PENGANTIN PRIA TIDAK DATANG MENJELANG AKAD
BATAL_NIKAH (1)
[Alma, maafkan aku tidak bisa meneruskan pernikahan ini! Ternyata menjelang detik-detik pernikahan ini, aku semakin tidak yakin akan perjodohan yang sudah diatur orang tua kita! Mungkin ini terdengar egois, tetapi beruntung aku menyadarinya sebelum terlambat. Maafkan aku, Alma!]
Seketika itu, aku menjatuhkan gawaiku. Gaun pengantin yang menjuntai indah sudah tidak lagi bisa membuatku tersenyum seperti beberapa menit lalu.
Pernikahan indah yang kubayangkannya seketika hancur bersama sebuah pesan yang kudapati. Mas Rangga---calon suamiku, dengan tega mengirimkan sederet kalimat melalui pesan WA untuk membatalkan pernikahan ini pada detik-detik terakhir menjelang acara. Entah apa alasannya, aku tak mengerti.
Sesak menyeruak. Air mata tanpa kompromi lag
BATAL NIKAH (2)Happy reading!Namun ada suara bariton yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Siapa yang mengatakan mempelai prianya tidak datang? Ini, calon mempelai prianya ada bersama saya, Bi! Tolong tahan para tamu untuk tidak pulang!” Kudengar suara Azka dari luar. Kami semua menoleh tetapi belum bisa melihatnya datang bersama siapa karena Bi Warsih berdiri di ambang pintuBi Warsih menggeser tubuhnya. Mata kami menatap pada sosok pria yang berdiri mematung di samping Azka---saudara kembarku.“Bang Arya?” gumamku dalam dada. Lelaki dengan wajah dingin itu berdiri dan menatap ke arah kami.“Arya akan menikahi Alma, aku sudah berbicara dengannya!” ucap Azka yakin.&nb
Pov RanggaSubscribe dulu ceritanya jangan lupa! Happy reading!Aku mengerjap. Kedua mataku terasa sangat berat untuk dibuka. Kupijit pelipis yang rasanya berdenyut nyeri. Kuedarkan pandang para sekitar kamar yang terasa asing bagiku ini.“Astaga!”Aku memekik kaget. Ternyata aku tidur dengan kondisi setengah telanjang. Hanya memakai celana selutut tanpa pakaian.Kuedarkan pandang ke sekitar, pakaianku bertebaran di mana-mana. Kucoba mengingat-ingat kenapa aku bisa berada di sini.Sore kemarin Miranti---mengajakku bertemu. Dia itu kakak kelasku dulu sewaktu SMA yang ternyata kakak sepupunya Alma Humaira---calon istriku. Dia bilang, ada pesan yang ingin disampai
#BN 4Happy reading!Aku perlahan membuka mataku. Kejadian hari ini benar-benar membuatku shock. Pernikahan macam apa yang baru saja kulalui?Aku masih tidak percaya jika hari ini takdir menjadikanku istri dari seorang lelaki asing. Lelaki yang belum kutahu latar belakangnya. Bahkan nama lengkapnya saja aku tak faham.Pakaian kebaya pengantinku sudah berganti. Kini aku hanya mengenakan baju tidur seperti biasa. Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Kehadiran Mas Rangga dengan tiba-tiba membuat hatiku yang pagi tadi terhempas ke dalam jurang seolah mendapatkan shock terapi darinya. Aku bahkan tidak kuat untuk melihatnya karena terlalu besar kecewaku padanya.“Sudah sadar?” Suara bariton seseorang membuatku menoleh pa
#BN 5Happy reading!Aku menatap pada wanita paruh baya yang memakai daster rumahan itu. Tampilannya sederhana dan rupanya pun biasa. Tidak ada mirip-miripnya sekali dengan Bang Arya.“Perkenalkan, Saya Alma, Bu!” Aku menangkupkan tangan di dada pada akhirnya.“Saya Bi Sumi, Non! Yang biasa bersih-bersih di rumah ini! Mari masuk, Non! Tuan Kecil!” ujarnya sambil memberikan kami jalan.Aku tertegun. Ternyata dugaanku salah. Kukira dia adalah ibu mertuaku. Namun ternyata bukan. Dia hanya orang yang biasa bersih-bersih di rumah ini. Aku cukup geli dengan dipanggil non olehnya. Terlebih dia memanggil Bang Arya dengan sebutan Tuan kecil."Gak usah panggil Non, Bi!" uj
Setelah dua hari dari acara pernikahan Alma dengan lelaki yang entah siapa? Aku mencoba berkunjung kembali ke rumahnya. Berharap dalam kondisi tenang ini, semua bisa menerima penjelasanku. Dalam dua hari ini aku sudah mengklarifikasi masalahnya pada saudara-saudara dekatku. Begitu pun kujelaskan pada ayah dan ibu yang tampak sangat terpukul sekali. Mereka tetap menyalahkan akan kecerobohanku. Namun kini tidak lagi menuduhku. Bahkan ibuku sempat meminta agar dia bisa segera pulang dari rumah sakit agar bisa mengunjungi rumah calon besannya. Namun ternyata dokter belum membolehkannya. Aku sudah memarkirkan mobil di depan rumah Alma. Rumah tapak yang terletak tidak jauh dari ruko itu tampak sepi. Mungkin masih dalam masa istirahat setelah acara resepsi kemarin. “Assalamu’alaikum!” Aku mengetuk daun pint
Tinggal seatap bersama orang asing yang tiba-tiba menjadi suami itu hal yang terasa aneh dan membingungkan. Segalanya masih serba canggung. Terlebih karakternya yang lebih banyak diam ketimbang mengobrol membuat suasana masih saja sama. Kami bak orang asing. Menghabiskan waktu dengan saling berdiam.“Bang, aku mau tidur, ya!”Aku beranjak dari depan televisi. Sedari tadi hanya suara dari dalam sana yang membuat suasana rumah ini sedikit hidup.“Iya,” ucapnya sambil melirik sekilas ke arahku. Lalu kembali fokus pada gawainya.Aku beranjak ke kamar. Meniti tangga ke kamar kami yang berada di lantai atas. Semua barang-barangku sudah diletakkan olehnya di sana.Gegas kuberganti pakaian, menggunaka
Berulang kali aku mencoba menghubungi nomornya. Berharap dia masih memaafkan aku. Berharap aku masih ada tempat untuk kembali ke sisinya. Berharap dia dan laki-laki itu akan segera berpisah. Aku menyukai Alma bukan hanya karena paras cantiknya. Namun dirinya memiliki pesona yang tidak dimiliki wanita lain pada umumnya. “Kenapa kamu tidak mau mengangkat teleponku? Alma … aku harus menjelaskan semuanya padamu!” Kuacak rambutku frustasi. Betapa pahit perjalanan cinta ini. Karir yang cemerlang ternyata tidak mudah membuatku jatuh cinta meski banyak wanita yang datang untuk menyatakan perasaannya. Salah satunya---Miranti. Namun aku sudah mencoba menjelaskan padanya. Aku sudah memilih Alma dan akan menikah. Akhirnya dia mengerti. Kami akan menjadi saudara sepupu dan dia menerimanya. Alma tidak pernah tahu akan hal
Tampak dari dalam tergopoh seorang perempuan setengah baya.Mungkin itu mertuanya atau pembantunya Alma.“Maaf, Mas nyari siapa, ya?” tanyanya sopan.“Saya temannya, Alma! Apakah Almanya ada?” tanya Rangga langsung dengan hati yang berdebar kencang.“Oh, Neng Alma istrinya Tuan Kecil, eh maksud Bibi istrinya Tuan Arya?” Dia memastikan.Rangga mengangguk sambil tetap memasang senyuman.“Iya, Bi … apakah Almanya ada?” tanyanya lagi.“Maaf, Mas! Tuan Kecil sama Neng Alma sudah berangkat dari setelah shubuh tadi! Ada tugas ke luar kota!” katanya.Hati Rangga sek