Share

Aku Menyerah

Aku terus beristigfar sepanjang perjalanan menuju rumah Mas Arsya. Mengingat foto Jihan yang dipapah Mas Arsya masuk ke rumah kami yang diperlihatkan oleh Mas Danu, rasanya sangat menyakitkan. Namun, aku harus memastikan secara langsung sekaligus meminta kepastian. Aku bahkan tidak perlu lagi penjelasan karena semua bukti bisa bicara.

Saat taksi yang aku dan Mas Danu tumpangi sampai di depan rumah Mas Arsya, aku langsung turun. Aku pun mendapati mobil Mas Arsya di halaman. Malam-malam begini, pintu rumah terbuka lebar dan lampu menyala begitu benderang.

Perempuan yang entah sejak kapan menjadi orang ketiga dalam rumah tanggaku sedang duduk di ruang tamu sambil menekuri ponsel. Dia masih belum sadar kehadiranku.

"Ada tamu rupanya?" kataku sesantai mungkin.

Jihan gelagapan dan langsung bangkit dari duduk. Dia menatapku dengan raut terkejut. Dari bola matanya yang terus beredar, aku tahu dia tidak tenang dan kebingungan.

"Ma–Manda? Kamu—" Ucapan Jihan dipotong oleh suara dari dalam.
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status