“HAH!!?”
Mata Ratih terbelalak kaget sementara mulutnya sudah terbuka lebar. Ia sangat terkejut saat Derryl mengatakan dengan santai tentang ajakan kencannya.
“Bapak sedang bercanda, ‘kan?” lanjut Ratih.
“Apa wajahku terlihat bercanda sekarang?” Derryl menunjuk wajahnya dengan telunjuk dan menatap tajam ke arah Ratih.
Ratih hanya diam, buru-buru menunduk dan bergegas bangkit. Kenapa juga bos barunya ini bersikap makin aneh padanya. Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu di malam itu dan Derryl bertingkah seolah ingin bertanggung jawab atas diri Ratih kali ini.
“Aku tunggu jam 12 di ruanganku nanti,” ucap Derryl kemudian. Dia sudah bangkit kemudian berlalu pergi begitu saja mendahului Ratih yang masih tertegun di tempatnya.
“Apa memang telah terjadi sesuatu antara aku dan dia di malam itu?” gumam Ratih pelan.
Kemudian wanita berwajah manis itu melirik ke arah perutnya.
“Ayah ... .” Lirih Ratih bersuara.Ia sangat terkejut saat melihat Pak Samudro, mantan mertuanya berada di tempat ini.“Tepatnya mantan ayah, Ratih. Kamu lupa kalau Wisnu sedang mengurus perceraian kalian,” sahut Pak Samudro.Ratih hanya diam dan menganggukkan kepala. Ia tidak lupa, bagaimana mungkin ia bisa melupakan perceraiannya. Bukankah dia yang lebih menginginkan hal itu, bukan Wisnu. Hanya saja Ratih masih menjaga tata krama dalam berinteraksi dengan orang yang lebih tua.“Siapa, Pak?” tanya seorang wanita.Sepertinya wanita itu salah satu relasi bisnis Pak Samudro. Perempuan paruh baya itu terus menatap Ratih tanpa kedip. Memindainya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki seakan sedang mencari cela pada Ratih.“Dia mantan menantuku. Mandul, makanya dicerai anakku,” jawab Pak Samudro.Entah mengapa pria paruh baya itu sengaja mengeraskan suaranya saat menyebut kata ‘mandul&r
“Sa—saya ... saya baik-baik saja, Pak,” ucap Ratih terbata.Wanita berwajah manis itu berusaha tegar dan melupakan apa yang baru saja dialami di resto tadi. Sementara Derryl hanya diam, meliriknya dengan tajam membuat Ratih risih dibuatnya. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Derryl bersuara.“Oke, baiklah. Maaf, bukan maksud saya untuk mencampuri urusanmu.”Ratih hanya manggut-manggut paham dengan maksud ucapan bosnya. Dia kembali fokus mengamati lalu lintas di depan sana. Hingga selang beberapa saat, mobil yang mereka tumpangi sudah masuk ke parkiran kantor.Ratih sudah bersiap turun, tapi Derryl menahan tangannya membuat wanita manis itu urung membuka pintu mobil dan menoleh ke arah Derry.“Sekali lagi aku ucapkan terima kasih mau menemani kencan makan siang bersamaku,” ucap Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Pak.”Kemudian Derryl turun lebih dulu dengan
Ratih tersenyum menyeringai kemudian langsung mengarahkan ponsel yang sedari tadi dia bawa dan dengan cekatan mengambil beberapa kali gambar dua insan dalam keadaan polos itu.“Ratih!! Kamu apa-apaan?” Wisnu bergegas bangkit sambil menutup bagian bawah tubuhnya dengan kain seadanya.“Aku hanya mengumpulkan bukti untuk mempercepat proses perceraian kita.” Ratih terus tersenyum.Sementara wanita patner bercinta Wisnu itu hanya duduk terdiam di atas kasur sambil menutupi tubuhnya dengan sisa selimut yang tersisa.“Jadi tidak hanya dengan Fani kamu melakukannya. Bahkan asisten rumah tangga kita kamu embat juga?”Wisnu berdecak sambil menggelengkan kepala.“Aku pria normal, Ratih. Kamu pergi meninggalkan aku dan Fani sedang sibuk dengan pekerjaannya. Wajar jika aku menuntaskan hasratku dengan Sumi, lagian Sumi juga tidak keberatan. Kami melakukannya atas dasar sama-sama suka,” bela Wisnu.Rat
“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Derryl kemudian.Ia sudah masuk ke dalam lift dan terkejut saat melihat ada beberapa barang yang dibawa Ratih. Ratih hanya diam membisu. Memang ini adalah salah satu alasan Ratih tidak mau tinggal di apartemen ini. Ini adalah tempat Derryl tinggal, tempat dia pernah menghabiskan malam bersama pria berondong itu.“Eng ... mulai hari ini Ratih tinggal di sini, Pak,” Mawar menyahut. Tentu saja jawaban Mawar membuat Ratih terkejut begitu juga Derryl.Pria tampan itu menoleh ke arah Ratih dengan kedua alis yang terangkat. “Benarkah? Jadi kita tetanggaan mulai sekarang?”Ratih tidak menjawab hanya meringis menunjukkan gigi putihnya.“Kamu tinggal di lantai berapa, Tih? Siapa tahu aku bisa main ke sana.” Ratih semakin terkejut dengan pertanyaan Derryl, matanya sontak terbelalak menatap pria tampan itu. Lagi-lagi ia menyesal harus menuruti saran Mawar malam ini. Kalau
GUBRAK!!Ratih jatuh dan menyenggol meja sudut di sampingnya, membuat semua benda yang ada di atasnya jatuh berserakan ke lantai. Derryl sontak berdiri, menghampiri Ratih dan membantunya berdiri.“Kamu baik-baik saja?” tanya Derryl penuh kekhawatiran.Ratih hanya diam mengangguk sambil bersunggut-sunggut menatap Derryl. Kalau saja dia tidak menghindari bosnya pasti dia tidak akan jatuh seperti ini.“Iya, saya baik-baik saja.” Ratih berdiri sambil menepuk pantatnya yang kesakitan. Derryl yang berdiri di depannya hanya mengulum senyum melihat ekspresi menggemaskan Ratih.“Sebenarnya tadi Bapak mau ngomong apa?” Ratih kembali teringat dengan ucapan Derryl.“Oh ... itu. Aku mau nebeng kamu ke kantor. Mobilku saatnya service berkala hari ini. Apa kamu tidak keberatan?”Ratih menelan ludah sambil melirik sekilas. Kalau mau jujur, dia sangat keberatan. Dia tidak suka mereka semakin akrab, bagai
Seketika Ratih menghentikan kunyahannya, entah mengapa bubur yang baru masuk ke mulutnya terasa sulit ditelan saat mendengar ucapan Derryl. Sementara pemilik kata-kata itu tampak acuh dan seakan tidak mempedulikan reaksi Ratih malah sibuk menghabiskan bubur ayamnya.“Eng ... saya ... saya mau bayar buburnya dulu, Pak.” Ratih mengalihkan pembicaraan dan bersiap pergi.“Jangan!! Ini giliranku!!” Tangan Derryl mencegah dan menarik Ratih untuk duduk kembali.Mau tak mau Ratih kembali duduk di tempatnya. Derryl tersenyum sambil menatap wanita cantik berparas manis nan imut di depannya ini.“Aku sudah sering kamu traktir dan sekarang giliranku. Anggap saja ini hadiah pindah rumahmu.”Derryl tersenyum lagi, memperlihatkan gigi rapinya dan hal yang sama juga dilakukan Ratih. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Mengapa tiba-tiba suasana canggung meliputi sarapan pagi mereka kali ini. Selang beberapa saat mereka sudah kembal
“Eng ... maaf, Pak. Apa tidak salah?” ujar Ratih bertanya.Derryl berdecak kemudian menarik ponselnya dan dia langsung terkejut begitu melihat gambar yang ditunjukkan ke Ratih. Derryl buru-buru menjentikkan jari dan mengubah gambar di ponselnya.“Maksudku yang ini. Mana yang lebih bagus?”Derryl kembali menunjukkan dua buah gambar kemasan sebuah produk minuman. Sepertinya Derryl mempunyai keinginan untuk mengganti bentuk kemasan produk yang sudah ada.“Apa Bapak hendak mengganti kemasan produk yang sudah ada?” Ratih malah kembali bertanya.“Iya, tepat sekali. Aku ingin mengganti kemasannya. Produk minuman kesehatan kita sangat laris di pasar, baik dalam maupun manca negara. Namun, menurut survey yang aku lakukan ada beberapa kekurangan pada produk kita.”Derryl menjeda kalimatnya dan Ratih masih mendengarkan dengan seksama. Ratih tidak tahu kalau Derryl sudah melakukan survey seperti itu. Apa j
“Demikian presentasi dari saya, terima kasih,” ucap Ratih mengakhiri.Tak ayal tepukan tangan sudah bergema dan yang paling terdengar keras adalah dari Derryl. Ratih sampai tersipu malu dibuatnya.“Silakan, Pak! Jika ada pertanyaan, saya akan mencoba menjawab,” imbuh Ratih.Perwakilan PT Buana Sakti hanya manggut-manggut kemudian memperhatikan contoh sample produk di atas meja yang baru saja dipresentasikan Ratih.“Saya sudah mendengar lama tentang produk Anda. Memang penggemarnya sangat banyak di pasar dalam dan luar negeri. Hanya yang kurang dalam hal ini adalah kemasannya sedikit kurang menarik dan mungkin kurang pas digenggam. Apa Anda tidak berniat mengubahnya atau bagaimana?”Ratih tersenyum dan melirik ke arah Derryl. Derryl membalas lirikan Ratih dan menganggukkan kepala sebagai isyarat jawabannya.“Untuk itu, kami sudah mempunyai jalan keluar, Pak. Paling lambat akhir tahun ini kemasannya ak