“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.
Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.
“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.
Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.
“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.
Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.
“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“
Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.
“Ada apa? Aku tahu pasti
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
“Kamu apa-apaan, Ratih!” seru Wisnu. Pria tampan berusia 32 tahun itu terus memegang pipinya yang terasa panas usai ditampar Ratih. “Aku yang seharusnya bertanya, Mas. Apa yang kamu lakukan dengan Fani? Bukankah dia sekretaris barumu. Mengapa kalian berpelukan bahkan saling cium tadi?” sergah Ratih penuh amarah. Wanita berambut ikal dengan tinggi 165 cm itu masih berdiri mematung menatap Wisnu dengan tatapan penuh amarah. Sementara Fani, gadis yang duduk di sebelah Wisnu hanya terdiam tak berani bersuara. Sebuah helaan napas panjang keluar begitu saja dari mulut Wisnu. Pria berwajah manis itu menatap Ratih dengan sendu kini. “Aku akan jelaskan semuanya, Ratih. Duduklah!” pinta Wisnu. Ia sudah merendahkan suaranya dan tampak trenyuh menatap Ratih. “TIDAK!! AKU TIDAK MAU!! Aku mau pulang. Aku tunggu penjelasanmu di rumah!” Ratih sudah membalikkan badan dan berjalan cepat meninggalkan suami bersama sekretaris barunya. Rencana Ratih Apsari untuk menikmati sajian ikan bakar di restor
“Kamu siapa?” tanya sosok pria itu.Ratih terdiam, mengerjapkan mata berulang sambil menatap dengan bingung ke arah pria yang duduk di sebelahnya. Pria itu sangat tampan, wajahnya putih bersih, khas oriental, dengan rambut lurus berpotongan model koma macam oppa Korea yang sedang booming kali ini. Belum lagi postur tubuhnya yang porposional, kelihatan sekali kalau dia pecinta olah raga.“Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kamu berada di mobilku?” ucap Ratih setelah terdiam sejenak.Pria yang tak lain bernama Derryl Dariawan itu hanya membelalakkan mata dengan kedua alis yang terangkat. “Mobilmu? Apa kamu gak salah?”Ratih berdecak kesal melihat dengan jengkel ke arah Derryl. Ia sedang sedih saat ini dan tak mau berdebat terlalu lama.“Sudah jangan ngoceh. Cepat jalan dan antar aku pulang!” pinta Ratih kemudian.“HAH!!” Lagi-lagi Derryl terbelalak kaget membuat mata kecilnya membola sempurna.Ratih menoleh cepat ke arah Derryl dengan tatapan mata yang mengancam. “Aku akan m
“Aah ... hoek!!” Tiba-tiba Ratih muntah mengeluarkan semua isi perutnya.Parahnya Ratih memuntahkan semuanya tepat di atas perut Derryl. Derryl memelotot sambil menatap cairan lengket yang sudah menempel di tubuhnya.“What’s the hell?” maki Derryl kesal.Dia ingin marah ke Ratih, tapi wanita itu sudah ambruk ke samping tubuhnya kemudian terlelap tak bergerak di sana.“Ya Tuhan, mimpi apa aku bertemu wanita aneh ini,” gumam Derryl.Akhirnya malam itu terpaksa dia membersihkan kamar, kasur dan juga tubuhnya. Sementara Ratih masih terus tertidur tak bergerak meski Derryl berulang kali memindah posisinya. Keadaan kembali tenang hingga pagi menjelang.“Aku di mana?” ujar Ratih dengan pelan. Matanya terus mengerjap sambil melihat ke sekeliling ruangan dengan seksama.Ratih sangat terkejut begitu mendapati dirinya terbangun di sebuah tempat asing. Parahnya lagi dia tertidur tidak berpakaian lengkap hanya bra dan brief yang menempel di tubuhnya kali ini. Ratih mengerjapkan mata sambil berulan
“Tih!!" panggil Mawar.Ratih terjingkat kaget dan menoleh ke arah Mawar."Kamu dipanggil Pak Samuel, tuh!” lanjut Mawar.Memang sejak perkenalan CEO barunya tadi, Ratih hanya diam dan memundurkan tubuhnya seakan berusaha menyembunyikan visualnya. Acara perkenalan CEO sudah usai dan kini tinggal perkenalan tiap divisinya saja.Ratih menoleh ke arah Mawar. “Pak Samuel manggil aku?” ulang Ratih bertanya. Ia sudah menuding hidungnya kini.Mawar mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Pak Samuel mau ngenalin kamu dengan CEO baru kita. Bukankah kamu memegang peran utama di sini.”Ratih diam, melirik sekilas ke arah Pak Samuel dan CEO baru yang sedang asyik berbincang. Ratih menarik napas panjang kemudian buru-buru memalingkan wajah saat Derryl melihat ke arahnya.“Mati aku! Apa yang harus aku lakukan kini?” gumam Ratih pelan. Mawar yang duduk di sebelahnya hanya diam sambil menatapnya bingung.Padahal biasanya Ratih selalu sigap jika Pak Samuel memanggilnya, mengapa kini dia malah ogah-ogahan se