Mobil lelaki baik yang menolong Ayu pun tiba di rumah sang kakak. Ia mematikan mesin mobil dan menoleh ke Ayu. Namun Ayu masih terlelap, ragu untuk membangunkannya.Namun jika tidak dibangunkan bagaimana ia akan mengajak Ayu masuk ke dalam. Sengaja berdehem agar Ayu mendengarnya dan terbangun, namun Ayu sama sekali tak merespon.Tarra menghela napas panjang dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu dengan hati-hati ia menepuk pundak Ayu agar Ayu bangun."Hei, sudah sampai, bangunlah dari tidurmu," ujarnya.Beralih menepuk pelan pipi Ayu dengan sedikit rasa sungkan. Ya, lebih baik seperti itu untuknya. Daripada ia harus membopong Ayu masuk ke dalam rumah.Beberapa saat Ayu mulai mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia baru tersadar, memegang kepalanya dengan sebelah tangan karena masih merasakan pusing akibat minuman berakohol itu."Aku di mana?" Matanya melihat sekeliling."Di depan rumah kakakku," jawab Tarra."Kamu siapa?" tanya Ayu seolah lupa dengan kehadiran Tarra yang menolongn
Aku masih tidak menyangka jika Refaldy adalah anak dari keluarga pengusaha. Bahkan papiku pun tahu pengusaha Ahmad Batara.Lelaki yang sering aku remehkan ternyata tajir melintir. Bahkan dia mempunyai resort mewah di berbagai kota dan juga mempunyai restoran steak yang terkenal.Gila, kalau tahu Refaldy kaya aku pasti akan bersikap baik padanya. Huh, Delia, kenapa kamu tidak mencari tahunya dulu soal siapa Refaldy waktu itu.Tak kupungkiri jika Refaldy memang paket komplit. Dia tampan, tajir, pengusaha. Apalagi dia anak tunggal dari Ahmad Batara, pasti harta kekayaannya jatuh semua untuk Refaldy.Ternyata umurku dengannya pun hanya berselisih satu tahun saja lebih tua aku. Tidak bisa dibiarkan ini, enak saja Arumi si wanita miskin itu sekarang hidup bergelimang harta milik Refaldy dan keluarganya.Kenapa Refaldy bukan jodohku sih. Kenapa harus Arumi yang berjodoh dengannya. Kenapa Tuhan tidak mempertemukan aku lebih dulu dengan Refaldy.Aku mematut diri di depan kaca, wajahku cantik d
Seusai seminggu aku tinggal di rumah mertua setelah pernikahan. Refaldy pun memboyongku beserta Bapak dan Ibu untuk tinggal di rumah yang dibelinya sendiri.Minggu lalu aku telah menemani Bu Inah untuk berbelanja di supermarket langganan keluarga mereka. Lalu pagi tadi aku pun berbelanja untuk keperluan di rumah baru yang kami tempati sekarang.Refaldy pun membawa dua orang asisten rumah tangga yang berada di rumah orang tuanya untuk tinggal di sini.Semua kebutuhan makanan sudah tersedia di dalam kulkas. Refaldy pun menyuruhku untuk menyetok makanan seperti biskuit dan buah-buahan untuk cemilan Bapak dan Ibu.Sebagai seorang suami Refaldy telah menjalankan kewajibannya dengan sangat baik. Dia begitu tanggung jawab dan menyayangiku pun juga kepada kedua orang tuaku. Tak membedakan antara orang tua kandung dengan orang tua dari istrinya.Semalam Refaldy meminta izin untuk pergi ke Jakarta karena ada urusan bisnis untuk beberapa hari. Ia mengajakku, namun aku menolaknya lantaran kasihan
"Ya Refaldy saat ini sedang ada di Jakarta karena ada urusan bisnis. Nggak sengaja ketemu sama aku di kafe kemarin sore, lalu kami bertukar kontak telepon agar bisa saling menghubungi. Nggak papa 'kan Arumi?" tanyanya mengejek."Ya, nggak papa. Memang kenapa?" tanyaku balik."Kalian dinner berdua doang? Dalam rangka apa? Jangan macam-macam kamu, Mbak, dia suami adikku!" tegas Mbak Ayu seolah membelaku.Aku tersenyum tipis karena mendapat pembelaan dari Mbak Ayu. Semoga saja dia sudah berubah jadi lebih baik, menjadi Mbak Ayu yang seperti dulu lagi."Ya berdua, 'kan Mas Aron sedang sibuk dengan pekerjaannya," sahut Mbak Delia sedikit ketus.Halah dasar Delia muka badak! Kamu tidak tahu saja jika suamiku saat ini tengah mengirim pesan padaku dan menceritakan semuanya di WA--Refaldy tidak datang sendirian. Dia datang dengan mengajak Mas Aron--suamimu. Dasar buaya betina yang gatal. Pasti dia akan sangat syok melihat kedatangan Mas Aron nanti."Nggak usah cemburu, Rum. Kami nggak ngapa-ng
Empat hari berlalu dan Refaldy sudah kembali ke rumah dan juga sudah mengirimkan bukti-bukti pesan gatal dari Mbak Delia.Senyumku mengembang sempurna seperti adonan kue. Rencana untuk memberikan pelajaran buat ipar licik seperti Mbak Delia sudah tersusun rapih."Sayang, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Refaldy--ia memelukku dari belakang."Mbak Delia harus dikasih pelajaran biar tobat!" kataku."Kamu cemburu dia terus saja menggangguku?" tanyanya dengan menyenderkan kepalanya di leherku."Bukan saja menganggumu, tapi dia juga berniat untuk mengkhianati kakakku--Mas Aron," jelasku."Aku senang kamu cemburu, itu tandanya kamu mencintaiku."Aku terdiam tak merespon ucapannya. Entahlah, lidah ini rasanya keluh untuk mengiyakan kalau aku memang sudah sepenuhnya mencintai dirinya.Malu pada diriku sendiri, karena dulu aku begitu cuek serta tidak peka dengan perasaannya. Sok jual mahal, akhirnya aku terjebak dengan cintanya. Hatiku luluh karena cintanya yang tulus untukku."Kamu jadi be
Seminggu setelah aku memberitahukan kebusukan Mbak Delia kepada Mas Aron. Kini tiba-tiba aku melihat status WA nya yang telah menggugat cerai Mbak Delia.Apakah ini semua salahku? Tentu bukan, ini semua karena kesalahan Mbak Delia. Dia berusaha untuk mengkhianati suaminya dan ingin merebut suamiku.[Dasar sialan! Aron menggugatku karena kamu! Sampai kami benar-benar berpisah akan aku buat rumah tanggamu bagai di neraka!]Sebuah pesan ancaman dari Mbak Delia masuk ke ponselku. Dia mencoba untuk mengancamku, hah, aku tidak takut sama sekali. Dia yang lebih dulu bermain api, setelah terkena percikannya lalu dia menyalakan orang lain atas kesalahannya. Licik sekali.[Kamu yang bermain api dan terkena percikannya sendiri lalu menyalakan orang lain! Sama sekali nggak takut sama ancamamu!] balasku[Kita lihat aja nanti!] balasnya lagi.Kembali aku menscreenshoot chattingan dari Mbak Delia sebagai bukti bahwa dia memang sangat licik.Refaldy, Ayah dan paman akan kembali hari ini setelah keper
POV AUTHOR"Sial, wanita kampung itu ternyata mengadu pada Mas Aron. Dan kini aku digugat cerai. Lihat aja aku akan membuat rumah tanggamu pun hancur!" pekik Delia di dalam kamarnya.Setelah menyuruh orang untuk memata-matai istrinya--Aron pun mengambil langkah untuk menggugat cerai Delia.Ia menyadari bahwa pernikahannya sudah tak sehat lagi, tidak ada yang bisa dipertahankan lagi. Aron juga menyadari kesalahan yang sudah ia perbuat terhadap orang tuanya dan juga Arumi.Aron berpikir langkah yang saat ini ia ambil adalah jalan yang terbaik. Ia juga tidak akan rela jika Delia berusaha merusak rumah tangga adiknya.Kebusukan dan kelicikan Delia sudah tercium oleh Aron, dan itu membuat Aron membenci Delia. Ia juga akan mengambil hak asuh anaknya."Mas! Kamu kenapa lebih percaya pada omongan wanita kampung itu daripada aku! Aku ini istrimu, seharusnya kamu lebih percaya aku!" Delia berteriak menghampiri Aron yang berada di ruang kerjanya."Aku harus percaya pada buaya betina sepertimu gi
"Wanita sialan!" pekik Dion menahan sakit.Melihat Dion yang tersungkur dan menahan sakit Wisna pun berlari menuju ke mobil.Dion bangkit dan mengejar Wisna, namun Wisna sudah masuk ke dalam mobil dan sudah menyalakan mesin mobil bersiap untuk pergi.Namun Dion berdiri tepat di depan mobil Wisna dengan wajah penuh amarah."Minggir kamu, Mas, jika nggak ingin aku tabrak!" teriak Wisna."Kunci semua gerbang agar wanita ini nggak bisa pergi!" teriak Dion pada semua security.Semua security pun menjalankan perintah dari Dion dengan menutup dan mengunci pintu gerbang.Dion memaksa Wisna untuk segera turun dari dalam mobilnya, namun Wisna sama sekali tidak mau membukakan pintu mobil."Jangan membuatku bertambah kesal, Wisna!" bentak Dion.Wisna sangat ketakutan ia menarik napasnya dalam-dalam berusah setenang mungkin."Aku perlu menenangkan pikiranku!" ucapnya mengulur-ngulur untuk keluar dari dalam mobil.Diam-diam tangannya mencari kontak Ayu dan meneleponnya, agar Ayu tahu dan bisa memba