Share

Move On?

Author: ARY
last update Last Updated: 2023-10-10 22:28:12
“Pokoknya Bapak nggak mau tau! Kalau sampai anak kesayangan Bapak itu kenapa-napa awas saja nanti, lihat saja apa yang bakalan Bapak lakuin!”

Tak lama kemudian, dokter Hendra ke luar dari ruangan pemeriksaan.

“Kondisi Aisyah gimana?”

“Kondisi Aisyah baik-baik saja, pak bu.” Hendra berusaha bersikap tenang

“Baik-baik saja gimana! Tadi anak saya pendarahan!” Pak Ahmad tampak sangat kesal

“Pak, udah Pak. Ini di rumah sakit jangan buat keributan.”

“Ini semua karena Ibu juga, Ibu selalu belain si Hendra ini!”

“Pak, ini bukan waktunya buat salah-salahan, yang terpenting kan sekarang kondisi Aisyah baik-baik saja.”

“Apanya yang baik Bu? Ibu kan udah lihat sendiri tadi, Aisyah pendarahan Bu.”

“Pak, kondisi Aisyah sekarang baik-baik saja. Aisyah hanya butuh istirahat yang cukup.”

“Pak, nak Hendra ini seorang dokter jadi dia lebih paham dari kita tentang kesehatan.”

“Terus aja belain orang ini, kalau sampai anak Bapak kenapa-napa Ibu juga ikut tanggung jawab.”

Suasana menjadi semakin
ARY

Hai readers >3 Sehat-sehat ya dan semoga selalu dimudahkan rejekinya! Happy reading love >3

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Program Hamil

    Bima sudah kemas mengenakan pakaian yang rapi khas dengan kemeja putihnya. “Kamu siap-siap sekarang!” “Kita mau ke mana, Mas?” “Dokter kandungan.” “Ha?” “Kamu nggak usah kaget gitu! Lupa ya sama kesepakatan kita?” “E-e iya, Mas sebentar.” Jihan bergegas bersiap, sementara itu Kiara sedang asyik berlari-lari di halaman. “Kia, sini sebentar.” “Iya Pa.” Bocah itu segera menghampiri Bima “Mama sama Papa mau pergi sebentar, kamu sama Nenek di rumah ya!” “Nggak mau! Aku mau ikut Mama!” kekehnya. “Sutss! Sebentar aja kok, e-e gini deh nanti kalau udah mau pulang Papa beliin mainan gimana?” bujuknya. Mata bocah itu seketika berbinar, “Mainan? Serius Pa! Emm Papa nggak bohong, kan?” tanyanya meyakinkan. “Iya serius, tapi asal Kia mau diem di rumah sama Nenek dan jangan nakal nanti pasti Papa bakal beliin mainan.” “Yeye, oke Kia di rumah aja, janji ya, Pa!” Masalah Kiara sudah ditangani Bima dengan mudah, pria arogan itu tinggal menunggu Jihan bersiap. “Lama banget sih kamu! Mau

    Last Updated : 2023-10-13
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Menyesali Perbuatan?

    “Terus hasilnya gimana? Kalian berdua sehat-sehat kan?” “Kita belum tau hasilnya, Ma. Besok hasilnya baru keluar.” “Kalau anak Mama udah pasti sehat lah,” ucapnya dengan penuh kepercayaan diri. “Hasilnya bisa dilihat besok,” ujar Jihan. “Oh iya, Mama mau ngingetin satu hal sama kamu Jihan. Ingat ya! Meskipun kesepakatan ini sudah kita setujui kamu jangan tiba-tiba nggak tau diri gitu dong, kamu pikir beli ini itu nggak pakai uang? Kalau anak kamu nanti keterusan minta ini itu kan kasian suami kamu kerja terus capek.” “Oh ya, Mama juga jangan pernah lupa ya sama isi kesepakatan kita apa! Atau perlu aku ingetin? Ini urusan rumah tangga aku sama Bima Ma, jadi Mama nggak punya hak untuk mengatur semuanya kalau Mama melanggar sudah tau kan konsekuensinya apa?” “Ma! Udah dong Ma, Bima capek! Lagian mainan itu bukan Kiara yang minta tapi Bima yang janjiin ke dia, beli mainan doang nggak bakal buat Bima miskin,” tegas Bima. “Kok kamu jadi gini sih ke Mama?” “Ma, Bima cuma ngingetin ke

    Last Updated : 2023-10-14
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Salah Paham

    “Kamu kenapa sih Aisyah? Kenapa tiba-tiba kamu ngehindar dari saya?” ucap Hendra, sembari duduk merenung di teras. “Apa kamu masih belum bisa menerima saya?”. “Dok,” Seorang perawat mencoba memanggil dokter Hendra. “Dokter Hendra.” Pria itu tak kunjung merespon, perawat tersebut lantas menepuk pundaknya. “Eh … iya kenapa?” “Maaf mengganggu dok … pasti lagi banyak masalah ya?” “Eh-e … enggak, nggak papa. Ada pasien lagi, ya?” tanyanya, mengalihkan pembicaraan. “Oh iya dok, pasien sudah ada di ruangan.” “Baik, terima kasih.” Pria yang tengah khawatir itu perlahan mengambil langkahnya karena panggilan tugas sedang menantinya. “Nak, kamu nggak papa?” “Iya, nggak papa Bu. Emang kenapa to?” “Nggak, Ibu khawatir kamu kenapa-napa. Akhir-akhir ini Ibu lihat kamu jarang komunikasi sama nak Hendra, kalian baik-baik saja?” Aisyah menghela napas panjang, “Hah, Aisyah hanya ingin menenangkan diri dulu, Bu. Setelah kejadian ke rumah sakit kemarin, Bapak jadi lebih protektif k

    Last Updated : 2023-10-17
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Salah Paham 2

    “Maksud kamu apa? Sini cerita saja ke Bapak.” “Bapak nggak marah kalau Yaya cerita masalah ini?” tanya Aisyah ragu. “Ya, gimana Bapak mau marah kamu saja belum cerita ke Bapak,” ujarnya. “Masalah Aisyah kemarin dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan, Bapak kenapa sampai nyalahin Hendra? Bapak segitu bencinya dengan dokter Hendra, Yaya Cuma nggak mau saja hubungan Yaya dengan seseorang sampai buat Bapak Yaya sendiri membenci orang, itu tidak baik Pak,” jelas Aisyah. “Masalah itu? Kamu ini harus berapa kali Bapak kasi tau! Bapakmu ini takut Nak, kejadianmu dengan si Bima itu sudah cukup buat Bapak trauma, Bapak nggak bakalan tega lihat kamu menderita lagi.” “Lagi? Kalau begitu maksud Bapak berarti Bapak sudah mendoakan Aisyah sebelum tau kejadian yang sebenarnya ke depannya.” “Lah, bukan begitu maksud Bapak Nak, di mana-mana tidak ada yang namanya seorang Bapak akan mendoakan anaknya yang tidak baik justru Bapakmu ini ingin hidupmu baik-baik saja meskipun nantinya Bapak tidak b

    Last Updated : 2023-10-18
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kembali Ke Jakarta

    “Hah! Ke Jakarta?” “Kalau begitu saya permisi dulu, bu.” Perawat itu melangkah pergi “Kenapa Hendra tiba-tiba ke Jakarta dan tanpa ngabarin aku? Dia juga sampai sekarang belum balas pesan, jangan-jangan dia beneran marah.” Aisyah pergi meninggalkan rumah sakit dengan penuh rasa kekhawatiran dan pertanyaan. “Nak, kamu habis dari mana?” tanya Asih. “Aisyah dari rumah sakit, Bu.” “Cari nak Hendra ya? Gimana kalian udah dapat ngobrol?” “Hendra ke Jakarta, Bu,” jawabnya lesu. “Ke Jakarta? Kenapa tiba-tiba sekali?” Asih terkejut. “Aisyah juga nggak tau, Bu. Hendra sampai sekarang belum bales pesan Aisyah.” Asih tampak semakin mengkhawatirkan Aisyah-anaknya. Sementara itu, Hendra di Jakarta hendak ingin bertemu kedua orang tuanya dan sanak saudara. “Hendra gimana di sana kamu nyaman?” “Alhamdulilah, nyaman Ma.” “Oh iya, katanya kamu mau nyampein sesuatu yang penting, apa?” “Aku harap Mama sama Papa nggak marah ya sama Hendra,” ucapnya ragu. “Marah? Kamu coba cerita d

    Last Updated : 2023-10-23
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Putus Asa

    Tiba-tiba Bima menyeka air matanya, “Apaan sih lu Bima! Nggak-nggak kata dokter Heni, gua bisa sembuh jadi ini bukan karena gua bersalah sama Aisyah!” Sikap Bima yang egois itu tentu saja tidak begitu saja akan menyadari kesalahannya meskipun dirinya sedang terpuruk sekalipun, Bima kembali bangkit dari rasa keputusasaannya karena pernyataan dokter mengatakan dirinya bisa disembuhkan. Bima mengambil langkah tegas, “Gua pasti sembuh!” Sementara itu, Jihan yang baru saja sampai di rumah sehabis dari rumah sakit melangkahkan kakinya ragu untuk memasuki rumah ada rasa takut yang menyelimuti perasaannya. “Jihan! Bima mana?” Sumber rasa takut Jihan telah muncul. “E-e, Mas Bima langsung ke kantor Ma jadi Jihan pulang sendiri,” ucapnya ragu. “Oh, terus hasil tesnya gimana? Semua baik-baik aja kan!” “E-e hasilnya …” “Ngomong yang jelas lah kamu, kayak orang nggak pernah makan seharian aja!” Ajeng mulai geram. “Hasilnya Mas Bima terindikasi varikokel Ma atau pembe

    Last Updated : 2023-10-24
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kunjungan Dadakan

    “Kerjaan di kantor aman kan Mas?” “Semua baik-baik aja, oh iya tolong jaga Mama ya jangan dibiarin capek nanti stres lagi.” “Iya, Mas.” Sembari menuangkan air putih untuk Bima “Hari ini Kia berangkat sekolah sama Papa kan Ma?” Jihan menatap Bima, “I-iya sayang.” “Ye asik, hari ini Papa mau kan aku kenalin ke temen-temen?” “Iya-iya, buruan habisin sarapannya nanti Papa telat ke kantor,” jawab Bima tergesa. “Iya, Pa.” [Ting! Ting!] bunyi bel pintu. “Siapa ya pagi-pagi?” ujar Jihan, sembari melangkahkan kaki untuk membukakan pintu. “Halo, Ajengnya ada?” tanya wanita tua dengan syal di lehernya. “E-e Mama lagi istirahat, bu. Ma-maaf siapa ya?” tanya Jihan ragu. “Kamu Jihan menantunya Ajeng kan? Saya temannya.” Sembari memperhatikan Jihan dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Jihan pun merasa risih karenanya, “Oh, silahkan masuk, bu.” Wanita tua itu segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, tanpa perasaan canggung sedikit pun ia langsung menghampiri Bima yang sedang

    Last Updated : 2023-10-25
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Meminta Restu

    “Saya juga bingung, apa dokter Hendra mungkin sudah tidak peduli lagi dengan saya, bisa jadi apa yang dikatakan Bapak benar.” “Eh jangan salah sangka dulu kita kan belum tau penjelasan dari dokter Hendra, saya kenal baik dengan beliau jadi tidak mungkin dia berbuat demikian.” “Mudah-mudahan aja mbak Hilda bener ya, saya capek mbak kalau harus ngadepin fase kayak gini lagi.” “Saya tau pasti berat, yang sabar, ya. Berdoa saja supaya hal baik terjadi.” “Makasi, ya mbak.” Aisyah tentu saja tidak bisa menghilangkan rasa gelisahnya begitu saja, ia masih terus saja memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Wanita itu saat ini hanya bisa menyibukkan dirinya mengurus kedai, setidaknya rasa gelisahnya sedikit berkurang karena menyibukkan diri. *** “Udah ada yang nungguin tuh di depan!” Hendra segera ke luar, terlihat seorang gadis cantik dengan rambutnya yang tergerai baru saja ke luar dari mobil. “Kakak!” sapa Aluna-adik kandung Hendra. Hendra merentangka

    Last Updated : 2023-10-26

Latest chapter

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keteguhan Hati Aisyah [TAMAT]

    ***“Nak, semoga kamu nggak dendam sama Ibu ya. Ibu ngelakuin ini demi kebaikan kamu, Ibu nggak mau kamu sampai tahu kelakuan Ayah kandung kamu seperti apa, Ibu takut kamu kecewa berat Nak.” Aisyah berpikir keras. Aisyah masih meratapi nasibnya serta anaknya, ia takut tentang ke depannya akan ada masalah yang datang hingga menyangkutpautkan masa lalunya kembali dengan Bima dan Aisyah tidak akan pernah rela bila Arkanza terlibat di dalamnya. Wanita itu takut jika anaknya akan memiliki ingatan kelam tentang kedua orang tuanya terutama sesosok ayahnya yang begitu keji terhadap ibunya dan dirinya.“Ayo Nak, kita pergi sebelum ayah kamu dateng.” Aisyah tampak berkemas, ia pergi membawa Arkanza.* Jantung Aisyah berdegup kencang, tangannya gemetar, keringat pun membasahi keningnya. Langkahnya tampak berat.“Hahhh, bismilah ya Nak semoga ini sudah memang keputusan yang baik buat kita semua.” Aisyah berusaha meyakinkan dirinya.“Ada yang bisa dibantu ibu?”“

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pelengkap Kebahagiaan

    ***“Arka sayang, Ibu udah lama sekali nggak lihat wajah kamu ini! Ibu kangen Nak, Ibu khawatir sama kamu sayang. Kamu pasti selama ini haus banget ya Nak,” ucapnya penuh kasih. Setelah sekian lama, akhirnya Aisyah kembali merasakan kehangatan tubuh bayi mungilnya. Ia terpaksa tak menjalankan peran seorang ibu untuk beberapa waktu yang lumayan menyiksanya, wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan kejadian yang telah terjadi. Sangat menguras emosi dan perasaan seorang ibu.“Nanti tunggu Ayah pulang ya Nak, kita jalan-jalan ke rumah Nenek semuanya sudah nungguin kamu di sana, mereka kangen sekali dengan kesayangan mereka. Kamu anak yang kuat sayang, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini, anak Ibu pintar sekali.”“Assalamualaikum,” ucap seseorang dibalik pintu.“Waalaikumsalam, eh Mas. Kamu udah pulang rupanya.”“Iya, Ya. Halo anak Ayah, Ayah kangen Nak!” ucapnya lembut.“Ganti pakaian dulu Mas, makanan udah aku siapin di meja.”“Iya sayang, makasi ya.” Akh

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Tewas Mengenaskan

    ***“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kasian sekali. Di mana keluarganya Ya Allah?”“Sudah berumur, seharusnya dijaga dengan baik! Anak-anaknya ke mana?”“Sepertinya ibu ini sudah bingung karena faktor umur, kasian sekali!” Di ujung jalan besar tampak terjadi insiden yang menggegerkan orang sekitar hingga menimbulkan kerumunan. Bercak darah berlumuran di jalan, sepertinya terjadi kecelakaan. Mobil ambulance dan polisi segera datang, kondisi korban sudah sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi badannya sepertinya sudah tak bernyawa. Kepalanya terus mengeluarkan darah dan terdapat beberapa luka dibagian kaki serta tangannya, ia sudah tak sadarkan diri. Petugas segera melarikannya ke rumah sakit.“Ih, serem banget!” tukas orang yang lalu lalang.*“Apakah korban telah berhasil di identifikasi?”“Belum berhasil pak, kami cukup kesulitan karena tanda pengenal korban tidak ditemukan saat di lokasi kejadian. Namun, karena korban saat ditemukan mengenakan pakaian pasien kemu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pasal 328 KUHP [Hukuman 12 Tahun Penjara]

    “Bima!” Lelaki itu lekas memalingkan pandangannya, Aisyah menghampiri Bima-mantan suaminya.“Tega kamu Bima! Kamu pikir apa yang kamu lakukan ini sudah akan menguntungkan kamu? Sampai segitunya kamu terobsesi ingin memiliki dia, Arka itu darah daging kamu bisa-bisanya kamu nyakitin dia,” tukasnya kesal.“Gua nggak pernah nyakitin dia, lu yang rebut Arka dari gua Aisyah! Mungkin kalau lu nggak misahin gua dengan dia gua nggak bakalan berbuat nekat kayak gini!” bantahnya.“Apa? Aku nggak salah denger Bima? Bukan aku yang jauhin kamu tapi kamu yang nggak pernah mau nganggep dia sebagai anak kamu, kamu lupa ya gimana biadabnya kamu ngusir aku sama almarhum ayah aku saat itu … saat itu aku ngemis dihadapan kamu Bima! Tapi apa kata kamu dan keluarga kamu justru malah nuduh aku dan menghina aku, dan kamu malah memilih menikah dengan perempuan lain yang kamu anggap bakalan bisa ngasi kamu keturunan karena kamu nuduh aku mandul kan!” ucapnya geram.“Ya itu kan dulu! Karena aku mema

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kehancuran Di Depan Mata!

    *“Jadi di sini kamu sembunyikan anak saya!” ucap Aisyah geram.“Sabar ya.” Hendra berusaha menenangkan. Polisi mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Bima, tentunya ini menjadi bagian yang sangat menegangkan mengingat lelaki bejat itu bisa saja nekat melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa Arkanza.TOK! TOK! TOK! Polisi berusaha mengetuk pintu rumah, mereka berharap Bima bisa ditangkap dengan mudah.“Permisi! Bapak Bima, kami ada urusan penting dengan anda!” Tampak seperti tak ada siapa pun di dalam rumah. Tidak ada suara sahutan seorang pun.“Permisi!” Polisi masih terus mencoba. Sementara itu di dalam rumah, Bima, Jihan dan Kiara tengah makan bersama di meja makan. Mereka rupanya mendengar suara sayup-sayup dari luar.“Siapa Mas? Perasaan seperti manggil nama kamu!” ucapnya penasaran.“Mana aku tau!”“Kamu buat masalah lagi ya? Atau kamu ada ngutang lagi? Jangan-jangan itu debt collector yang waktu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Alasan Tak Berdayanya Jihan

    ***“HAH! BERISIK!” pekik Jihan keras. Wanita itu merasa muak mendengar tangis Arkanza tanpa henti. “Bisa diam nggak sih! Gua itu udah pusing mikirin urusan rumah sama bapak lu yang sampai sekarang nggak pulang-pulang, lu nggak usah lagi nambahin beban gua ya!” Jihan tampak stress, penampilannya awut-awutan. Seharian dia hanya menaruh perhatian penuh pada Arkanza karena takut dengan ancaman Bima jika ia pulang ke rumah.“Ma, aku lapar! Aku mau makan, Ma!” rengeknya.“Sabar sayang, Mama lagi sibuk ini!” sahutnya sembari sibuk menenangkan Arkanza yang tangisnya makin keras.“Mama nggak sayang sama aku lagi! Katanya adik itu bukan adik aku tapi Mama lebih sayang sama dia, dari tadi sama adik itu mulu!” keluhnya merasa tak dipedulikan. Jihan yang mendengar perkataan anaknya yang demikian lantas tertegun, ia tak menyangka jika ia harus menempatkan anaknya mengalami perasaan demikian. Tubuhnya melemas, wanita itu tak berdaya.“Sayang, maafin Mama Nak. Ini semua salah

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Hari Kedelapan

    ***“Mas, aku udah nggak berdaya lagi. Ini sudah delapan hari berlalu tapi Arka anak kesayangan aku nggak ketemu-ketemu. Apa Arka baik-baik aja Mas?” Aisyah tampak sedikit putus asa.“Aisyah, Mas tau kalau kamu khawatir dan juga rindu dengan Arka … kita semua juga merasakan hal yang sama. Kita usaha kuat dan sabar dulu ya, Mas yakin Arka pasti ketemu dan baik-baik aja sekarang.”“Mas, kok kamu bisa setenang ini sih Mas?” tanyanya. Sepertinya Aisyah sedikit kesal dengan suaminya itu karena Hendra tampak begitu tenang di tengah keresahan Aisyah yang sudah memuncak.“Aisyah sayang, meskipun kamu lihat Mas tenang itu semua tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Mas hanya sedang berusaha kuat untuk kamu dan tentunya buat anak kita juga … seperti yang Mas bilang tadi kita semua sedang merasakan hal yang sama. Kamu percaya kuasa Allah kan? Kita serahkan semuanya sama yang di atas, kita mohon petunjuk dan memohon agar Arkanza segera ditemukan,” ucap Hendra berusaha menenangkan. Dalam kondisi in

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pencarian

    “Terus aja kamu ungkit-ungkit!”“Ya kan emang kenyataannya kayak gitu! Kenapa kamu mau nyangkal yang jelas-jelas udah faktanya?” Bima pergi ke kamar begitu saja, ia tampak seperti orang yang kalah berdebat.**TOK! TOK! TOK! Jihan menggedor pintu kamar dengan keras.“Kenapa sih kamu berisik banget dari tadi? Kalau Arka bangun gimana? Aku udah susah payah nidurin dia!” Bima tampak kesal.“Enak banget ya kamu Mas, kerjaannya cuma leyeh-leyeh doang di rumah. Kerja enggak, bantu beres-beresin rumah juga enggak!”“Jaga ya mulut kamu Jihan, aku kan lagi ngerawat anak aku!”“Alasan kamu itu aja ya Mas, kayak nggak ada yang lain, perasaan kalau anak kamu itu nangis juga ujung-ujungnya kamu manggil aku kan. Mending besok kamu kerja deh Mas, ini beras udah mau habis! Kalau kita kayak gini terus lama-lama bisa mati kepalaran di sini. Mending kita balik aja ke rumah yang dulu, setidaknya kalau kita mati masih mati dengan tenang di rumah mewah bukan di kontrakan kumuh ini!”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status