampai Ba'da Dzuhur mobil belum juga sampai di rumah sakit, akupun memutuskan sholat di masjid pinggir jalan raya." Aku akan lebih belajar menjadi istri yang baik ya Allah. Ku mohon beri aku kesempatan!" Doaku, ku khususkan untuk kak Alvin.Selesai sholat, kami melanjutkan perjalanan.Satu jam kami berkendara akhirnya sampai di rumah sakit.Aku berlarian menuju kamar mayat yang di tunjuk salah satu perawat, ketika aku bertanya tentang korban kecelakaan dengan menggunakan mobil kak Alvin.Setibanya di depan ruangan itu, terlihat ada beberapa polisi, dan kak Alvin? apa dia benar kak Alvin? Ku langkahkan

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    FAREL MENINGGAL

    " Tadi Aku mampir ke rumah bunda" kak Alvin melepaskan genggaman tangannya." Kata Bunda, Farel tidak bisa di selamatkan"DegDetakan jantungku melemah, tulang tulang di tubuhku seakan copot dari persendian, mata ini tidak bisa menahan untuk terpejam. Semua gelap."Zahra! Bangun Zahrah!"Aroma minyak kayu putih menyengat di hidungku, perlahan ku buka mata ini. Terdengar suara kak Alvin memanggilku." Kak Alvin" lirihku mendudukan tubuh ini yang awalnya terbaring di atas ranjang." Kamu, gak apa apa?" tanya kak Alvin, raut wajahnya begitu panik."Aku baik baik saja,Kak . Maaf" tangisku pun pecah. Ia langsung memelukku yang menundukkan kepala." Maafkan aku, Kak. Ampuni aku!"Sungguh hati ini tidak bisa menahan duka yang sedang menyelimuti. Meski kucoba tegar, namun tidak bisa di pungkiri, perasaanku terhadap Farel masih ada. Ya Allah hina sekali diri ini." Istirahatlah Zahrah""

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    BERZIARAH KE MAKAM MAMAH PAPAH,DAN AYAH

    Cahaya mentari pagi sudah mulai masuk melalui cela cela jendela yang sengaja aku buka. Hari ini aku dan kak Alvin berencana berziarah ke makam mamah, papah, dan ayah.Aku membantu kak Alvin mengenakan pakaiannya, nampak jelas kalau dia masih merasa sakit di bagian punggungnya.Sesekali pandangan kami bertemu, menimbulkan rasa canggung dan membuat tanganku gugup kalau harus memasukkan kancing satu persatu kemejanya.Setelah selesai bersiap kami langsung berangkat ke pusara Mamah dan papah terlebih dahulu. Masih dalam kebisuan, di dalam mobil kami seperti orang asing bukan layaknya pasangan suami istri."Zahra,apa hobi kamu?" tanya kak Alvin mengajakku mengobrol." Menulis,kak," jawab ku singkat." Makanan favorit?"" Nasi"Seperti ada yang aneh dengan jawabanku, kak Alvin malah terkekeh. Aku langsung menatapnya."Ma'af" ia menghentikan tawanya. suasana kembali hening. Hingga mobil berhenti di lahan parkir tempat p

  • DILECEHKAN CALON SUAMIKU    ALVIN MENGOPERASI TATONYA

    hari pernikahanpun tiba, sesuai permintaanku tidak ada kemeriahan, hanya beberapa keluarga yang datang" Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Nur Aulia binti Khosim dengan maskawin tersebut. Tunai! "" Sah? ""Sah !""Alhamdulillah "Kak Alvin menyematkan cincin di jari manisku, dan untuk pertama kalinya aku memberanikan diri mencium punggung tangannya.Setelah malam itu, tanganku kembali tersentuh olehnya . Dulu disertai rasa takut, sedangkan sekarang dengan menyebut nama Allah terasa nyaman. Dia suamiku.Akan nikah selesai semua tamu berangsur pulang, termaksud Bunda. Hiasan pengantin yang memang tidak terlalu banyak, tidak memakan waktu lama untuk merapikan kembali.Walau tidak ada resepsi atau pesta yang mewah , namun hari ini begitu melelahkan. Aku letih.*****" Kita sholat sunah dulu," Ajak kak Alvin.Kami pun menunaikan sholat 2 rakaat. Setelah selesai sholat kak Alvin membuka baju kokoh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status