Share

DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH
Penulis: D'naya

Part 1

DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH

"Ayah ... bangun, jangan tinggalin Alisha!"

Aku masih berteriak, memanggil Ayah

yang diam tak bergerak.

"Ini semua gara-gara kamu! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Ayahmu, maka rasakan akibatnya!"

Bu Rosma, ibu tiriku mengancam dengan tatapan tajam. Beberapa menit kemudian, mobil ambulans datang dan segera membawa ayah ke rumah sakit.

Aku ingin ikut mengantarkan Ayah, tapi Ibu melarangku. Tanpa menghiraukan teriakannya, segera kuambil kunci motor yang terletak di atas meja.

Masih mengenakan baju pengantin lengkap, segera kustarter motorku mengikuti ambulans yang membawa Ayah ke rumah sakit. Tak kuhiraukan tatapan heran dari sesama pengguna jalan ke arahku. Ada juga sebagian dari mereka yang berbisik-bisik membicarakanku. Namun, aku tak peduli, karena yang terpenting bagiku Ayah harus bisa diselamatkan.

Beberapa menit kemudian, sampailah kami di rumah sakit. Seketika kesibukan terjadi di depanku. Ayah segera dilarikan ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan.

"Dasar anak bodoh!"

Masih kudengar umpatan Ibu kepadaku, sesaat setelah pintu ruang UGD tertutup. Sakit sudah pasti, namun bagiku sudah biasa. Hatiku sudah kebal dengan segala sumpah serapahnya.

Mungkin memang seperti itulah tabiat ibu tiri pada umumnya. Tampak baik di depan ayahnya, namun berperilaku buruk terhadap anak dari suaminya.

Ah tapi tidak semua. Buktinya Ulfa, temanku sangat bahagia meski hidup bersama ibu tiri. Mereka hidup bahagia dan saling menyayangi.

Tak berminat meladeni omelan ibu, akupun memilih pergi, mencari tempat yang agak jauh dari tempat wanita itu berdiri. Rasanya sia-sia saja meladeni omongannya, hanya buang-buang energi percuma.

Tatapan aneh kembali kuterima dari orang-orang di sekitarku. Ini semua pasti gara-gara baju pengantin yang aku pakai. Menyadari hal itu, bulir-bulir bening kembali membanjiri pipi.

Aku hanya bisa terisak, meratapi nasibku yang sungguh malang. Tuhan, tak pantaskah aku bahagia? Setelah kau ambil ibuku, kau rampas juga Erik dariku. Untuk saat ini, aku hanya memohon kepada-Mu, jangan ambil ayahku, karena hanya dia satu-satunya keluarga yang aku punya.

Pagi ini, harusnya menjadi hari yang paling bahagia untukku. Berbagai persiapan sudah selesai, tinggal menunggu akad nikah. Lalu, aku akan resmi menyandang status Nyonya Erik. Aku akan lepas dari cengkeraman Ibu tiri yang jahat.

Namun, semua kini hanya tinggal kenangan, menyisakan luka dan kebencian di hatiku. Rupanya hubungan yang terjalin selama beberapa tahun ini, tak mampu membuatku mengenal sosok Erik yang sesungguhnya. Ternyata Erik tak kalah jahatnya dari ibu, karena dia tega membatalkan pernikahan tanpa alasan yang jelas. Dia hanya bilang, tak ingin dianggap sebagai anak durhaka, bila tetap memaksa menikah denganku.

Mengetahui pernikahanku batal, ayah sangat shock hingga serangan jantungnya kambuh. Bu Rosma menyalahkanku atas apa yang terjadi terhadap ayah.

Sedangkan untuk menggelar pernikahan itu, ayah sudah menggelontorkan banyak dana. Tak hanya itu saja, ayah juga harus menanggung malu karena para tamu undangan sudah hadir, namun justru pengantin pria membatalkan pernikahan secara sepihak.

Erik memang jahat, aku tak bisa memaafkannya begitu saja. Apalagi dia sudah membuat ayahku menjadi sakit seperti ini.

***

Setelah dua minggu dirawat, hari ini ayah sudah boleh pulang. Ibu menjemput ayah bersama Rista adik tiriku yang masih SMA.

Sementara aku tak boleh ikut, hanya menunggu di rumah sambil bersih-bersih untuk menyambut kepulangan ayah.

Hal seperti ini sudah biasa bagiku, setiap ada pekerjaan selalu aku yang dicari. Tapi kalau ada hadiah, tentu Rista yang diutamakan.

Sebenarnya aku sudah bosan hidup seperti ini terus menerus. Selalu dikungkung dan tak dihargai, padahal apa yang mereka dapatkan, ada hakku juga di sana.

Semenjak pulang dari rumah sakit, sikap ayah mulai berubah. Ayah yang biasanya tegas, kini justru sebaliknya. Semua yang terjadi di rumah ini, harus sesuai keinginan ibu. Aku merasa, ada yang tidak beres dengan semua ini.

Sebulan setelah kejadian itu, Bu Rosma mengajak kami sekeluarga pergi. Katanya untuk menghadiri hajatan saudaranya yang ada di Bandung.

Tanpa rasa curiga, kuikuti saja permintaannya. Toh ayah juga ikut pergi bersama kami, jadi aman pikirku.

Perjalanan Jakarta-Bandung sekitar 3 jam, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku merasa heran, karena yang kami datangi bukan sebuah hajatan melainkan sebuah rumah biasa seperti yang kami tempati, hanya halamannya saja yang lebih luas.

"Bu, di mana hajatannya? Kenapa sepi sekali?" Tanyaku pada Ibu yang sudah berjalan di depan bersama Ayah.

"Jangan banyak tanya, nanti kamu tahu sendiri." Jawab Ibu singkat.

Aku semakin penasaran mendengar jawaban Ibu, karena sepertinya ada yang disembunyikan dariku.

Rupanya kedatangan kami sudah ditunggu oleh pemilik rumah. Tampak seorang nenek, usianya sekitar 60 tahun, telah siap menyambut kedatangan kami dengan senyum ramahnya.

"Ini yang namanya Alisha ya, cantik sekali kamu Nak?" Tanya Nenek itu sambil melihat ke arahku.

"Iya Nek." Jawabku malu-malu.

"Panggil saja Nek Halimah, senang bisa bertemu denganmu." ucapnya sambil membelai puncak kepalaku.

Mendengar pujian Nenek Halimah, wajah Rista tampak tak suka. Memang seperti itulah tabiatnya, dia tak ingin ada orang lain yang memujiku.

Aku dan Rista memang tak ada hubungan darah. Aku anak dari pihak ayah, sementara Rista dari pihak Ibu. Sifat kamipun bagai langit dan bumi, bahkan dari penampilanpun jauh berbeda.

Aku lebih suka dengan pakaian tertutup, sementara Rista lebih suka dengan baju yang terbuka.

"Malam ini kalian menginap di sini dulu ya, karena acaranya akan diadakan besok pagi." Kata Nek Halimah membuyarkan lamunanku.

Kulihat Ayah dan Ibu hanya mengangguk setuju. Akupun tak masalah, hitung-hitung liburan gratis, pikirku.

***

Pagi harinya ketika membuka mata, samar-samar terdengar suara langkah kaki hilir mudik di depan kamarku. Aku yang penasaran akhirnya keluar dan memberanikan diri bertanya pada salah satu dari mereka.

"Ada acara apa sih Mbak di rumah ini, kok sepertinya sibuk sekali?"

"Akan ada pernikahan di rumah ini. Yasudah saya mau melanjutkan pekerjaan dulu." Jawab Mbak tadi sambil berlalu meninggalkanku.

Oh rupanya hari ini ada yang mau menikah, tapi sudahlah itu bukan urusanku. Akupun kembali ke kamar untuk menunaikan Shalat Subuh.

Ketika baru saja melipat mukena, terdengar suara pintu kamarku diketuk. Setelah pintu terbuka, tampak Ibu berdiri dan langsung menyerobot masuk ke dalam kamarku.

"Ada apa Bu?" tanyaku penasaran.

Namun, ibu tak mempedulikan pertanyaanku. Wanita itu justru menepuk kasur di sebelahnya, memintaku untuk ikut duduk.

"Alisha, kamu akan menikah hari ini, jadi persiapkan dirimu sekarang!"

"Apa Bu? Menikah?"

Aku yang tak pernah menyangka akan hal ini, hanya bisa melongo atas apa yang kudengar barusan. Bagaimana mungkin aku akan menikah, sedangkan calon suami saja tak punya. Lalu siapa yang akan menikah denganku?

Bersambung....

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Ardhya Rahma
seru kayaknya
goodnovel comment avatar
Silver Girl
semangat alisha
goodnovel comment avatar
Goresan Pena93
next kakak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status