“Kamu siapa?” tanya sosok pria itu.
Ratih terdiam, mengerjapkan mata berulang sambil menatap dengan bingung ke arah pria yang duduk di sebelahnya. Pria itu sangat tampan, wajahnya putih bersih, khas oriental, dengan rambut lurus berpotongan model koma macam oppa Korea yang sedang booming kali ini. Belum lagi postur tubuhnya yang porposional, kelihatan sekali kalau dia pecinta olah raga.
“Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kamu berada di mobilku?” ucap Ratih setelah terdiam sejenak.
Pria yang tak lain bernama Derryl Dariawan itu hanya membelalakkan mata dengan kedua alis yang terangkat. “Mobilmu? Apa kamu gak salah?”
Ratih berdecak kesal melihat dengan jengkel ke arah Derryl. Ia sedang sedih saat ini dan tak mau berdebat terlalu lama.
“Sudah jangan ngoceh. Cepat jalan dan antar aku pulang!” pinta Ratih kemudian.
“HAH!!” Lagi-lagi Derryl terbelalak kaget membuat mata kecilnya membola sempurna.
Ratih menoleh cepat ke arah Derryl dengan tatapan mata yang mengancam. “Aku akan membayarmu. Antar saja aku pulang!!” lanjut Ratih.
Derryl hanya menghela napas panjang kemudian sudah mulai melajukan mobilnya meninggalkan pelataran parkir tersebut. Sementara Ratih meneruskan tangisannya bahkan dia tidak peduli tatapan aneh Derryl ke arahnya.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Derryl memberanikan diri.
Ratih menoleh dengan cepat. Matanya tampak sembab, pipinya kusam bahkan ingus sudah keluar dari hidungnya.
“Apa menurutmu aku baik-baik saja?” Lagi-lagi Ratih kembali mengajukan pertanyaan.
Derryl menghela napas panjang sambil mengendikkan bahu. “Aku tidak tahu. Lalu mengapa kamu menangis?”
Ratih menarik napas panjang berbarengan sambil menyedot ingusnya dengan keras membuat Derryl bergidik geli melihatnya.
“Jangan cerewet!! Jangan ikut campur urusanku. Terus saja menyetir!!” ketus Ratih.
Lagi-lagi Derryl menghela napas panjang sambil melirik dengan sinis ke arah Ratih.
“Memangnya kita mau ke mana?” Kembali Derryl bertanya.
“Jalan saja!!! Nanti kalau sudah dekat pasti kuberi tahu.”
Derryl memilih mengangguk saja menjawab ucapan Ratih padahal dia sangat bingung kali ini. Ini adalah hari kedua Derryl berada di ibukota. Sudah bertahun-tahun dia berada di luar negeri untuk menyelesaikan studynya. Hal yang wajar kalau dia sedikit kebingungan dengan keadaan jalanan di ibukota saat ini.
Mereka terus berputar-putar tak tentu arah hingga malam menjelang dan Ratih masih saja tidak mengatakan tujuannya. Derryl yang tak tahu arah jalan, membuat mereka terjebak kemacetan dan menghabiskan waktu lebih lama di jalan.
“Kamu gimana, sih? Kok jadi terjebak macet gini?” protes Ratih.
Derryl tidak menjawab, hanya melirik kesal ke arah Ratih.
“Bilang dong kalau kamu gak tahu jalan,” imbuh Ratih.
Derryl menghela napas panjang. “Kamu sendiri gak bilang mau ke mana dari tadi. Aku jadi bingung.”
Ratih hanya diam sambil melipat tangannya di depan dada. Ia lebih tenang daripada tadi bahkan isakan tangis sudah tidak terdengar keluar dari mulutnya. Mungkin dia sudah lelah menangis dan sedikit tenang usai menikmati perjalanan ini.
“Eh ... stop!! Stop!! Aku berhenti di sini,” ucap Ratih tiba-tiba.
Derryl buru-buru menepikan mobilnya dan menatap bingung ke arah Ratih. Pasalnya tempat yang dituju Ratih bukanlah sebuah rumah melainkan sebuah pub.
“Kamu beneran mau berhenti di sini?”
Ratih mengangguk, tampak sibuk merapikan riasannya dan bergegas turun tanpa mempedulikan Derryl. Ia bahkan lupa memberi bayaran atas jasa Derryl kali ini.
“Sialan!! Apes banget aku,” dumel Derryl.
Ia kembali menjalankan mobil usai Ratih turun. Derryl sudah melajukan mobilnya menjauh dari pub, tempat Ratih turun tadi. Namun, tiba-tiba Derryl mengerem mobil dengan mendadak. Dia terkejut saat melihat sebuah dompet tergeletak dengan manis di bangku sampingnya.
“Gawat!! Ini ‘kan dompet cewek tadi. Pasti sekarang lagi nyariin. Duh ... ngerepotin banget orang satu itu."
Tanpa banyak kata, ia sudah memutar mobilnya kembali ke pub tempat Ratih turun. Derryl bergegas memarkir mobil dengan rapi kemudian masuk ke dalam pub.
Suasana hingar bingar musik dengan lampu temaram langsung menyambut Derryl begitu masuk ke dalam pub. Memang dia sudah biasa masuk ke tempat seperti ini, tapi tetap saja hal yang tidak mudah untuk menemukan seseorang di dalam sini.
Derryl hampir putus asa untuk menemukan Ratih hingga akhirnya dia mendengar sebuah tawa renyah dengan makian yang sangat dikenal.
“BERENGSEK!! WISNU BERENGSEK, SIALAN, BAJINGAN!!”
Derryl menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang wanita tampak mabuk. Di mejanya terlihat beberapa gelas minuman kosong, di samping kanan dan kirinya ada dua pria menemani. Dari tampangnya tampak kalau mereka bukan pria baik-baik.
Derryl bergegas menghampiri dan menyapa Ratih.
“Hei!! Kamu di sini rupanya.” Ratih menoleh, menengadahkan kepala sambil menyipitkan matanya. Ia tersenyum dengan manis menyapa Derryl.
“Eh, mas sopir ganteng. Kamu mau menjemputku?”
Derryl hanya menelan ludah mendengar sapaan Ratih. Sejak kapan dia berubah profesi menjadi seorang sopir.
“Eng ... iya. Yuk, pulang!!” Derryl terpaksa berbohong. Dia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba ingin membawa Ratih keluar dari sana.
Ratih tersenyum kemudian bangkit berjalan dengan terhuyung menghampiri Derryl. Dua pria yang menemani Ratih tampak tidak senang dan berusaha menghalangi Derryl membawa Ratih.
“Dia belum selesai dengan kami,” ucap salah satu pria tersebut.
“Aku rasa dia belum memulai sesuatu apa pun dengan kalian. Maaf, aku harus membawanya pergi.”
Derryl langsung merengkuh tubuh Ratih hendak membimbingnya keluar. Namun, salah satu pria itu menahan Derryl membuat Derryl urung melangkah. Dia menghela napas panjang kemudian salah satu tangannya masuk ke dalam saku celana dan keluar dengan beberapa helai uang berwarna merah.
“Aku rasa itu cukup untuk menggantikan dia.” Dua pria itu tersenyum menyeringai sambil mengangguk usai menerima pemberian Derryl.
Tanpa pikir panjang, Derryl segera membawa Ratih kembali masuk ke dalam mobilnya. Wanita berwajah manis itu langsung tergolek tak sadarkan diri begitu Derryl meletakkannya di bangku mobil.
“Sepertinya aku harus membawa pulang. Besok pagi saja aku antar ke rumahnya,” gumam Derryl.
Ia kembali memacu mobilnya dan kali ini menuju apartemen tempatnya tinggal. Selang beberapa saat, Derryl sudah tiba di kamarnya. Bahkan baru saja mengolah udara usai meletakkan Ratih berbaring di kasurnya.
“Mimpi apa aku semalam hingga bertemu wanita aneh ini.”
Derryl bersiap berdiri meninggalkan Ratih yang sedang terbaring dengan tenang. Ia ingin segera beristirahat saja. Namun, tiba-tiba Ratih membuka mata dan langsung mencekal lengan Derryl membuat dia terkejut seketika.
“Ada apa lagi?” Ia menoleh ke arah Ratih.
Ratih hanya diam kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di atas kasur.
“Jangan pergi!! Jangan tinggalkan aku. Aku mohon ... ,” cicit Ratih lirih.
Derryl terdiam, tertegun menatap Ratih. Ia yakin kalau wanita manis di depannya ini masih dalam pengaruh alkohol. Namun, anehnya Derryl langsung mengangguk mengiyakan permintaan Ratih.
“Iya, aku gak pergi. Sekarang kamu tidur saja.”
Ratih hanya diam menatap Derryl dengan tatapan yang beda. Jakun Derryl naik turun saat membalas tatapan mata Ratih nan sendu seakan sedang menginginkan sesuatu darinya. Tanpa diminta tiba-tiba Ratih meringsek mendekat ke arah Derryl. Lalu langsung menarik dagu Derryl dan melumat bibir Derryl dengan liar.
Derryl terkejut setengah mati, matanya terbelalak kaget dan ingin menolak. Namun, yang ada perlahan matanya terpejam menikmati setiap pagutan yang diberikan Ratih. Bahkan tangan mereka berdua sudah bergerak lincah saling melucuti satu sama lain.
“Tu-tunggu!” Derryl mengurai pagutannya dan menahan wajah Ratih yang terus mendekat dengan tangannya.
“Kamu dalam kondisi mabuk dan aku tidak mau memanfaatkan keadaanmu.”
Ratih hanya diam, tersenyum menggoda kemudian langsung mendorong tubuh Derryl hingga terjatuh ke atas kasur. Dengan gerak cepat, wanita berwajah manis itu langsung duduk di atas tubuh Derryl.
“Aku tidak masalah, bukankah kamu juga menginginkanku.” Derryl makin terbelalak kaget saat mendengar ucapan Ratih.
Belum habis Derryl berpikir tiba-tiba Ratih memainkan jemari lentiknya, menyusur dada bidang Derryl, turun ke perut sixpack lalu bermain di pusar. Jemarinya berhenti sejenak kemudian bergerak lagi turun ke bawah dibarengi dengan kepala Ratih yang ikut menunduk seakan bersiap menjemput sesuatu di balik boxer.
Derryl memelotot saat jemari Ratih memegang ujung boxernya. Bahkan wanita berwajah manis itu sudah membuka mulut bersiap melakukan aksinya.
"Aah ... ."
Beberapa bulan berselang sejak kejadian itu, Ratih kembali sibuk dengan aktivitasnya. Begitu juga Derryl, mereka bahkan sudah memilih tinggal di rumah sendiri yang disiapkan Derryl. Pagi itu tidak seperti biasanya. Ratih bangun kesiangan dan entah mengapa dia merasa pusing.Derryl yang sudah bersiap sedari tadi hanya melirik istri cantiknya yang masih bergelut di balik selimut.“Kamu gak kerja, Sayang? Udah siang, nanti terlambat, loh,” ujar Derryl.Ratih hanya mengangguk sambil menyibak selimut dan bangkit dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Derryl memilih menunggu di ruang makan sedangkan Ratih masih meneruskan aktivitas mandinya. Belakangan ini dia merasa tidak enak badan bahkan mengalami mual terus menerus. Itu sebabnya kali ini Ratih berinisiatif menggunakan test pack.Ratih terperangah kaget begitu melihat hasil dari test pack yang menunjukkan kalau dia positif hamil. Ratih mengulum senyum sambil berulang kali mematut wajahnya di depa
Pagi itu, Ratih mulai beraktivitas kembali di kantor. Banyak karyawan yang menyambutnya dengan suka cita. Apalagi saat meeting pagi, semua menghampiri Ratih dan memberinya ucapan selamat atas kesembuhannya. Sasi yang paling senang karena bosnya bisa kembali aktif.“Syukurlah, Bu. Akhirnya Ibu aktif kembali. Saya benar-benar bingung selama Ibu gak ada,” urai Sasi.Mereka baru saja usai melakukan meeting dan sudah berada di ruangan Ratih. Mawar seperti biasa selalu ikut nimbrung pembicaraan mereka. Dia juga jadi orang kedua yang begitu senang dengan kehadiran Ratih kembali.“Tih, aku mendengar kabar tentang Wisnu dan semua yang dilakukannya. Aku bener-bener gak nyangka, Tih,” ucap Mawar mengalihkan pembicaraan.Ratih hanya tersenyum dan mengangguk. “Iya, aku juga sangat terkejut, Mawar. Entahlah apa yang menyebabkan dia berbuat seperti itu. Sudah semestinya dia bertanggung jawab atas semuanya sekarang.”Mawar dan S
“Sumpah, Pak. Bukan saya pelakunya. Saya hanya tamu dan mau menginap di sana, tapi malah menemukan mayat,” jelas Anggi.Akibat teriakannya tadi membuat petugas security yang sedang berpatroli kompleks berhenti dan menghampiri Anggi. Security tersebut kaget saat melihat temuan Anggi dan segera melaporkannya ke polisi. Kini Anggi terpaksa harus ditahan polisi karena dia yang pertama menemukan mayat tersebut. Padahal tadinya Anggi ingin melarikan diri kini ternyata harus terciduk juga di kantor polisi.“Iya, Nona. Saya tahu. Kami hanya akan mencari informasi saja dari Anda. Namun, sebetulnya kami sedari tadi juga mencari Anda. Anda terlibat dalam kasus pencemaran nama baik.”Anggi terdiam hanya menundukkan kepala usai mendengar penjelasan petugas polisi itu. Padahal dia berharap bisa sembunyi dari polisi. Kenapa juga dia malah harus bertemu polisi?“Kalau boleh tahu rumah siapa itu sebenarnya?” tanya polisi tersebut.
“DERRYL!!! Apa maksudnya ini?” sergah Tuan Robby.Derryl terkejut, menyudahi makannya dan melihat dengan bingung ke arah Tuan Robby. Derryl langsung menerima ponsel yang disodorkan Tuan Robby. Dia semakin terperangah kaget saat melihat apa yang ada di dalam ponsel itu. Ratih yang duduk di sebelahnya mendekat dan ikut melihat apa yang terjadi.Ratih langsung menoleh ke arah Derryl dan menatapnya penuh tanya. Sementara Derryl hanya menghela napas panjang.“Aku bisa menjelaskannya, Pa, Ma dan Sayang ... .”Tuan Robby hanya diam, mata marahnya sudah menyalang melihat ke arah Derryl. Sementara Nyonya Siska yang tidak tahu apa-apa segera merampas ponsel di tangan Derryl dan melihatnya.“Ryl!! Apa-apaan ini? Kamu main gila dengan siapa?” seru Nyonya Siska.“Aku gak main gila, Ma. Kejadiannya tidak seperti yang terlihat di sana. Percayalah.”“Lalu bagaimana yang sebenarnya terjadi, Bang?&r
“Kamu baru datang, Bang?” tegur Ratih.Dia melihat Derryl masuk ke dalam kamar dengan mengendap-endap. Derryl pikir tadi Ratih sudah tidur, ternyata istri cantiknya itu belum tidur dan sedang menunggu kedatangannya. Derryl tersenyum sambil berjalan menghampiri.“Aku pikir kamu sudah tidur tadi.” Derryl langsung duduk di tepi kasur dan mengecup kening Ratih.Ratih tersenyum sambil memposisikan tubuhnya menjadi duduk bersandar. Derryl hanya diam sambil berulang menghela napas panjang sembari menatap Ratih dengan intens. Ratih melihat ada kegelisahan di mata Derryl.“Ada apa, Bang? Apa ada masalah di kantor?” tanya Ratih.Derryl kembali menghela napas panjang dan menggeleng dengan cepat.“Tidak. Tidak ada masalah, hanya saja ---“Derryl menggantung kalimatnya dan kini melihat Ratih dengan sendu. Ratih tersenyum menyentuh wajahnya dan membelainya lembut.“Ada apa? Aku tahu pasti
“Maaf, Ma. Kayaknya aku gak bisa pulang cepat,” ucap Derryl di panggilan telepon.Akibat banyaknya kerjaan di kantor, membuat Derryl tidak bisa menjemput Ratih seperti janjinya tadi. Hingga usai jam makan siang dia masih bergelut di kantor. Entah mengapa hari ini pekerjaan seakan menumpuk dan semua harus diselesaikannya.[“Iya, gak papa, Ryl. Mama ‘kan sudah bilang kalau bisa mengurusnya. Sudah, kamu selesaikan saja urusanmu di kantor. Ratih aman sama Mama.”]Derryl tersenyum mendengar jawaban Nyonya Siska di seberang sana. Ia beruntung mamanya sangat pengertian kali ini.“Terus Ratih mana, Ma? Aku mau ngobrol sebentar dengannya,” pinta Derryl.[“Dia sedang tidur, Ryl. Mama sengaja tidak membangunkannya. Nanti kalau dia sudah bangun, baru Mama ajak pulang. Kalau urusan administrasi sudah beres semua.”]“Ya udah, terserah Mama saja. Nanti kalau udah selesai aku langsung balik, kok.&r