Share

Bab 4 : Pelanggan VVIP.

"Rah, di panggil sama pak Dito," ucap Sinta ketika keduanya berpapasan. Tanpa sengaja Sinta melihat wajah Sarah tampak sembab. Seketika ia merasa khawatir. "Kamu abis nangis, Rah?" tanya nya seraya menatap lekat wajah Sarah.

"aku baik-baik aja," jawab Raina.

"Andai saja pak Dito mengizinkan, aku pasti akan menggantikan mu, Rah. Tapi kata pak Dito, costumer VVIP ingin kamu langsung yang mengantarkan nya," tutur Sinta. Ia sangat khawatir sama temannya. Tapi, ia tak punya kuasa atas apapun.

"Tidak apa-apa Sin. Kalau begitu akun ke sana dulu," pamit Sarah. Ia pun segera pergi menuju ruangan pak Dito.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk," sahut seorang pria dari arah dalam.

"Kamu antarkan makanan ini ke alamat ini, dan ingat! jangan sampai ada yang salah. Ini adalah pelanggan VVIP kita, ucap sang manager memperingatkan seraya meletakkan secarik berisi alamat pelanggan.

Bukan tanpa sebab sang manager sangat merasa khawatir, karena ia tahu betul karyawannya yang satu ini sedikit ceroboh.

"Baik pak, kalau begitu saya berangkat sekarang" pamit Sarah. Ia pun segera menuju ke tempat parkir.

Di cafe ini memang telah disediakan kendaraan khusus untuk keperluan cafe, seperti seped, motor dan mobil.

"Sesuai alamat yang tertera, ini benar rumah nya. Ini rumah apa istana? besar dan megah banget," gumam Sarah. Ia terpesona melihat bangunan megah bergaya Eropa di depannya.

"Seumur-umur aku baru pertama kali ini datang ke rumah seluar biasa ini. Palingan juga lihat di tv!"

Sarah pun segera turun dari motornya, ia berjalan menuju gerbang.

"Gimana cara masuknya?" Sarah tampak bingung. Ia mengetuk dagunya karena bingung.

Ditarik, di dorong, bahkan sampai di tendang. Tapi tetep saja gerbang itu tidak terbuka. Mau menghubungi pihak cafe, tapi ponselnya mati. "Bagaimana ini, apa aku harus balik lagi aja ya?" gumannya.

Baru saja ia hendak pergi menuju motornya kembali, tiba-tiba gerbang terbuka dan seseorang dari dalam menarik bajunya kebelakang.

"Hei, siapa sih main tarik-tarik aja!. Bagaimana kalau saya terjerembab?" sungutnya kesal seraya merapikan bajunya kembali.

"Ya ampun, ternyata anda, tuan. bagaimana anda bisa melakukan ini?, Pantas saja!. Nih makanan anda." Sarah segera menyerahkan makanan sang pelanggan. Setelah itu, ia berpamitan dan berbalik hendak pulang.

"Pak Dito?" ucap Al.

Langkah Sarah tiba-tiba terhenti saat pria di belakangnya menelpon pria yang sangat di takuti nya karena paling suka mengatakan, "kamu saya pecat". Sarah pun kembali menghadap pria yang sedang menelpon.

"Hallo, ini dengan pak Dito manager cafe tempat saya mememsan makanan, kan?" ucap pria di hadapan Sarah yang tak lain adalah Alvaro Alexandra.

"Benar tuan," jawab pria di sebrang sana. Al sengaja melaundspek ponselnya hingga suara pria di sebrang sana bisa di dengar oleh Sarah.

"Sebenarnya saya ingin memberitahukan, bahwa karyawan anda yang mengirim makanan kepada saya itu... " Sebelum Al menyelesaikan ucapannya, Sarah langsung mengambil ponsel dari tangan Al dan mematikan nya.

"Jika anda punya keluhan tentang kinerja saya, anda bisa langsung mengatakan nya kepada saya, tuan. Lihatlah bukankah saya masih ada di hadapan anda?" ucap Sarah selembut dan seramah mungkin. Ia bahkan berusaha menampilkan senyuman semanis mungkin untuk menutupi rasa kesal dan marah yang amat sangat.

"Dasar pria menyebalka," umpatnya dalam hati.

"Ikut saya!. Sekarang kita akan fitting baju. Bagaimanapun dan seperti apapun pernikahan kita kedepannya, saya tidak mau menikah sembunyi-sembunyi!"

"Apa anda sedang bercanda?, tidak mau!. Saya sedang bekerja," jawab Sarah. Lalu ia pun meninggalkan Al. Tapi Al buru-buru menahan pergelangan tangannya dan menarik nya hingga Sarah terjerembab menabrak dada bidang Al.

"Diam disini!. Kamu tahu kan saya ini orang kaya, saya bisa melakukan apapun. Bahkan, mudah saja bagi saya jika ingin membuat kamu di pecat dari pekerjaan mu!" bisik Al tepat di telinga Sarah seraya menyeringai. Mendengar ancaman itu, seketika Sarah ketakutan.

"Baiklah tuan, saya akan ikut anda. Tapi tolong lepaskan tangan saya, sakit," jawab Sarah merintih menahan sakit. Mendengar itu, Al pun segera melepaskan cengkraman nya.

Tiba-tiba saja seorang gadis kecil keluar dari rumah megah itu. Ia berlari menghampiri Al seraya berteriak, "Syla mau ikut!"

"Baiklah tuan putri kecil ku," jawab Al seraya membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan seperti penghormatan pada putri pada umumnya. Sarah yang melihat itu langsung mengikuti nya.

"Siapa gadis kecil ini?, cantik sekali, menggemaskan. Apakah tuan Al sudah memiliki putri?," ucap Sarah dalam hati.

Sarah benar-benar tidak tahan melihat pipi tembem gadis kecil bernama Lyla membuat Sarah gemas dan ingin sekali menjembilnya.

"Hallo Lyla, perkenalkan nama kakak, kak Sarah. Kamu cantik banget sih," ucap Sarah memperkenalkan diri dengan suara dan wajah di buat se imut mungkin.

Kulit wajah putih bersih meskipun tanpa make-up, mata bulat indah beriris coklat, hidung mancung dan bibir mungil kemerah-merahan Alami. Apalagi saat wajahnya di imut-imutkan membuat Al yang melihat nya terpesona.

"Hallo juga kak Salah, kak Salah juga cantik banget. Om Al, kenapa liatin kak Salah telus?" tanya Lyla dengan cadel dan polosnya membuat Al gelagapan.

"Sadar Al, kamu jangan sampai terpesona lalu terjerat olehnya. Ingat tujuan pertama kamu!" batin Al dalam hati.

"Siapa yang liatin kak Salah, Lyla?. Kamu ini ada-ada saja." Timpal Al.

"Benalkah," tanya Lyla menyelidik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status