Share

DISELINGKUHI SUAMI DIBUCININ BERONDONG
DISELINGKUHI SUAMI DIBUCININ BERONDONG
Author: Aira Tsuraya

Kepergok Selingkuh

“Kamu apa-apaan, Ratih!” seru Wisnu. Pria tampan berusia 32 tahun itu terus memegang pipinya yang terasa panas usai ditampar Ratih.

“Aku yang seharusnya bertanya, Mas. Apa yang kamu lakukan dengan Fani? Bukankah dia sekretaris barumu. Mengapa kalian berpelukan bahkan saling cium tadi?” sergah Ratih penuh amarah.

Wanita berambut ikal dengan tinggi 165 cm itu masih berdiri mematung menatap Wisnu dengan tatapan penuh amarah. Sementara Fani, gadis yang duduk di sebelah Wisnu hanya terdiam tak berani bersuara.

Sebuah helaan napas panjang keluar begitu saja dari mulut Wisnu. Pria berwajah manis itu menatap Ratih dengan sendu kini.

“Aku akan jelaskan semuanya, Ratih. Duduklah!” pinta Wisnu. Ia sudah merendahkan suaranya dan tampak trenyuh menatap Ratih.

“TIDAK!! AKU TIDAK MAU!! Aku mau pulang. Aku tunggu penjelasanmu di rumah!” Ratih sudah membalikkan badan dan berjalan cepat meninggalkan suami bersama sekretaris barunya.

Rencana Ratih Apsari untuk menikmati sajian ikan bakar di restoran langganannya saat istirahat makan siang kali ini harus gagal. Dia memergoki suaminya sedang asyik bermesra dengan seorang gadis yang tak lain Fani, sekretaris barunya. Ratih tahu dan mengenal Fani bahkan suaminya mengenalkan Fani kepadanya beberapa bulan yang lalu, tapi Ratih tidak menyangka kalau akhirnya Wisnu malah bermain gila dengan sekretarisnya itu.

“RATIH!! TUNGGU!!” Wisnu mengejar sambil mencekal tangan Ratih membuat wanita berwajah manis itu berhenti.

Napas Ratih tersenggal seakan berusaha menahan amarah yang sedang memenuhi dadanya. Wisnu menggeser tubuhnya hingga berdiri sejajar di depan Ratih.

“Aku akan menjelaskannya sekarang, Ratih,” lanjut Wisnu.

Ratih hanya diam. Perlahan dia mengangkat kepala dan menatap pria berwajah manis di depannya itu dengan tajam.

“Aku mencintainya, Ratih. Aku mencintai Fani. Maafkan aku ... .” Sangat pelan Wisnu mengatakannya, tapi sudah berhasil membuat Ratih terluka.

“Aku sudah lama ingin mengatakan kepadamu. Aku butuh seorang anak, Tih. Kedua orang tuaku juga membutuhkan cucu. Itu sebabnya ---“

“Itu sebabnya kamu memilih berselingkuh dengannya dan menganggap legal semua yang telah kamu lakukan,” sahut Ratih.

Wisnu menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.

“Bukan begitu, Tih. Kamu tahu sendiri berapa lama kita menikah. Sudah hampir 8 tahun dan kamu belum juga hamil. Aku bosan selalu dituntut anak oleh ayah dan ibu. Aku lelah menghadapi tuntutan mereka, Ratih.”

Ratih berdecak sambil tersenyum miring menatap Wisnu.

“Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku, Mas? Kenapa juga kamu tidak mau menerima saranku? Bukankah aku sudah mengajakmu berulang kali untuk memeriksakan diri. Jika memang ada yang salah pada kita, aku yakin dokter bisa membantunya.”

Wisnu hanya tersenyum menyeringai sambil menatap Ratih dengan tatapan yang aneh.

“Jadi menurutmu ada yang mandul di antara kita?”

Ratih hanya diam dan menatap Wisnu dengan sendu. Ia tidak mengatakan hal seperti itu, tetapi suaminya sudah menduga sendiri.

“Aku yakin kalau bukan aku. Kamu tahu sendiri, aku terlahir dari keluarga besar. Sementara kamu, kamu hanya anak tunggal. Itu sebabnya aku tidak mengatakan keinginan ayah dan ibu padamu. Aku takut menyakiti perasaanmu, Tih.”

Ratih membisu menelan ludah berulang sambil menatap pria yang sudah satu windu menjadi suaminya. Entah mengapa Ratih merasa tidak mengenali pria di depannya ini. Ia sudah jauh berbeda. Bahkan ucapan terakhirnya itu terkesan menyudutkan Ratih.

“Jadi kamu berpikir kalau aku yang bermasalah dalam hal ini? Aku ... yang mandul?” jelas Ratih.

“Aku tidak mengatakannya, kamu sendiri yang melakukannya. Namun, jangan khawatir. Aku hanya membutuhkan Fani untuk melahirkan anak kita. Aku masih mencintaimu dan sama sekali tidak berniat untuk menceraikanmu. Mungkin, aku hanya meminta izinmu untuk menikah lagi.”

Seketika Ratih terbelalak kaget mendengar penuturan Wisnu. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan suaminya. Mengapa semudah itu dia menyelesaikan masalah perselingkuhannya ini?

“Jadi kamu ingin aku dimadu?”

Wisnu tersenyum sambil mengangguk. Wajahnya sangat ceria dan penuh harapan menatap ke arah Ratih. Sementara Ratih hanya terdiam. Mata bulatnya tampak terluka dan kini menghunus tajam ke netra coklat milik sang Suami.

“Teganya ... teganya kamu melakukan ini padaku, Mas. Apa salahku? Apa hanya karena aku tidak bisa memberimu anak, kamu memperlakukan aku seperti ini?”

Wisnu terkejut dengan reaksi Ratih.

“AKU TIDAK MAU!! AKU MAU CERAI!! AKU MAU CERAI SEKARANG JUGA!!” sentak Ratih.

“KAMU GILA!! Aku tidak akan menceraikanmu. Aku masih mencintaimu, aku lakukan ini dengan Fani hanya demi seorang anak yang tidak bisa kamu berikan. Kenapa juga kamu tidak mau mengerti?”

“Aku gila? Aku tidak mau mengerti? Lalu bagaimana dengan dirimu?” Ratih menjeda kalimatnya tampak mengolah udara sambil menatap nanar ke arah Wisnu.

“Kamu egois, Mas. Padahal ada jalan keluar untuk permasalahan kita, kenapa kamu tidak mau menerimanya? Jangan-jangan ini hanya alasanmu saja. Kalau kamu masih mencintaiku harusnya kamu tidak melakukan ini semua.”

“CUKUP!! Aku tidak mau membahasnya lagi. Cepat pulang!! Bulan depan aku akan menikah dengan Fani dan aku minta kamu menyetujuinya,” putus Wisnu.

Ratih membeku di tempatnya, hatinya terkoyak bahkan air mata sudah luber membasahi pipinya. Dengan helaan napas berat, Ratih mengangkat kepala melihat Wisnu dengan tatapan menantang.

“Aku tidak akan memberikan izin padamu. AKU MINTA CERAI!!” ucap Ratih dengan lantang.

Ia langsung membalikkan badan dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Wisnu. Melihat istrinya pergi begitu saja Wisnu tampak kesal. Ia kembali mengejar, menarik tangan Ratih.

“DENGAR, PEREMPUAN MANDUL!! Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu. INGAT ITU!!”

Ratih berontak mengibaskan tangan Wisnu dan langsung berlari pergi meninggalkannya. Hatinya sangat sakit saat Wisnu mengoloknya dengan kata ‘mandul’. Padahal belum tentu juga dia yang terbukti mandul. Ratih tahu mengapa Wisnu tidak mau melepasnya begitu saja. Pria berwajah manis itu tahu kalau istrinya mempunyai banyak warisan peninggalan kedua orang tuanya. Wisnu tidak mau kehilangan ladang emasnya begitu saja.

Sementara itu Ratih sudah berjalan menjauh meninggalkan restoran tersebut. Hatinya terluka bukan hanya karena perselingkuhan Wisnu, tetapi ucapan terakhir Wisnu benar-benar membuat dia bersedih. Ratih berjalan cepat sambil berurai air mata. Pandangannya kabur sehingga tidak bisa melihat jelas di mana ia meletakkan mobilnya.

“Berengsek, bajingan, sialan, pengecut!!” umpat Ratih dalam isakan tangis.

Jalannya tampak sempoyongan dan kini sudah mengarah ke sebuah mobil yang mirip dengan mobilnya. Dengan tergesa Ratih membuka tas dan mencari kunci mobilnya. Ia belum menemukannya, tapi ada bunyi bip yang menandakan kalau mobilnya sudah tidak terkunci.

Gegas tanpa pikir panjang Ratih langsung masuk ke dalam mobil dan memilih duduk di bangku depan. Saking bingungnya, dia tidak fokus dan memilih duduk di sebelah kiri kursi pengemudi. Ratih berdecak kesal, menyesali kebodohannya dan bersiap pindah. Namun, dia sangat terkejut saat ada seseorang yang sudah duduk di kursi pengemudi menatapnya dengan bingung.

“Kamu siapa?”  

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Nurbaya
Bagus ceritanya lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status